[ 018 ]

521 93 7
                                    

mereka membawa kantung belanja masing masing, berjalan ke apartemen chan.

mereka belum bicara apapun sejak meninggalkan minimarket.

di elevator, felix bersandar di dinding. mata kosong menunduk menatap sepatu. chan berusaha tak memerhatikannya. jantung berdebar tanpa alasan yang ia ketahui.

chan memasukkan makanan frozen di kulkas. felix hanya berdiri di meja counter, menatap kantung belanjaan. masih tidak mau berinteraksi dengan chan.

"apa kamu mau—"

"apa aku boleh—"

keduanya terdiam. chan terbahak dan mengangguk memersilakan felix untuk bicara duluan.

dengan panik, kata kata berkejaran satu sama lain, "apakumasihbisapelukhyunglagi?"

felix mengangkat wajah. mata bulat penuh harap dan rasa cemas.

chan rasa ia tidak bisa hidup lebih lama lagi.

"y-ya! tentu saja kalau kamu mau! kelihatannya kamu butuh—uhm. kamu suka dipeluk? aku lihat kamu sangat capek, j-jadi.. kalau kamu mau.. k-kita bisa.."

"ok..." bisik felix. chan segera membungkam diri.

"ok...?"

felix mengangguk. tangannya bergerak mengecek nadi di bagian leher. kebiasaan tanpa ia sadari, "uhm.. please?" tanya felix dengan suara yang hampir pecah.

oh.

OH.

OHHHH.

sekejap berikutnya chan menarik felix menuju sofa. punggung bersandar di bantalan. felix duduk di pangkuannya. ia biarkan felix merebahkan kepala di dadanya. tangan chan melingkar di pinggang felix.

"nyaman?" tanya chan ragu ragu.

felix mengangguk. tubuhnya sekaku tiang. tangan menggenggam erat kain pakaian chan. tubuh menempel sedekat mungkin seolah takut chan akan menghilang.

chan yakin felix bisa mendengar jantungnya yang berdebar kencang. tangannya gemetar ketika menyugar surai rambut hitamnya. jari jempol membelai pipi dengan halus.

felix bergumam nikmat. suaranya membuat tubuh chan bergetar. seperti anak kucing yang mendengkur di atasnya.

chan terus membelai rambut dan memeluknya erat. hingga tubuh felix perlahan lemas. mata mulai terpejam.

"tidurlah..." bisik chan.

"kerja.." felix mengangkat wajahnya untuk menatap chan. hidung mereka bersentuhan, berada dalam jarak yang sangat. sangat dekat, "hyung kerja—"

chan menarik rambut felix yang kisut di tangannya. menghasilkan erangan tertahan dari felix. mata terpejam dan hidung mengerut kesakitan.

chan tidak siap dengan reaksi itu. sebagai gantinya, chan membelai halus bagian kepala yang sempat ia jambak. mengelus sebaik mungkin dengan gerakan pelan.

"kerja bisa kapanpun," kata chan tegas, "tidur."

"...okay." felix menghela napas. akhirnya menurunkan kepala, menempelkan pipi dengan dada chan. menciutkan pundaknya, supaya terlihat lebih kecil dan lebih muat dalam pelukan chan.

chan memang sudah gila. ia hampir saja berteriak karena gila kalau tidak karena felix yang lemas tak berdaya di atas tubuhnya.

good boy.

gagasan itu dibuang jauh jauh dari kepala. chan memfokuskan diri untuk memainkan helai rambut felix dengan lembut.

tentu saja karena felix menyukainya. karena felix merasa itu menenangkan. bukan karena chan suka melakukannya.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang