Bab 5

106K 6.1K 7
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!


Happy Reading
.
.
.

Seminggu berlalu, kini kondisi Jeanna sudah jauh lebih baik. Luka-luka di kaki dan tangannya sudah mulai mengering, meskipun masih terasa sakit saat digunakan untuk berjalan.

Mengingat kejadian seminggu yang lalu, ketika Jeanna sadar dan mengingat apa yang telah terjadi, dia memeluk Valerie dengan erat dan meminta maaf karena tanpa sengaja telah menyakiti hatinya.

"Hiks maaf aunty, Jeanna tidak sadar jika sudah menyakiti dan melukai aunty." Ucapnya sambil terus memeluk Valerie dengan menangis tersedu-sedu.

"Ssst, sudah sayang jangan menangis, aunty tidak kenapa-napa kok. Tidak ada yang terluka, aunty memahami keadaanmu." Ucap Valerie menenangkan Jeanna yang masih menangis di pelukannya.

Valerie tidak ingin Jeanna kembali trauma dan menyakiti dirinya sendiri seperti yang terjadi semalam.

"Tapi kan—"

"Sudah, berhenti ya menangisnya. Kasihan nanti bayimu kalau mamanya menangis terus begini." Tambahnya sambil mengelus perut Jeanna yang memulai sedikit membuncit.

Mendengar hal itu, Jeanna segera menghentikan tangisnya. Jeanna pernah mendengar jika sang ibu terlalu banyak bersedih, maka janin dalam kandungannya juga akan merasakan perasaan yang sama.

Valerie melepaskan pelukan sang ponakan dan menghapus sisa air mata di kedua pipi tirus keponakannya.

Tanpa sadar, Valerie menatap keponakannya dengan pandangan sedih. Pipi yang dulu chubby mulai menghilang dan senyum yang selalu terpancar sudah tidak ada lagi, kebahagiaan Jeanna hilang sejak insiden empat bulan yang lalu.

"Bangun yuk, terus mandi. Yang lain mungkin sudah menunggu di bawah." Ucap Valerie dengan tersenyum lembut ke arah Jeanna.

Mendengar hal itu, Jeanna tersentak dan menundukkan kepalanya, merasa menyesal karena telah menyakiti keluarga barunya dan tidak bisa mengendalikan dirinya dengan baik.

Jeanna menyadari bahwa semua ini bukanlah kuasanya. Namun sekarang, jiwanya lah yang menempati tubuh ini. Jeanna juga tidak menyangka jika tubuhnya memiliki reaksi yang berlebihan meskipun dia tidak tahu apa penyebabnya.

Melihat sang keponakan menunduk, Valerie menghela nafas dan menepuk pelan pundak Jeanna.

Jeanna yang di tepuk pundaknya mendongakkan kepalanya dan menatap Valerie yang tersenyum ke arahnya.

"Tidak apa-apa, jangan takut. Mereka pasti mengerti," jelasnya.

Jeanna hanya menganggukkan kepalanya dan meremas tangannya, mencoba menguatkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Setelah mendengar penuturan Valerie, Jeanna bangun dari duduknya dan beranjak dari ranjang.

Melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi, sebelum masuk Jeanna menatap Valerie yang sedang merapikan tempat tidur mereka. Menghela nafas, Jeanna masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena keringat.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang