"Kita bukan satu-satunya perusahaan yang lolos kualifikasi buat proyek di Lembang. Ini laporannya dari pihak owner proyek itu."
Randi menyerahkan dokumen laporan tentang tender yang diincar oleh Abimana Group.
Wira mengambil berkas tersebut dan menelitinya.
"Sanjaya Group lagi?" decak Wira ketika melihat perusahaan yang akan menjadi saingannya untuk tender kali ini adalah milik Sanjaya Group, yang sekarang dipimpin oleh Reza Danar Sanjaya, putra kedua Arta Sanjaya.
Randi mengangguk.
"Reza Danar Sanjaya geraknya cepet, Bro. Gue kemarin dapat laporan, kalo dia udah ketemu sama Pak Diki, wakil owner proyek itu," jelas Randi yang selalu teliti dengan setiap pekerjaannya.
"Bukannya perusahaan yang lolos kualifikasi bakal ketemu siang ini? Kenapa tuh orang udah ambil start duluan!" kesal Wira.
Bukan pertama kalinya dia dan Reza berada dalam perebutan proyek yang sama.
"Itu nggak dilarang, Bos. Dia ketemu sama pihak owner kemarin, jadi salah satu taktik buat yakinin owner lewat Pak Diki," ujar Randi yang bisa menangkap pergerakan Reza dalam persaingan proyek kali ini. Cukup cerdik dan cepat.
Mendengar hal itu, pikiran Wira jadi teringat dengan sikap Reza yang akhir-akhir ini semakin gencar mendekati Nadhira. Dia pernah mendengar istrinya sedang menelpon Reza membicarakan pesanan gaun pernikahan sepupunya.
Wira bukan sengaja menguping, saat itu dia akan mengambil air minum dan melihat Nadhira sedang memasak mie instan sambil bertelepon dengan Reza.
Sesudah pengumuman perusahaan yang lolos kualifikasi, maka langsung dijadwalkan untuk bertemu dengan pihak pemilik proyek di Lembang itu sembari makan siang bersama.
Seperti yang sudah diketahui oleh Wira, dalam perebutan tender kali ini, dia akan bersaing dengan Reza Danar Sanjaya. Pria berlesung pipit itu menyapanya dengan ramah sembari menunggu
"Selamat siang, Pak Wira. Senang bisa kembali bekerja sama dengan Pak Wira. Terakhir, kita melakukan kolaborasi di proyek Pak Damar, kan?" sapa Reza dengan mencuit topik pekerjaan terakhir mereka empat bulan lalu.
Wira tersenyum mendapat sapaan hangat tersebut.
"Siang, Pak Reza. Senang juga bisa kembali bertemu dengan Pak Reza. Sayang sekali, saya tidak diundang kemarin dalam acara makan malam Pak Reza bersama Pak Diki," sambut Wira dengan sindiran menohok.
Diki Gunawan, wakil pemilik proyek ini pun sekarang berada di antara mereka menunggu pemilik utamanya datang.
Mendengar ucapan Wira membuat pria paruh baya itu tercekat.
"Kami kemarin kebetulan berada di restoran yang sama. Jadi, sedikit mengobrol santai," jelas Diki tidak ingin membuat topik ini semakin serius, apalagi saat ini kedua anak muda di depannya sekarang adalah petinggi untuk memperebutkan proyek dari bos besarnya.
Wira mengangguk paham.
"Lain kali harusnya kita makan malam bersama, Pak Diki. Takutnya menimbulkan dugaan yang tidak enak, bukan?" sindir Wira kembali.
Reza memang cepat menarik perhatian dari Diki, tapi Wira akan membuat pria paruh baya itu tidak berkutik. Dia benci dicurangi.
Makan siang berjalan dengan sangat lancar, karena pemilik proyek tersebut sangat menyukai konsep yang disampaikan Wira dan Reza dalam obrolan ringan mereka.
Sebelum pulang, Wira menunggu Reza terlebih dahulu yang masih berada di restoran itu karena harus menerima panggilan dahulu.
Reza yang melihat Wira berada di samping mobilnya cukup terkejut. Tidak, lebih tepatnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cinta (Wall Of Love) - END
SpiritualWira Arya Abimana, mencintai Jeanice Olive Pratiwi dengan segenap hatinya. Demi wanita itu dia berusaha menerjang dinding pembatas yang amat besar karena perbedaan keyakinan. Bahkan ketika sang ayah menjodohkannya dengan Nadhira Shakila Putri, Wira...