Bab 25

62.3K 3.8K 47
                                    

Chapter ini khusus flashback yaa.

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!!


Happy Reading
.
.
.


Spring, April 2008

Seorang anak laki-laki sedang merenung sendirian di tepi danau dekat taman sekolahnya. Dia ingin bersantai sejenak dan melepaskan diri dari tekanan pelajaran yang harus dihadapinya saat ini.

Padahal usia anak laki-laki itu baru 11 tahun. Namun dia sudah diberikan banyak tugas sekolah dan les yang sama sekali tidak boleh sama sekali dia tinggalkan.

Karena terlalu lelah dengan keadaannya, anak itu memutuskan untuk membolos les setelah pulang sekolah dan melarikan diri ke taman yang tak jauh dari sekolahnya. Masalah dimarahi oleh kedua orang tuanya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang terpenting sekarang, dia kabur terlebih dahulu.

Saat sedang menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, samar-samar anak laki-laki itu mendengar suara tangisan anak kecil.

Didorong dengan rasa penasaran yang tinggi, anak laki-laki itu menghampiri asal suara tangisan tersebut. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat seorang gadis kecil berambut coklat gelap panjang yang sedang menangis dengan memeluk kedua lututnya.

Seharusnya anak laki-laki itu mengacuhkannya, namun entah dorongan dari mana, anak laki-laki itu memutuskan untuk menghampirinya. Sangat bukan sifatnya yang biasanya bersikap dingin dan acuh pada sekitarnya.

"Hai, mengapa kau menangis? Di mana kedua orang tuamu?" Tanya anak laki-laki itu dengan mengerutkan keningnya dan menengok ke segala arah karena tidak melihat orang dewasa yang menemani gadis kecil itu.

"Hiks, s-siapa?" Gadis kecil itu mengintip dari sela kedua tangannya yang bertumpu pada lututnya untuk melihat siapa yang berbicara padanya.

"Hmm? Lututmu berdarah!" Serunya terkejut sebelum anak laki-laki itu sempat menyebutkan namanya.

"Apakah ini terasa sakit?"

Anak laki-laki itu menarik pelan gadis yang lebih kecil darinya setelah mendapat anggukan dari sang empu dan mengajaknya berjalan ke arah bangku yang tidak jauh dari mereka.

Sebenarnya anak laki-laki itu ingin menggendongnya karena melihat gadis kecil yang digandengnya terus meringis dengan berjalan pincang karena luka di lututnya. Namun, karena dia membawa tas yang cukup berat membuat anak laki-laki itu memilih untuk menuntunnya saja.

"Ayo duduk. Aku akan mengobati lukamu."

Anak laki-laki itu membantu gadis kecil yang kesulitan naik ke bangku karena tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.

Setelah gadis itu duduk dengan nyaman, anak laki-laki itu meletakkan tasnya di kursi taman di samping gadis itu dan mengeluarkan obat luka yang selalu dibawanya untuk berjaga-jaga. Seperti saat ini misalnya.

"Tahan sebentar, mungkin ini akan terasa sakit," ucapnya sambil mengoleskan obat merah di kedua lutut gadis itu.

"Perih, hiks..." gadis kecil itu kembali menangis dengan suara lirih saat kedua lututnya terasa berdenyut setelah diolesi dengan obat merah.

Mendengar rintihan lirih itu, anak laki-laki itu kemudian meniup kedua lutut gadis kecil itu agar kedua lututnya tidak bertambah sakit.

Setelahnya dia menempelkan plester bergambar di kedua lutut gadis kecil itu.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang