Bab 37

40.7K 3.2K 196
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.

Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa kini usia kandungan Jeanna sudah memasuki bulan kedelapan pada minggu ke tiga puluh dua.

Saat ini mereka tengah berada di rumah sakit tempat Jeanna memeriksakan kandungannya. Wanita hamil itu menggenggam erat tangan Luxio dan menatap dokter Andrea yang hendak menyampaikan hal serius pada mereka.

Beberapa hari yang lalu, mereka mendapatkan telepon agar segera datang ke rumah sakit saat dokter Andrea mengatakan jika ini merupakan hal yang darurat. Padahal dua minggu sebelumnya mereka baru saja memeriksakan kandungan Jeanna yang dipantau setiap dua minggu sekali.

Dokter Andrea menyerahkan sebuah map kepada berisi surat persetujuan pada pasangan suami istri itu.

"Ini adalah surat persetujuan yang harus kalian tanda tangani." Jelasnya pada Luxio dan Jeanna yang menatapnya bingung.

Luxio membuka dan membaca lembar demi lembar isi surat yang diberikan oleh dokter Andrea.

"Kami sudah menyiapkan dokter terbaik untuk anak kalian. Dokter Margareth yang nantinya akan memimpin jalannya operasi. Mengingat TTTS merupakan kasus yang masih langka bagi kami di dunia medis."

Jeanna menunduk mendengar penjelasan dari dokter Andrea, wanita itu tidak menyangka perjuangannya untuk mempertahankan kedua anaknya hanya sampai di sini.

Tiga bulan yang lalu, saat wanita hamil itu meminta Luxio untuk mempertahankan bayi mereka. Dokter Andrea menyarankan Jeanna melakukan amnioreduksi untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban pada salah satu kantung calon anak mereka.

Namun selama sebulan menjalani prosedur itu, tidak menghasilkan perkembangan apapun. Terlebih saat salah satu organ janin bayi mereka mengalami masalah yang cukup serius, sehingga para medis melakukan pemindaian MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan mengatakan jika salah satu bayi mereka mengalami perkembangan yang sangat lambat hingga mengharuskan Jeanna untuk melakukan operasi ablasi laser untuk menyeimbangkan aliran darah antara kedua bayinya. Berbagai konsekuensi mereka terima dan tetap maju untuk melakukan operasi itu.

Bahkan sampai saat ini, Jeanna masih merasakan sakitnya saat perutnya di sayat agar dapat memasukkan trocar atau tabung logam kecil ke dalam rahimnya guna melihat koneksi pembuluh darah permukaan plasenta yang di miliki kedua anaknya.

"Berapa banyak waktu yang bisa kami punya?"

Luxio menggigit bibir bawahnya dengan suara yang bergetar menahan tangis. Pria itu tidak menyangka jika usaha yang mereka lakukan harus berakhir sampai di sini.

Dokter Andrea sudah berkali-kali mengatakan bahwa peluang bayi mereka untuk bertahan hidup hanya sedikit, tidak lebih dari 30 persen dan peluang selamat untuk kedua bayi kembar hanya 50:50 menjadi lebih kecil.

Namun mereka berusaha terus optimis dan berpikir positif saat itu bahwa baik Luxio maupun Jeanna bisa melewatinya bersama-sama. Tapi jika bayi mereka sudah tidak bisa lagi untuk bertahan, apa yang bisa mereka lakukan? Selain berpasrah dan menerima kenyataan itu.

"Melihat kondisi bayi kalian saat ini, kemungkinan tidak lebih dari satu jam. Kami juga tidak bisa memastikan setelah bayi kalian lahir, bisa jadi lebih cepat dari prediksi kami." Jelas dokter Andrea dengan raut penuh sesal karena tidak bisa membantu keinginan pasangan tersebut.

Jeanna merasakan seluruh tubuhnya melemas mendengar penjelasan dokter Andrea. Mereka hanya diberi waktu sebentar untuk bisa melihat bayi mereka sebelum tuhan mengambilnya kembali ke pangkuannya.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang