BAB 12

45 13 26
                                    

TORA

Apa perempuan tiap berkumpul kalau nggak heboh sehari saja terasa kurang?

Kemarin waktu saya pinjam kamar mandi Vita sebelum pulang, saya tidak sengaja dengar kehebohan mereka berdua. Dari suaranya yang berat dan kalem, Lila marah-marah ke Vita. Anehnya begitu saya keluar, mereka berdua senyam-senyum lalu Vita memamerkan layar ponselnya ke saya yang menyatakan komentar warganet yang bilang postingan viral Lila soal kisah pelecehan seksualnya sungguh menginspirasi dan bikin mereka berani bersuara.

Momen yang bikin tubuh saya beku adalah Vita peluk saya erat banget, tapi bukannya saya takut malah satu tangan saya perlahan menepuk punggungnya. Kenangan traumatis itu muncul, tapi langsung hilang seketika.

Sekarang di hari Minggu pagi waktu saya sedang sapu serambi rumah, Vita dan Lila di rumah sebelah saling bicara keras-keras sambil minum teh. Samar-samar yang tertangkap di telinga adalah betapa mereka mengagumi sekaligus analisis tentang tontonan mereka. Saya perhatikan sejak Lila menginap di rumah, Vita jauh lebih ceria dari biasanya.

Mengenai kebiasaan sapu serambi rumah adalah kebiasaan saya setiap akhir pekan. Daridulu saya alergi debu, bahkan debu sekecil yang nempel di pot bunga palsu hasil beli di toko interior Informi saja langsung bersin-bersin. Atau dari layar ponsel dan laptop kotor, itu saja saya langsung bersihkan pakai semprotan khusus lalu dilap pakai lap microfiber dan lap kacamata. Tenang, saya nggak sampai berlebihan kok.

"Nah gini dong, ini bare minimum, Lil." Suara Vita tiba-tiba terasa dekat di telinga saya, padahal begitu noleh dua tangannya sudah bersedekap di sekat pemisah rumah. "Membersihkan rumah dudu tanggung jawab cewek tok."

"Pantesan, ya, iklan pembalut yang terbaru itu tema campaign-nya cowok beli pembalut," timpal Lila yang suaranya masih kedengaran saya.

"Tentu saja," jawabku. "Kata Ibu saya, tugas domestik sebaiknya kerjain berdua."

"Dengan catatan kalau tidak pakai asisten rumah tangga," balas Vita cepat. "Kalau pakai asisten rumah tangga sih beda cerita."

Kumpulan kotoran dan debu dikumpulkan dalam serok saya buang di tong sampah depan pagar. "Walau ada asisten rumah tangga, tetap saja kita juga harus memastikan rumah tetap bersih."

Senyum manis Vita terbit, rambut gelombang mekarnya ia singkirkan ke belakang menampakkan leher jenjangnya. Rasanya sesak sekali, ingin ....

Jangan pikir aneh-aneh.

Pintu rumah Vita terbuka, memunculkan kepala Lila saja. "Beb, sori aku tadi buka kulkas tanpa izin. Ini, di kulkasmu masih ada sisa nasi kemarin. Kita bikin nasi goreng kimchi, mau nggak?"

"Mau dong, eh tapi videoku belum ada rekaman ASMR nasi goreng kimchi. Rekamin, yah?" pinta Vita.

"Onok gendaan (ada pacar) gak dimanfaatin, umak iku piye talah (kamu itu gimana sih)?" Mata Lila tertuju padaku walau ekspresinya gregetan.

Vita nyengir padaku, tanpa dia ngomong saya paham maksudnya. "Oke, aku bantuin rekamin kalian kolaborasi masak." Sebenarnya saya senang begini, entah kenapa saya ingin berlama-lama sama Vita.

Vita langsung memeluk sahabatnya dengan loncat kegirangan, lucu sekali mereka.

Menjelang makan siang, setelah mandi saya langsung ke rumah Vita. Saya membantu dalam berdirikan tripod dan memutar kamera, dan napas saya kembali berhenti ketika Vita berada di dekat saya, dan bulir keringatnya Vita ingin sekali saya hapus tapi nggak jadi. Vita menginstruksikan bagaimana memasang mic moncong panjang di bagian atas kamera dengan cara dorong sesuai garis sampai bunyi klik.

Vita punya satu kamera, tapi dia punya dua lensa tambahan. Kayaknya yang besar itu untuk zoom, sementara yang kecil tuh entah buat apa saya nggak hafal.

Slowly Falling [TAMAT DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang