Bab 34. Hanya Penghalang

3.2K 160 11
                                    

Nadhira ditemani oleh Hana sedang menunggu giliran masuk ke dalam ruangan Dokter Rahayu, dokter kandungan kenalan Hana. Nadhira tidak bisa berhenti mengelus lembut perutnya sembari menunggu.

"Bentar lagi aku bakal dapat keponakan lucu dari kamu dong, Ra," kekeh Hana.

"Belum tentu juga. Siapa tahu, aku cuma masuk angin biasa aja, Han."

Hana hanya mengangguk dan paham apa yang sedang dipikirkan oleh Nadhira. Walaupun, dia bisa melihat senyum sahabatnya itu tidak pernah pudar sejak mengambil kartu antrian.

"Mas Wira tahu kamu mau periksa kehamilan?"

Nadhira menggeleng. "Nggak. Apalagi orang tua Mas Wira kayaknya berharap banget aku hamil. Jadi, tunggu hasil pasti dulu aja, baru aku kasih tahu Mas Wira."

"Kejutan, nih ceritanya," goda Hana menyenggol pelan bahu Nadhira. Ah, dia sekarang tidak perlu cemas dengan nasib rumah tangga sahabatnya itu. Rumah tangga Nadhira tampaknya semakin manis.

Beberapa menit kemudian, nomor antrian Nadhira dipanggil untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Hati Nadhira menjadi tidak karuan bersiap menerima apapun hasilnya nanti. Namun, Hana hanya menunggu di luar, karena harus menerima beberapa panggilan dari butik yang sedang ditinggalkan oleh kedua atasannya itu.

"Selamat siang, Bu Nadhira, benar?" tanya ramah Dokter Rahayu.

Nadhira tersenyum menanggapi. "Benar, Dokter."

Setelah mengajukan beberapa pertanyaan untuk bahan penentuan hasil, diantaranya tanggal HPHT, Dokter Rahayu mempersilakan Nadhira untuk melakukan rangkaian pemeriksaan. Setelahnya, Nadhira hanya disuruh menunggu sebentar untuk mengetahui hasilnya.

Dokter Rahayu menerima hasil pemeriksaan dari perawat yang membantunya. Dia kembali ke kursinya dengan senyum cerah. "Belum melakukan testpack, ya, Bu Nadhira?"

Nadhira menggeleng. "Belum, Dok. Saya ingin langsung memastikan ke sini aja. Soalnya ini kehamilan pertama."

Dokter Rahayu mengangguk paham. "Suaminya ikut? Siapa tahu mau mendengar hasilnya bersama-sama."

Nadhira menggigit bibirnya ragu. "Sebenarnya, saya ingin memberi kejutan kepada suami saya, Dok. Jika memang saya benar hamil," ucap Nadhira cukup merasa sungkan mengutarakan rencananya.

"Wah, pasangan muda memang seperti ini, ya. Romantis sekali," kekeh Dokter Rahayu yang mendengar ucapan menggemaskan Nadhira ketika menyebutkan kejutan.

Setelahnya, dokter ramah tersebut mulai membuka hasil yang telah diterimanya tadi. "Selamat Bu Nadhira, sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Usia kandungannya sudah menginjak minggu kedua."

Dokter Rahayu tersenyum kepada Nadhira yang sudah mematung di tempat dengan wajah penuh haru.

"Saya beneran hamil, Dokter?" tanya Nadhira memastikan bahwa pendengarannya tidak salah tadi.

Dokter Rahayu mengangguk. "Benar, Bu. Oh iya, karena ada gejala sering muntah-muntah. Sekarang saya resepkan vitamin untuk menguranginya. Jangan lupa perbanyak makan buah dan kurangi stres berlebih." Dokter Rahayu memberikan selembar kertas resep untuk ditebus oleh Nadhira.

Nadhira mengangguk seraya mengelus lembut perutnya yang ternyata memang telah dihadiri oleh calon buah hatinya. Dia sedang mengandung darah daging Wira dalam perutnya.

Nadhira keluar dari ruangan Dokter Rahayu dengan senyum cerahnya dan hal itu membuat Hana langsung bisa menebak apa hasilnya. Dia langsung memeluk erat sahabat kesayangannya itu.

"Selamat ya, Ra. Bentar lagi beneran jadi Mahmud, dong," ucap Hana menggoda Nadhira.

Namun, pembicaraan mereka ternyata diperhatikan oleh sosok wanita yang sedang duduk di kursi tunggu. Jeanice tidak menyangka akan bertemu dan mendengar kabar yang membuatnya terhantam dari Nadhira yang baru keluar dari ruang pemeriksaan.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang