Bab 22

57.4K 4.1K 120
                                    

Aku bakalan sering up kalo kalian rajin vote, udah. Gitu aja, hehe

Tandain kalau typo!!!!

Happy Reading
.
.
.

Sudah seminggu sejak hari itu, Luxio tidak pernah datang menemuinya lagi. Hidupnya menjadi jungkir balik.

Jeanna merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika tengah malam tidak mendapati sosok Luxio yang selalu mengelus perutnya saat dia tidur.

Jeanna merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak nyaman, namun dia tidak tahu apa itu!

Zeya dan Nara saling menatap satu sama lain saat melihat Jeanna melamun di kursi belakang mobil dengan menyandarkan kepalanya ke jendela.

Oh iya, mereka berdua sudah sembuh total dari kecelakaan tiga minggu lalu dan kembali beraktivitas sebagai bodyguard sekaligus asisten Jeanna.

Nara menghentikan mobil yang mereka tumpangi di depan kampus Jeanna menimba ilmu.

"Nona, kita sudah sampai." Zeya menepuk pundak Jeanna pelan ketika sang empu tidak merespon panggilannya.

"Oh–apa! Maaf maaf." Kemudian melihat ke luar jendela ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti dan melihat banyak mahasiswa yang berlalu lalang. "Oh, kita sudah sampai."

"Nona, anda baik-baik saja?" Tanya Zeya khawatir.

"Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Jeanna tersenyum tulus kepada Zeya dan Nara sebelum membuka pintu mobil.

"Apa anda yakin, nona?" Sahut Nara ketika melihat wajah Jeanna yang sedikit pucat.

Masalahnya, sudah seminggu ini Jeanna sering melamun. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Karena baik Zeya maupun Nara tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi pada nona muda mereka.

Bahkan keluarganya yang melihat kondisi Jeanna seperti itu cukup khawatir, takut Jeanna terlalu banyak pikiran dan membahayakan kandungannya.

Karena tidak ada satupun dari mereka yang tahu tentang Luxio yang sering menyelinap masuk ke kamar Jeanna dan pertengkaran yang terjadi di antara keduanya.

Jeanna kembali terdiam, haruskah dia menceritakan apa yang dialaminya seminggu terakhir ini kepada para asistennya?

Menggelengkan kepalanya, Jeanna memutuskan untuk lebih baik menyimpannya sendiri. Jeanna hanya takut jika sang opa mengetahui hal ini.

"Ya. Kalian menungguku atau langsung pulang? Aku hanya punya satu mata kuliah?". Tanya Jeanna sebelum benar-benar meninggalkan area parkir.

"Kami menunggu saja nona." Jawab Nara dan dijawab dengan anggukan oleh Jeanna.

Jeanna meninggalkan area parkir dan berjalan masuk ke dalam gedung fakultasnya.

"Jeanna!"

Sang empu yang dipanggil pun menolehkan kepalanya, melihat ke arah Anastasya yang berlari menghampirinya.

"Hai Anastasya. Kau habis dari mana?" Tanya Jeanna dan mereka berjalan bersama memasuki area gedung.

"Seperti biasa, dari kantin. Bagaimana keadaanmu? Maaf aku tidak sempat menjengukmu saat kau kecelakaan kemarin." Anastasya merasa bersalah, ia sudah diberitahu oleh kakaknya, Athea saat Jeanna mengalami kecelakaan. Mengingat dia merupakan teman Jeanna di kampus, namun Anastasya sangat sibuk menggantikan mamanya di butik dan belum sempat menjenguk hingga Jeanna keluar dari rumah sakit.

"Tidak masalah. Aku sudah lebih baik sekarang. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." Jawab Jeanna sambil mengeluarkan isi tasnya ketika mereka sudah berada di dalam kelas.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang