BAB 27

43 8 22
                                    

VITA

Mimpi ini pasti mimpi.

Mimpi tuh kalau bangun kan semuanya musnah gitu, tapi kenapa aku masih bisa merasakan sisa ciuman dan hangatnya tubuh Tora di aku? Padahal kejadiannya kemarin lho, kemarin. Sekali lagi, Vita, ini bukan mimpi, yang kalian lakukan kemarin itu terpampang nyata dan bukan imajinasi.

Pesona Tora tidak bisa ditolak, ciumannya yang lembut dan menggoda itu bikin tubuhku kemarin tak kuasa untuk membalasnya. Sungguh, ini ciuman ternyaman selama tiga puluh dua tahun pengalaman percintaanku. Daritadi aku sampai mempraktekkan gerakan pelukan kupu-kupu agar kehangatan ini jangan pergi dulu.

Momen Tora pas minta maaf karena ambil ciuman tanpa izin kemarin lagi-lagi bikin aku tertawa. Aduh lucu sekali dia ini, aku yakin dia juga sering ciuman sama mantan-mantannya dulu – termasuk si Talitha yang laknat itu – tapi tentu saja tidak ada yang senyaman dan sesensual aku. Tora sampai bilang kalau misalnya punggungku tidak nabrak dinding bisa-bisa sudah sampai tiduran di sofa atau kamarku.

Sejujurnya kemarin hanya bahu sampai tengkuk bagian tengah yang agak encok sedikit, tapi semua sudah teratasi dengan krim pijat panas. Tenang, pas aku cek di kaca waktu mau mandi via handuk yang melilit di serluruh tubuh tuh nggak ada lebam merah atau biru sama sekali.

Mandi air hangat dengan perasaan riang tuh bikin badan otomatis segar. Terus sarapanku hari ini nggak muluk-muluk, hari ini mau roti tawar pakai selai coklat kacang aja sama teh melati aja dengan gula jagung. Rotinya lembut banget terus jadi nggak hambar dengan adanya selai coklat yang menaikkan rasanya jadi manis. Sarapanku berlanjut sambil balas komentar warganet di beberapa video dan membalas surel dari brand – yang mana baru saja acc video pertama si teflon warna-warni, sedangkan yang kedua baru besok. Nah video itu langsung aku unggah dan memasukkan gambar buat sampulnya.

Pintu pagarku berbunyi ketika proses unggah video sudah masuk enam puluh persen, ini pasti Tora. Kebiasaan sejak memulai acara pacaran palsu adalah sapa dan peluk sejenak dengan mesin mobil Tora yang bunyi dan sudah pindah dari garasi.

Bukan wajah Tora yang kuharapkan di situ.

"Ancene kakean kerjo sampek gak tau mbalek nang omah (Kamu ini kebanyakan kerja sampai nggak tahu main ke rumah lagi)." Suara cempreng yang sangat kuhafal dengan kacak pinggang serta kacamata kotak warna coklat khasnya.

Senyumku mengembang lalu cepat-cepat buka pagar. "Gak ngono (Bukan begitu), Ma. Aku ancene sibuk kok, deloken ae ndek jero aku lagek upload video anyar (Lihat aja di dalam aku lagi unggah video baru)."

Wajah beliau menunjukkan tidak percaya. "Temenan, ta? Kakean gendaan paling (Beneran? Kebanyakan pacaran mungkin kamu)."

"Ih, Mama," rengekku sambil menggoyangkan kaki. Daridulu Mama selalu sukses menjailiku.

Mama tertawa, mengacak rambutku yang setengah kering. "Guyon guyon, Ndhuk (Bercanda, Nak)." Beliau memamerkan plastik hitam berbentuk kotak dengan cara angkat tangan kanan. "Iki, aku nggowo bebek goreng kremes bagian dada senenganmu. Iki durung digoreng, dadi masukno freezermu sek (Ini, aku bawakan bebek goreng kremes bagian dada kesukaanmu. Ini belum digoreng, jadi masukkan freezermu dulu)."

Kubuka ikatan plastik itu, dan dari kotaknya yang warna bening itu terpampang nyata empat porsi bebek bagian dada dan dua toples plastik kremesan yang dimodelin kayak bawang goreng. Duh jadi nggak sabar goreng bebek ini, aku kangen masakan Mama.

"Suwon lho, Ma. Duh ancene Mamaku terbaik sedunia paling pol pokoknya (Makasih lho, Ma. Duh memang Mamaku terbaik sedunia banget pokoknya)," racauku dengan melingkarkan tanganku ke badan Mama dari samping.

Slowly Falling [TAMAT DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang