[ 014 ]

584 107 8
                                    

felix masih ingin tinggal lebih lama lagi.

jadi dia duduk di sebelah chan. mengeluarkan buku bacaan dan stabilo. bersiap untuk review minggu ini. chan tidak berkata apapun hanya memasang airpod.

felix melirik ke layar laptop. dia berkutat dengan file audio. felix menyamankan posisi, baru mulai membaca.

nyaman. jauh dari apartemen yang sempit. dari apartemen yang berantakan. tetangga yang berisik. atau tetangga yang bertengkar. atau anak kecil yang berlarian di jalan.

sofa chan nyaman. rumahnya senyap. perutnya kenyang. penuh berisi makanan yang dimasakkan seseorang. sesuatu yang belum pernah ia rasakan sejak ibunya meninggal.

felix membaca teks. men stabilo bagian yang penting. mencatat beberapa hal. dan waktu berjalan dengan lambat.

ia tidak sadar kapan matanya mulai tertutup. ia tidak sadar pulpennya jatuh. tidak sadar tubuhnya bersandar ke arah chan.

dia berjuang keras untuk tetap sadar. kepalanya jatuh, jatuh, dan beristirahat di pundak chan.

di sebelahnya, chan sudah lama menghentikan kerja. melihat proses lambat tidur yang melahap felix. chan menunggu nafas felix untuk stabil. tarik dan hembus.

ia bergerak sangat pelan, mengambil buku di pangkuan felix. ia membatasi halaman dengan pulpen yang jatuh. meletakkan di meja bersama laptop tua nya.

chan memerhatikan bulu mata felix. panjang dan lentik. seperti menaungi pipi frecklesnya. dengan lembut membenarkan posisi kepalanya, supaya leher tidak kaku di keesokan pagi.

chan berusaha keras untuk tak bergerak. semangat untuk menjadi sandaran felix yang terlelap. felix sangat lelah. tidak akan sepadan daripada meminjamkan pundaknya.

felix hangat. dan kecil. dan cantik. dan manis. dan sudah lama sejak terakhir kali ada yang memeluknya untuk tidur.

chan masih ingin disini lebih lama lagi.

suara lembut memanggil namanya. tangan di pundaknya, mengguncang tubuh begitu pelan.

"felix," panggil suara itu. terasa familiar. tapi felix terlalu lelah untuk tahu siapa orangnya. bahkan untuk sekedar membuka mata.

ia menggeram pelan. membenamkan kepala di bantal hangat tempat ia bersandar. ia dengar tawa ringan. membuat bantalnya berguncang.

"felix, mau tidur disini?"

dia mengangguk. ya, tidur. nyaman.

"baiklah baiklah"

tubuhnya bergerak sedikit. merasa tubuhnya diangkat, menuju suatu tempat. felix merasa nyaman. ayahnya yang biasa menggendong ke tempat tidur.

ketika dia dan kakaknya tertidur di ruang tengah setelah menonton film.

dia tidak ingat itu ingatan berapa tahun yang lalu. dia hanya bergelung semakin erat pada yang menggendongnya, merasa aman.

tentu saja bukan. itu bukan ayahnya. tapi felix segera menyingkirkan pikiran itu sebelum sepenuhnya sadar.

dia setengah bermimpi. tentang australia. tentang rumah. tentang ibu yang mengeringkan rambutnya. tentang kakak yang menggendongnya. tentang ayah yang menepuk kepalanya dan membisikkan selamat malam.

dia dibaringkan di sesuatu yang lembut. siapapun yang menggendongnya berdiri. dan itu mengaburkan mimpi felix.

dia segera mengulurkan lengan. berusaha keras membuka mata. melihat sesuaty yang membungkuk di atasnya. tertutup bayangan.

kalau saja ia bisa kembali ke masa lalu.

kalau saja itu ayah yang disana.

"daddy?" lirih felix.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang