H-1 Pernikahan Wira dan Nadhira
Wira menghela napas berat mengingat hari esok. Dia sekarang berada di sebuah club malam yang sudah disewa oleh para sahabatnya untuk merayakan Pesta Bujang untuknya. Pergaulan Wira memang sedikit bebas, tapi tidak melampaui batas, tidak sampai mencicipi minuman keras.
Jadi, sebenarnya untuk apa pesta ini jika dirinya saja tidak menikmatinya.
"Gue nggak nyangka, besok lo udah punya istri aja, Wir!" seru Dani, salah satu sahabatnya semasa kuliah.
Tidak ada tanggapan dari Wira, karena dia sama sekali tidak tertarik membahas pernikahannya besok. Hari yang ingin Wira hilangkan dalam hidupnya.
"Dia gugup, Bro. Liat aja mukanya, udah nggak sabar pengen besok kayaknya." Randi yang mengetahui seluk beluk pernikahan Wira, mengambil alih untuk menanggapi seruan para sahabatnya.
"Gue jadi penasaran sama calon istrinya Wira. Liatin dong fotonya, Bro. Kita-kita pengen liat, nih." Dani kembali berbicara mewakili semua orang disana.
Pasalnya, calon istri dari sahabat mereka itu bukanlah Jea, kekasih Wira yang sudah mereka ketahui, melainkan orang yang benar-benar baru dalam hidup Wira.
Wira berdecak. "Gue sama sekali nggak tahu tentang dia. Jangankan foto, namanya aja gue nggak tahu," sahut Wira. Dia tidak peduli sahabatnya akan menanggapi seperti apa, karena Wira memang tidak tertarik dengan perempuan itu sama sekali.
Semua orang terdiam mendengar ucapan dingin pria itu, mereka tidak berani menyahut karena merasa suasana hati Wira memang sedang tidak bersahabat.
Randi menggeleng tidak percaya bahwa Wira sama sekali tidak melirik apapun tentang calon istrinya. Kemarin, untuk persiapan administrasi KUA, Wira menyerahkan semuanya kepada orangtuanya. Bahkan, penyebaran undangan pernikahannya langsung ditugaskan kepada Randi untuk para rekan bisnis mereka.
"Lo belum move on dari Jeanice, kan? Udahlah, lupain Jea!" celetuk Adrian, sahabat Wira yang paling irit berbicara.
Mata Wira langsung menyalang menatap Adrian yang sekarang masih menatapnya. "Maksud lo apa, Dri?" tanya Wira.
"Lo besok mau nikah, Wir. Lo sama Jea emang nggak mungkin. Jangan sakiti perasaan istri lo nanti. Bahkan, sekarang aja lo sama sekali nggak tahu namanya. Itu keterlaluan namanya, Bro."
Jika Adrian sudah bersuara, maka tindakan Wira memang harus dirinya kritik. Ya, Adrian adalah pengamat dan pemberi nasehat dalam persahabatan mereka.
Wira tidak menanggapi, tidak ingin menghancurkan acara malam ini.
"Lo nggak akan ngerti, Adrian!" desis Wira langsung beranjak dari posisinya berjalan ke arah kamar mandi disana.
Wira berada di rooftop. Dia sekarang butuh udara malam yang segar sebelum kembali menemui para sahabatnya, terutama Adrian.
Wira membuka galeri di ponselnya dan seketika muncul ratusan foto Jeanice.
"Jea, kamu lagi apa sekarang? Aku kangen kamu, Sayang." Wira menatap rindu potret Jeanice yang tersenyum di layar ponselnya.
Tangannya menggeser layar tersebut, sehingga sekarang menampilkan potret dirinya yang tersenyum merangkul Jeanice. "Padahal kita bisa cari jalan lain buat yakinin orang tuaku. Kenapa kamu ambil keputusan ini?" ucapnya sendu.
Semua rencana masa depannya bersama Jeanice harus terkubur besok, di hari pernikahannya dengan wanita yang sama sekali asing dalam hidupnya.
-0-0-0-
Hari Pernikahan
Akad pernikahan Wira dilaksanakan di rumah Nadhira, sedangkan untuk resepsinya akan diselenggarakan nanti malam di sebuah gedung yang masih dekat dengan posisi rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cinta (Wall Of Love) - END
SpiritualWira Arya Abimana, mencintai Jeanice Olive Pratiwi dengan segenap hatinya. Demi wanita itu dia berusaha menerjang dinding pembatas yang amat besar karena perbedaan keyakinan. Bahkan ketika sang ayah menjodohkannya dengan Nadhira Shakila Putri, Wira...