MATURE (18+)
Penuh emosi dan air mata
"Aku benci kau!!!"
"Aku benci padamu karena telah merenggut yang berharga dariku,"
"Kau telah mengambil semuanya..."
"Sampai kapanpun aku membenci mu..."
Teriak Irina pada pria yang menatap nya datar itu.
"Janga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🖤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irina pun kembali ke kamar utama, tempat yang menjadi saksi semua yang terjadi pada dirinya. Perlahan melangkahkan kakinya menuju ranjang besar itu lalu merebahkan dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
Ingin memejamkan matanya namun tidak kunjung tertidur karena hati dan pikirannya sibuk memikirkan Victor yang selalu membuat hatinya tidak karuan.
"Jika Victor menikah pasti ia akan membuang ku, dan itu artinya sebentar lagi aku tidak akan lagi berada di sini, di mension ini."
"Aku tidak akan melihatnya lagi..."
Huft...
Irina menghela nafasnya yang terasa berat.
"Kenapa sangat sesak memikirkan hal ini?"
Irina sadar akan kebodohannya masih mencintai sosok Victor yang jelas tidak memiliki perasaan apapun padanya.
"Aku sadar bahwa mencintai mu seperti berjalan di atas pecahan kaca namun aku masih tetap berjalan melewatinya sekali pun itu menyakitkan."
"Aku sudah bodoh...sangat bodoh..."
Kemana Irina yang dulu?
Sepertinya sudah hilang dan tenggelam sejak mulai mencintai dan menyimpan nama Victor Fiyodor Zenaida dalam hatinya, dan kini ia menjadi Irina yang lemah dan bodoh.
Irina tentu ingin pergi dan mencari kebahagiannya diluar sana, tapi hatinya kenapa tidak ingin melakukan itu.
Ia bahkan rela tetap menjadi boneka Victor selamanya walaupun tersakiti.
Irina terus menatap pintu kamar besar itu berharap Victor akan masuk dan menemaninya tidur malam ini. Namun nihil pria itu memilih berada di kamar tamu, padahal kamar di mansion Victor banyak dan kenapa memilih kamar tamu, Irina sendiri tidak mengerti.
"Vic...?"
Irina lalu menatap bantal kosong disisinya, mengusap lembut bantal itu dengan sendu. Tempat ia melihat wajah tampan Victor saat pria itu sedang tertidur dan terkadang Irina memberanikan diri untuk mengusap wajah Victor tanpa sepengetahuan pria itu tentunya.
