[ 009 ]

608 109 9
                                    

felix memerhatikan mangkuk puding di meja.

"dia- tubuhnya mudah lelah dan sakit sakitan. seperti itu sampai hanya bisa berbaring di kasur rumah sakit" katanya kehabisan nafas.

chan mengulurkan tangan untuk membelai punggung tangan felix.

felix mengangkat wajah dengan mata berair, "meninggal tahun lalu."

"hanya tinggal aku dan kakak perempuanku. dia punya anak. kami kesini supaya bisa tinggal bersama tante. kakak membantu kerja di toko sepupu kami."

felix menghela nafas, "tante memang tidak kaya tapi mereka mau menampung kami. aku tinggal sendirian supaya tidak terlalu membebani"

"makanya kamu butuh mengirimi mereka uang" kata chan mengangguk.

ia meremas punggung tangan yang halus seperti bulu kucing, "maaf tentang ibumu. dan keluargamu. pasti sangat susah menjalaninya"

felix menghabiskan nasi, "jadi disini aku sekarang. kuliah psikologi untuk mendukung banyak orang yang memerjuangkan hidup mereka."

"itu luar biasa" kata chan serius, "kamu akan membantu banyak orang"

felix menyunggingkan senyum kecil, "ya. aku tahu bagaimana rasanya berjuang sendirian. akan sangat bahagia rasanya kalau punya seseorang yang mau support"

setelah felix menghabiskan puding, ia menyipitkan mata pada layar ponsel yang retak, "uhm, aku harus pergi sebelum terlambat"

"aku antar lagi, ya?" tatapan chan seperti tidak menerima tolakan.

felix meraih dompetnya tapi chan mendelik.

"maaf maaf" felix nyengir, "aku lupa"

dia menolak puding yang ditawarkan chan, "gak mau. hyung bilang butuh diingatkan untuk makan. kalau hyung tidak punya apapun untuk makan malam nanti, hyung setidaknya sudah makan itu"

"terima kasih" chan mengangguk, menghabiskan puding seperti yang felix minta.

"aku yang harusnya berterima kasih. kamu seperti, uhm bos ku hehe. tapi aku nggak kerja ya?"

mereka secepat mungkin kembali ke gedung kuliah. tiba lima menit sebelum jam masuk. mahasiswa mulai berkeliaran di pintu gerbang.

sebelum felix bergabung dengan yang lain, chan menarik tangan felix.

"hyung?"

"aku, uhm punya sesuatu buat kamu" gumam chan.

"aku sudah beli sejak beberapa hari lalu. tapi aku tidak mau kamu merasa tidak enak, karena belum tanda tangan kontrak."

alis felix berkerut kebingungan. chan mengeluarkan sesuatu dan menyerahkan sebuah tas plastik pada felix.

"ini. kurasa kamu butuh. aku sudah tanya seungmin kamu nyaman merk apa. jadi aku harap kamu bisa menerima"

felix pelan pelan membuka tas plastik itu. begitu melihat apa isinya, felix membelalak kaget, "hyung..."

felix mengeluarkan kotak iPhone yang masih disegel, edisi terbaru.

"aku lihat ponsel kamu" chan menjelaskan dengan canggung. merasa senang dengan reaksi felix.

"ada garansi nya sampai dua tahun. sudah pasang screen protector juga. aku sebenarnya ingin beli casing sekalian tapi sepertinya kamu bisa milih sendiri sesuai selera"

"hyung, aku—"

"cepat sana, kamu akan terlambat lho?" chan tersenyum, "kirim aku pesan ya? ceritakan suka hadiahnya atau tidak"

felix mengangguk tak bisa berkata apa apa. chan membalikkan tubuhnya dan mendorong masuk ke arah pintu. tertawa kecil saat ia berjalan. felix berusaha mengucap selamat tinggal pada yang lebih tua.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang