Bab 10

86.8K 4.8K 51
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.

Tak terasa kini waktu malam telah datang. Jeanna menghempaskan tubuhnya yang lelah ke tempat tidur setelah seharian beraktivitas. Berkeliling ke supermarket membeli beberapa cemilan dan susu ibu hamil untuk persediaan beberapa bulan ke depan.

Jeanna tidak pernah menyangka jika hamil membuatnya begitu cepat lelah, dia bahkan tidak berani untuk menghayalkan bulan demi bulan yang akan datang ketika perutnya semakin membesar.

Berpikir tentang banyak hal, Jeanna mengelus perutnya yang sedikit membuncitnya sambil menatap cincin yang bertengger di jari manisnya penasaran.

Sedari awal Jeanna memasuki raga yang ditempatinya ini, cincin itu sudah tersemat manis di tangannya. Jeanna pernah sekali melepas cincin itu dan melihat lingkaran dalamnya, tidak ada nama apapun dan hanya tertulis tanggal 10.01.2023. Jeanna menduga bahwa tanggal itu merupakan hari bersejarah pada cincin yang sedang dipakai nya. 

Namun, mengingat bahwa raga Jeanna belum pernah menikah, mengenyahkan kesimpulan yang pernah muncul dalam pikirannya waktu lalu menjadi kurang relevan. Mengapa Jeanna bisa berpikiran demikian? Karena tidak ada foto pernikahan apapun di mansion besar tempat tinggalnya saat ini. Bahkan di kamar pribadinya, tidak menunjukkan bukti-bukti yang mengarah kesana. Heol, siapa juga yang akan menikah di usia yang begitu muda dan rawannya kematian terhadap kehamilan dini? Meskipun Jeanna juga mengalami hal yang serupa.

Beranjak dari rebahannya, Jeanna menatap jam dinding di depannya menunjukkan hampir pukul tujuh malam.

"Kau benar-benar lapar ya, sayang," ucapnya sambil mengusap perutnya saat mendengar suara perutnya.

Padahal sore tadi sebelum Jeanna pulang ke mansion, dia dan kedua asistennya sempat singgah ke restoran yang searah dengan jalan pulang saat rasa lapar mulai menghampirinya. Namun, belum ada tiga jam dari makan sore, kini Jeanna sudah merasakan rasa lapar kembali.

Apa para ibu hamil memang mudah merasa lapar? Pikirnya.

"Sabar ya, sayang. Kita akan segera turun ke bawah untuk makan malam bersama dengan yang lainnya."

Sambil asyik berbincang dengan janin di dalam perutnya, tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul tujuh lebih.

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Jeanna menoleh, bangkit dari duduknya Jeanna berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang sedang mengganggu waktunya.

"Non, bibi di suruh Nyonya untuk memanggil non. Katanya non Jeanna disuruh turun, karena yang lain sudah menunggu untuk makan malam." Ucap wanita paruh baya yang mungkin seumuran oma nya, bibi Beatrik namanya. Dia adalah kepala pelayan yang telah mengabdi sejak masih muda dulu.

"Baik bi, terima kasih." Ucap Jeanna dengan tersenyum tulus.

"Iya non, sama-sama. Kalau begitu, bibi permisi untuk menyelesaikan pekerjaan yang lainnya."

"Iya bi, silahkan"

Menutup pintu kamarnya, Jeanna mulai menuruni tangga dan melihat keluarganya sudah berkumpul di meja makan, menunggu kedatangannya. Lanny, sang oma yang menyadari kehadiran cucunya di ruang makan menyambutnya dengan senyum lembut khas wanita tua itu.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang