Tuhan apa benar dia senja yang kau kirimkan untukku jika itu benar buat dia menetap jangan hanya sekedar singgah, aku benar-benar ingin dia selalu disampingku.
"Sederhananya malam ini, aku rindu rumah, yang di mana ada aku, ayah, ibu, dan adik."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~~~
"Assalamualaikum..." salam Zee saat memasuki rumahnya.
Kedua tangganya penuh dengan kantongan belanja. Christy juga masuk dengan wajah yang terus memancarkan gembira.
"Dari mana Zee?" tanya Bunda Shani.
Ternyata Bunda Shani pulang kerja lebih awal dari biasanya dan sejak dari tadi sudah menunggu kedatangan anak-anaknya diruang tamu.
"Bunda tanya dari mana?" kini Bunda Shani sudah berdiri dihadapan Zee dan Christy.
Tidak ada yang menjawab karena Zee dan juga Christy takut jika Bundanya akan memarahi mereka.
"Kalo mau main itu izin dulu. Ini udah jam berapa? Hp kamu mati. Hp Christy mati. Bisa gak sih gak buat Bunda khawatir. Kata Mbok juga motor kamu tadi diantar sama satpam sekolah."
"Anu Bun..." jawab Zee tapi kalimatnya terpotong.
"Gak usah khawatir, mereka aman sama aku." ujar Papah Gracio yang muncul tiba-tiba menjawab pertanyaan Bunda Shani.
"Gracio?" Bunda Shani terkejut tidak menyangka orang itu akan hadir dirumahnya.
Gracio tersenyum simpul. "Lama kita tidak bertemu." ia mengulurkan tangannya tapi Bunda Shani menolak untuk membalas jabatan tangan itu.
Situasinya saat ini tidak memungkinkan. Sadar ini bukan urusan mereka berdua. Lalu Zee pun memilih mengajak Christy untuk pergi kekamarnya.
"Dek, kamu belum mandi. Mandi dulu gih."
"Entar aja lah mandinya, Kitty masih kangen sama Papah."
"Iya, tapi masa kamu gak mandi entar Papah kebauan. Iyakan Pah?"
Gracio hanya mengangguk dan tersenyum dengan pertanyaan itu.