Bab 28. Cinta (?)

2.7K 151 67
                                    

Pukul tujuh pagi, Nadhira sudah sibuk berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Wira dan juga dirinya. Hari ini, sepertinya suaminya akan terlambat masuk ke kantor, karena kebiasaan pria itu yang tidur kembali setelah pulang dari masjid.

Nadhira hanya bisa mendesah berat, ketika omelannya kepada Wira hanya dibalas anggukan dengan mata terpejam pria itu tadi pagi.

"Ra, kok saya nggak dibangunin. Ini bisa telat, jalanan pasti macet," oceh Wira sembari mendekati posisi Nadhira yang sedang menata sarapan pagi untuk mereka.

"Aku udah bangunin kamu hampir sepuluh kali, Mas. Lagian, kalo abis subuhan tuh jangan tidur lagi. Mending olahraga sambil nunggu siap-siap ke kantor, kan?" balas Nadhira.

"Kita, kan olahraganya malam, Ra. Masa kamu lupa," goda Wira sambil terkekeh yang membuat wajah Nadhira kembali bersemu. Kenapa Wira menjadi sangat frontal seperti ini sekarang kepada Nadhira?

"Mas, ih omongannya! Gimana kalo ada yang dengar," seru Nadhira. Jangan sampai orang-orang salah paham dengan ucapan suaminya barusan.

"Kita, kan emang suka jogging malam, Ra. Emangnya kamu mikir apa?" ujar Wira langsung duduk di salah satu kursi di sana.

Tadinya Wira akan melewatkan sarapan pagi ini, karena jalanan pasti macet. Namun, nasi goreng buatan istrinya membuatnya urung untuk pergi, karena terlihat sangat menggiurkan.

Nadhira hanya menggeleng tidak menanggapi godaan menyebalkan Wira. Dia menyusul duduk untuk menikmati sarapan hangat bersama suaminya pagi ini. Rutinitas manis mereka setiap pagi.

"Nanti ke rumah sakit mau jam berapa?" tanya Wira setelah menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Pas pulang kerja. Kamu langsung pulang aja, Mas. Posisi kantor kamu sama butik itu lumayan jauh, kamu pasti capek kalo misal nanti harus anterin aku lagi ke rumah sakit," ujar Nadhira.

Sudah hampir seminggu lebih, Wira selalu menemani sang istri ke rumah sakit untuk bertemu ayahnya yang masih dalam kondisi koma. Namun, Nadhira juga khawatir Wira akan kelelahan jika terus mengantarnya ke rumah sakit. Dia tahu betul, bahwa akhir-akhir ini suaminya sangat sibuk dengan beberapa proyek yang sudah mulai tahap inti pengerjaan.

Wira menggeleng tegas. "Nggak sama sekali, Ra. Kalo capek, kan malamnya tinggal minta pijitin sama istri sendiri. Jadi, nggak masalah."

Lagi! Wira membuat Nadhira menjadi salah tingkah. Inikah yang dinamakan pacaran setelah menikah? Rasanya Nadhira selalu dibuat tersipu dengan sikap dan perkataan suaminya akhir-akhir ini yang selalu menggodanya.

Wira melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam delapan. "Ra, saya berangkat sekarang, ya. Kamu mau bareng sama Hana, kan?"

Nadhira mengangguk sembari mengambil paper bag berisi bekal untuk Wira yang telah dia siapkan sebelumnya.

"Iya, nanti Hana mampir ke sini buat jemput aku. Ini jangan lupa dimakan buahnya, Mas." Nadhira memberikan paper bag tersebut kepada suaminya.

"Iya, Sayang," ucap Wira spontan tanpa mempedulikan reaksi istrinya ketika mendapat panggilan mesra seperti itu darinya. "Saya berangkat, ya. Nanti saya jemput."

"Hati-hati, Mas." Setelahnya, Nadhira mencium punggung tangan suaminya. Hal yang tidak akan pernah dia lewatkan setiap pagi, walaupun Wira pergi dengan buru-buru.

Langkah Wira yang hampir mencapai pintu keluar terhenti. Sontak membuat Nadhira mengedarkan matanya meneliti barang apa yang tertinggal.

"Ada yang ketinggalan, Mas?" tanya Nadhira ketika Wira sudah kembali menghampirinya.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang