Bab 42

47.2K 3.2K 33
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!!

Happy Reading
.
.
.

Jeanna menatap keluar jendela kamar inapnya dengan pandangan kosong. Wanita itu selalu diam tak pernah mengindahkan orang-orang yang selalu menghiburnya.

"Sayang, kau tak menyentuh makananmu lagi?" Valerie menghampiri putrinya, mengelus rambut Jeanna dengan pandangan miris.

Sejak Jeanna bisa berbicara lagi dan memaksa menanyakan salah satu anaknya, wanita itu lebih banyak diam dengan menghabiskan waktunya menatap keluar jendela dengan menimang putra kecilnya yang sudah keluar dari inkubator.

Wanita itu tak pernah mengindahkan orang-orang yang berusaha menghiburnya.

Pintu ruang rawat Jeanna terbuka dan masuklah Luxio yang memandang istrinya dengan pandangan sendu.

"Sayang!" Pria itu menghampiri istrinya dan memeluknya. Menumpukan dagunya pada kepala sang istri, mendekapnya memberikan kekuatan bahwa wanita itu tak sendiri, masih ada ia dan juga keluarganya yang lain.

Air mata Jeanna meluruh membasahi pipinya. Tangisannya seakan tak pernah kering saat Jeanna mengetahui bahwa putrinya tak selamat dan meninggal saat setelah dilahirkan. Harapan yang selalu wanita itu panjatkan pada sang maha kuasa nyatanya tak pernah benar-benar terjadi.

Dunianya runtuh tak tersisa. Hati wanita itu terasa tercabik, ibu mana yang tak akan sakit ketika anak yang dikandungnya hampir sembilan bulan tak bisa Jeanna pertahankan.

"Putri kita akan sangat sedih, jika melihat ibunya seperti ini sayang." Luxio menggigit bibir bawahnya, suara nya bergetar menahan tangis melihat keadaan istrinya.

Pria itu sudah tak peduli jika ibu mertuanya yang melihatnya rapuh seperti ini. Nyata nya Luxio benar-benar tak sanggup, jika harus dihadapkan dengan keadaan istrinya yang rapuh karena kehilangan anak mereka.

Wanita itu hanya terdiam dengan memeluk Luxio erat, menumpahkan segala rasa sedihnya akan kehilangan anak mereka. Anak yang tak Jeanna tau bagaimana rupanya.

Padahal Jeanna tau risiko apa yang akan di ambilnya, bahkan dokter juga sudah memberitahunya akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada anaknya, tapi wanita itu tak menyangka jika harapan itu pupus di tengah jalan.

Anaknya yang tak mampu untuk bertahan bersamanya dan kembarannya, memilih untuk berpulang dipangkuan tuhan yang mana lebih membuatnya bahagia.

"Jeanna, jangan seperti ini nak." Valerie senantiasa mengelus punggung putrinya berusaha menenangkannya. Wanita paruh baya itu menahan air matanya, tak kuasa melihat keadaan putrinya.

"Aku selalu berdoa kepada tuhan, agar kedua anakku bisa bersama ku. Kenapa tuhan tak mau mendengarkan permohonanku"

"Jangan menyalahkan tuhan seperti ini nak, selama lima bulan ini kau dan suami mu selalu berusaha memberikan dan memperjuangkan yang terbaik untuk anak kalian. Tak akan ada seorang ibu yang ingin kehilangan anaknya, tapi kita juga tak bisa melawan takdir tuhan sayang. Mama tau bagaimana perasaan kalian, putri kalian akan semakin terluka jika melihat kedua orang tuanya tak bisa mengikhlaskan kepergiaannya. Kau harus bisa menerima dengan lapang dada, masih ada putra mu yang masih membutuhkanmu Jeanna."

Tangisan itu semakin pilu saat mendengar ucapan Valerie, wanita itu tau. Tapi ia tak bisa untuk tak menyalahkan tuhan, padahal Jeanna merupakan umatnya yang selalu taat untuk beribadah kepadanya.

Kenapa tuhan selalu mengujinya seperti ini!

Tak cukupkah dengan kehilangan kedua orang tuanya?

Tak cukupkah dengan penghianatan yang dilakukan oleh mantan tunangannya?

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang