Bab 3

130K 7.7K 58
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading

.
.
.

"Jeanna, aunty boleh masuk?" Valerie mengetuk pintu kamar Jeanna, namun tidak mendapatkan jawaban dari dalam membuat Valerie khawatir jika terjadi sesuatu pada keponakannya.

Membuka pintu, Valerie dibuat terkejut akan posisi tidur Jeanna yang tengah menangis dalam keadaan tengkurap.

Valerie berjalan cepat menghampiri Jeanna dan mengubah posisi tidurnya karena itu tidak baik dan membahayakan janin dalam perutnya.

"Aunty Val," isak Jeanna sambil memeluk pinggang Valerie.

"Sayang, jangan terlalu banyak menangis, kasihan bayimu juga akan ikut sedih" hibur Valerie sambil mengelus perut keponakannya. "Jangan tidur seperti itu lagi ya, karna kau akan menyakitinya" nasihatnya.

"Maafkan mommy, baby" lirih Jeanna sedih, menyesal karena tanpa sadar telah menyakiti janin yang ada di kandungannya.

Mendengar perkataan Jeanna pada kandungannya membuat Valerie tersenyum sedih mengingat penderitaan sang keponakan yang harus menghadapi berbagai cobaan dalam hidupnya, termasuk kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan tunggal beberapa tahun lalu.

Sekarang, dipaksa mengambil keputusan sulit harus merelakan bayi dalam kandungannya akibat insiden dua bulan lalu. Beruntungnya janin tersebut cukup kuat dan tidak mengalami keguguran meski Jeanna sempat mengkonsumsi obat depresi karena mengetahui kehamilannya dan berakhir kehilangan ingatannya.

"Jeanna tidak mau kehilangan calon anak Jeanna aunty, Jeanna ingin mempertahankannya" isaknya lirih terus bergumam tidak ingin menggugurkan anaknya dan berjuang melindunginya dengan tekad yang kuat.

"Iya, sayang, nanti kita bicarakan dengan opa ya? Aunty juga tidak ingin terjadi sesuatu padamu ataupun bayimu."

"Jika opa masih tidak mau menerima calon anak Jeanna, lebih baik Jeanna pergi dari sini." Ucapnya dengan suara lirih dan tertidur karena lelah menangis juga merasakan usapan lembut di kepalanya.

Setelah memastikan sang keponakannya terlelap, Valerie keluar dari kamar dan menatap suaminya yang mengintip dari balik pintu kamar Jeanna.

"Bagaimana, sayang?" Tanya Bara dengan penuh kekhawatiran.

"Aku tak tega melihatnya, Bara." Jawabnya sambil menangis dengan suara lirih.

Bara segera membawa sang istri dalam pelukannya, menenangkannya berusaha memberikannya kekuatan. Bara tau bagaimana perasaan istrinya, karena setelah kematian mendiang sang adik, Thomas dan istrinya Angelica, mereka berdua yang menjadi wali serta orang tua angkat keponakannya.

Itulah sebabnya mereka sangat menyayangi Jeanna, karena Jeanna merupakan satu-satunya cucu perempuan dari keluarga Walter serta titipan terakhir dari mendiang sang adik.

"Don't worry. I'll find that bastard even if i have to go to the ends of the world." Ucapnya dengan penuh kemarahan.

Bara tidak bisa menerima hal ini dan sedih melihat keluarganya hancur dengan cara seperti ini. Terlebih lagi, keadaan terpuruk mamanya karena melihat penderitaan cucu kesayangannya. Tidak ada orang tua yang tidak akan merasa sakit hati melihat keluarganya, terutama cucunya menderita tanpa kehadiran kedua orang tua disisinya.

Saat mengantarkan sang istri ke kamar, Bara bertemu dengan ibu nya yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Bagaimana keadaan Jeanna, Val?" Tanya Lanny dengan wajah lelahnya.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang