Pagi itu Mark, sekertaris Victor sudah berada di Kantor Yayasannya milik keluarga Irina.
"Selamat Pagi Nona Irina..."
"Apa ada urusan lagi? Bukankah aku sudah tidak memiliki urusan dengan Bos mu?" Ucap Irina ketus
"Maaf Nona. Tujuan saya kemari hanya untuk memberikan ini."
"Sumbangan dana dari Tuan Victor untuk Yayasan.""Sumbangan?"
"Apa kau yakin Victor ingin menyumbangkan Dana untuk Yayasan?"
"Iya Nona."
"Ini sebagai permintaan maaf Tuan Victor pada anda.""Permintaan maaf?"
"Mohon diterima." Bersamaan Mark memberikan sebuah cek yang nilainya cukup besar.
Angka nominal itu sangat besar hingga Irina kaget melihatnya.
"Apa sungguh Victor ingin menyumbangkan Dana sebesar ini untuk Yayasan kami?" Tanya Irina kembali.
"Iya Nona."
"Sebenarnya Tuan Victor sendiri yang ingin kemari. Tapi Tuan Victor sedang ada perjalanan bisnis ke Luar negeri beberapa hari jadi saya diperintahkan Tuan Victor untuk kemari.""Silahkan ada menandatangani surat ini sebagai bukti penerimaan Dana tersebut." Ucap Mark serius,
Mark sebenarnya tidak mau melakukan ini, jika tidak mau maka nyawanya sendiri sebagai taruhannya jika tidak menuruti perintah Victor.
Tanpa menaruh curiga sedikitpun Irina pun menerima nya.
"Baiklah." Ucap Irina nampak senang hati menerima sumbangan dana dari Victor tersebut.
Tanpa pikir panjang Irina menandatangani surat itu. Tanpa berfikir negatif dan mengetahui pasti isi sebenarnya.
Lagipula sangat tepat, karena memang Yayasan milik keluarga nya sangat membutuhkan uang banyak untuk biaya operasional dan kehidupan sehari-hari anak-anak di Yayasan mereka.
Mark sesekali bertanya hal-hal sepele yang sebenarnya tidak penting. Untuk pengalihan perhatian Irina saat menandatangani surat itu.
Namun, Irina tidak tau apa sebenarnya isi surat itu karena Irina pikir Victor memang tulus memberikan Dana itu untuk Yayasan bukan ada maksud lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel
RandomMATURE (18+) Penuh emosi dan air mata "Aku benci kau!!!" "Aku benci padamu karena telah merenggut yang berharga dariku," "Kau telah mengambil semuanya..." "Sampai kapanpun aku membenci mu..." Teriak Irina pada pria yang menatap nya datar itu. "Janga...