[ 040 ]

429 72 4
                                    

chan sangat dekat. felix bisa menghitung bulu matanya. felix sangat ingin menciumnya. itu adalah ide buruk. tapi tidak masalah untuk berharap.

dia ingin chan juga merasakan hal yang sama. tapi felix ragu, tidak mungkin chan merasakan hal yang sama seperti felix.

tidak setelah pertengkaran mereka. tidak setelah tahu betapa kacau kehidupan felix. tapi felix harus jujur. dia ingin tahu apa dia masih punya harapan atau tidak.

"aku juga masih menyukaimu" kata chan serius. wajahnya tidak berkata kalau dia hanya berbohong atau hanya mengasihani felix.

felix selama ini selalu takut. takut kalau chan tahu siapa dia yang sebenarnya. takut kalau chan tidak menginginkan lagi, setelah tahu betapa kacau felix sesungguhnya.

takut kalau chan akan pergi meninggalkannya.

itu rasa takut yang tidak masuk akal. chan bukan tipe yang mencampakkan orang begitu saja. felix merasakan wajahnya tenggelam di pundak chan.

chan membelai rambutnya. dengan sangat lembut.

"tentu saja aku masih menyukaimu" bisik chan.

"aku juga ingin memulai semuanya dari awal"

chan menarik nafas panjang, "tapi felix."

felix berusaha untuk tidak cemas, "a-aku takut. a-aku takut kita akan bertengkar lagi. untuk masalah uang."

felix mundur. chan segera menggenggam tangannya sebelum felix benar benar pergi, "apa sekarang kamu bisa dengarkan aku? tolong?"

jadi felix menahan untuk tidak melarikan diri. ia mengangguk.

"baik. boleh. aku akan dengarkan. aku ingin tahu kenapa hyung pikir kita akan bertengkar tentang uang lagi"

"karena aku masih ingin membantu" kata chan dengan cepat.

"bukan hanya karena kondisi keuanganmu. tapi karena aku bisa membantu. apa kamu paham maksudku?"

felix pikir dia paham, "tolong jelaskan seperti aku orang bodoh sedunia" kata felix, hanya untuk jaga jaga.

chan mengerutkan alis. ia membelai tangan felix, "kamu bukan orang bodoh."

chan terdengar seperti ayah yang sedang meyakinkan anaknya. felix tersenyum kecil memikirkan itu. chan membalas senyuman felix.

chan menatap langit ruangan. alis mengerut sambil berusaha membangun kata kata.

"aku—okay. aku ingin bicarakan beberapa hal dan tolong dengarkan aku. aku sadar kalau kamu orang dewasa yang bebas memilih. tapi—aku juga punya masalah. aku juga kepikiran tentang sesuatu."

"aku, aku sangat ingin kencan denganmu felix. aku ingin jadi pacarmu."

"aku juga mau" kata felix meremas tangan chan pelan.

"terima kasih" chan tertawa kecil, "terima kasih. tapi sebagai temanmu, dan pacarmu, maksudnya calon pacarmu. rasanya akan sangat sulit melihat kamu kesulitan dan aku tidak melakukan apapun untuk membantu."

felix menggigit bibir untuk tidak menyela. chan tidak pernah menyela felix. jadi yang bisa felix lakukan adalah menunggu chan selesai mengungkapkan apa yang ia maksud.

"aku tidak bilang kamu tidak mampu menyelesaikan semuanya sendirian" kata chan cepat mengonfirmasi.

"aku tidak bilang kalau aku akan membiayai kamu—hanya karena aku lebih kaya" chan meringis, "aku—aku memberi jeongin uang untuk kuliah karena ia gagal mengikuti program beasiswa. aku membelikan seungmin mobil supaya ia bisa pergi kemana mana dengan mudah. jisung dan changbin tinggal bersamaku di tahun pertama kuliah. karena pemilik apartemen mereka mengusir mereka dan mereka kehilangan pekerjaan"

chan terdiam sebentar, "aku tidak bermaksud untuk pamer. aku hanya ingin menunjukkan, aku—aku peduli dengan orang orang di sekitarku. karena aku bisa dan aku ingin. karena aku merasa tidak enak jika tidak aku lakukan itu. dan—dan mereka membolehkanku. mereka membayarnya kembali tentu saja. tapi mereka membolehkan aku."

chan menatap felix tegas, "aku tidak bermaksud kalau aku tidak paham kenapa kamu tidak ingin dibantu. aku tidak bermaksud aku tidak menghargai keputusanmu. aku sangat mengerti. aku hanya ingin bilang, itu akan susah buat aku. sangat sangat susah melihat kamu harus berhenti kuliah. atau gagal. atau harus mengambil pekerjaan lain."

chan gemetar, "aku. aku sangat menyukaimu felix. sangat. aku merawat dengan baik orang orang disekitarku. aku ingin pacaran denganmu. tapi aku tidak tahu bagaimana, bagaimana supaya kita tidak bertengkar lagi"

"yah..." felix membuka mulut. kemudian berhenti. karena jujur, felix tidak tahu harus merespons apa.

felix ingat ia sempat menebak love language chan adalah acts of service. dan ini hanya membuktikan asumsi felix.

di satu sisi felix ingin menurut begitu saja. memberikan hati seutuhnya untuk chan karena astaga, chan adalah orang paling baik sedunia.

di sisi lain, chan benar. melihat perbedaan mereka, pacaran hanyalah cara untuk menemukan pertengkaran lainnya di masa depan.

tapi felix masih ingin kencan dengan chan. dan kalaupun mereka berakhir hanya berteman, itu tidak akan merubah bagaimana perasaan mereka terhadap satu sama lain.

tidak akan merubah bahwa chan akan akan terus khawatir terhadap felix. ingin membantu namun merasa tidak diperbolehkan.

itu akan menyakiti perasaan chan.

tetap saja, masalah internal felix dengan menerima hadiah dari orang tidak bisa hilang begitu saja. hanya karena dia menceritakan ini pada chan.

felix merasa marah kali ini. tapi tidak pada chan. tidak, itu adalah marah yang dulu. marah pada ayah. marah pada ayah yang sudah membuat kehidupan felix seperti ini.

marah karena ayah merusak segalanya. marah karena ayah menghancurkan kebahagiaan felix. marah karena ayah menghancurkan masa kecil felix.

marah karena ayah meningggalkan luka besar di hati felix. terutama kenangan-kenangan indah berasama ibu.

"kita butuh persetujuan" kata felix final.

TBC

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang