Holla, ada yang kangen Jeanna nggak nih. Aku update buat nemenim malam minggu kalian.
Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!!
Happy Reading
.
.
.Jeanna memandangi putra kecilnya yang tengah tidur dalam box bayi di dalam kamar mereka.
Di elusnya pipi chubby anaknya dengan lembut, tanpa sadar air mata mulai mengalir di pipinya.
Sejak pulang dari rumah sakit, Jeanna lebih banyak diam, melamun dan bermain dengan Kenneth putra kecil mereka. Saat keluarganya ataupun keluarga Luxio mengajaknya berbicara, wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman, kadang gelengan kepala dan anggukan kecil.
"Maafkan mommy, sayang. Karena sampai saat ini mommy
belum bisa memberikanmu asi"Setelah sadar dari komanya waktu lalu, Jeanna tak bisa memberikan putra kecilnya asi karena stress yang wanita itu alami. Membuat Jeanna begitu kecewa pada dirinya sendiri.
"Saya turut berduka cita atas apa yang menimpa anda saat ini. Tapi nona Jeanna, tak ada kehidupan seperti yang anda jelaskan."
Jeanna terpaku pada penjelasan psikiater di depannya. Kenapa jadi seperti ini! Jeanna ingat. Sangat ingat, rasa sakit yang wanita itu alami akan penghianatan yang dilakukan tunangannya dulu. Hingga kecelakaan yang dilaluinya, Jeanna ingat semua. Tapi kenapa dokter di depannya ini mengatakan hl itu, padahal Jeanna tak membual meskipun apa yang ia jelaskan terasa tidak masuk akal.
Sedangkan dokter psikiatri di depan Jeanna itu tersenyum maklum pada pasien yang ada di hadapannya.
Waktu lalu, Bara selaku wali dari Jeanna menyarankan untuk membawa seorang psikiater agar Jeanna mau menumpahkan semua keluh kesahnya yang tak bisa wanita itu sampaikan kepada keluarganya. Karena semenjak wanita itu mengetahui bahwa salah satu anaknya tak selamat, Jeanna lebih banyak diam dan tak merespon semua orang. Membuat Bara dan yang lainnya khawatir jika trauma putrinya itu kambuh. Atas kesepakatan bersama, disini lah Jeanna saat ini.
Di ruangan psikiatri, tempat teman Bara bekerja.
"T–tapi saya masih mengingat dengan jelas kehidupan saya di masa lalu. Namaku Clara Amberly Jensen, anak tunggal dari papa Thomas dan mama Angelica, saya bahkan juga mempunyai seorang tunangan. Saya bukan Jeanna, bahkan saya masih mengingatnya sampai saat ini jika saya mempunyai kehidupan yang baik meskipun tunanganku menghianatiku." Ucap wanita itu, Jeanna mengeluarkan semua unek-unek yang wanita itu pendam selama enam bulan ini. Jeanna begitu frustasi ketika menjelaskannya.
"Begini, anda mengalami konfabulasi terprovokasi. Penyakit ini merupakan jenis gangguan pada memori otak anda saat terdapat celah, sehingga penderita yang mengalaminya memiliki informasi yang dibuat-buat (tanpa sengaja), disalahartikan, atau terdistorsi."
Jeanna memijit pangkal hidungnya saat dokter psikiatri mulai menjelaskan.
"Atau mungkin saja sebelum anda mengalami hal tersebut, anda pernah mengalami permasalahan yang terkait pada ingatan anda, seperti kondisi neuropsikiatri, cedera otak, gangguan penggunaan zat atau bahkan pada kesehatan mental anda. Penderita konfabulasi mengalami kerusakan di dua area otak, yaitu lobus frontal dan corpus callosum. Lobus frontal sendiri juga berperan dalam mengendalikan memori otak seseorang."
Jantung Jeanna berdetak dengan kencang saat dokter psikiatri mengatakan jika bisa saja ia mengalami kesehatan mental. Ingatannya melayang saat awal kehamilannya dulu, sang opa yang memaksa nya untuk menggugurkan anaknya. Dan wanita itu tak bisa mengendalikan tubuhnya saat trauma nya muncul. Apakah mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]
Fanfiction⚠️⚠️⚠️ Disclaimer, cerita ini tidak diperuntukkan untuk usia di bawah umur || DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIASME!!! ⚠️⚠️⚠️ Yang tak pernah terpikirkan dalam benak gadis cantik itu kini menjadi hal mustahil yang ia alami. Clara Amberly Jensen, gadis...