Bab 27. Terima Kasih Sudah Kembali

2.8K 140 48
                                    

Ketika memasuki ruangan itu, Nadhira bisa melihat langsung tubuh tak berdaya Prambudhi di atas ranjang pesakitan dengan beberapa alat medis di tubuhnya. Sebenarnya, separah apa keadaan ayahnya sekarang?

"Nadhira," sapa seorang wanita yang tiba-tiba berhambur memeluk tubuh kaku Nadhira. Sepertinya, Nadhira masih belum bisa masuk dalam kondisi asing ini.

"Maaf, tante siapa?" tanya Nadhira setelah pelukan dari wanita itu sudah terlepas.

Mata wanita itu menatap sendu ke arah putri dari kakaknya itu. "Aku Karin, adik ayahmu. Tadi, Mas Arman yang menelpon kamu, tapi dia ada urusan di kantor."

"Tante Karin?" ucap Nadhira merasa kelu ketika mengucapkan nama asing itu. Kenapa semua orang ini baru muncul sekarang, disaat ibunya sudah pergi?

Karina Dewi Danuarta, putri bungsu dari keluarga Danuarta itu mengangguk haru menanggapi putri dari kakaknya. Dia sudah lama ingin bertemu dengan Nadhira, anak yang selalu dibanggakan kepintarannya oleh sang kakak sejak dulu.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada ayah saya?" tanya Nadhira langsung menatap ke arah tubuh terbaring Prambudhi. Aneh rasanya bertemu dengan orang yang sangat dirinya tunggu di waktu yang amat tiba-tiba ini.

Karina membawa Nadhira untuk mendekati ranjang pesakitan kakaknya. Air matanya kembali menetes ketika melihat wajah sang kakak yang masih belum sadarkan diri.

"Mas Pram, ini ada putrimu. Bukankah, kamu ingin bertemu dengan dia, Mas? Mas Arman sudah menemukan putrimu. Bangunlah, Mas."

Nadhira masih mematung di tempat melihat interaksi sepihak antara Karina dan Prambudhi. Kenapa ayahnya tidak bangun juga?

"Delapan belas tahun yang lalu, ayahmu kecelakaan setelah mengakui bahwa dia dan ibumu sudah menikah siri kepada Papa kami. Mas Prambudhi rela meninggalkan hartanya demi bisa hidup dengan ibumu, bahkan pada malam itu dia ternyata sudah mentalak Mbak Miranti." Karina menjeda ucapannya. Suaranya mulai mereda karena tiba-tiba tangisnya mulai keluar mengingat kejadian pilu yang dialami oleh kakaknya.

"Namun, setelah Papa mengusir Mas Pram, kami mendapat telepon bahwa Mas Pram kecelakaan dan dinyatakan lumpuh parsial. Saat itu, Mas Pram tidak bisa berbuat apa-apa lagi, bahkan tidak bisa menemui kalian. Setiap hari, Mas Pram hanya bisa memandangi sebuah potret gadis kecil yang membuatnya bisa bertahan sampai sekarang. Kamu adalah alasan Mas Pram masih bersemangat hidup sampai detik ini, Nadhira," lanjut Karina.

Mendengar cerita itu membuat tubuh Nadhira mulai bergetar. Tubuhnya seketika kembali lemah. Untungnya ada Wira yang tanggap menopang istrinya agar tetap stabil berdiri. Dia memegang erat tangan dingin istrinya.

"Lalu, kenapa kalian tidak memberitahu Mama tentang semua ini?" tanya Nadhira sembari menatap sendu tubuh ayahnya.

"Karena yang menyebabkan kecelakaan itu adalah Papa dan keluarga Santoso! Mereka tidak ingin Mas Pram kembali kepada ibumu. Bahkan, mereka yang membuat Tante dan Om Arman kehilangan jejak ibumu," jelas Karina.

Keluarga Santoso sangat berpengaruh bagi kelangsungan bisnis Keluarga Danuarta. Sehingga membuat ayahnya rela mengorbankan kebahagiaan anaknya sendiri demi kelangsungan bisnis keluarganya.

"Ayahmu selalu berusaha untuk sembuh agar bisa berjalan kembali dan segera bertemu dengan keluarga kecilnya. Tapi, Mbak Miranti tahu bahwa Mas Pram dan Mas Arman masih berusaha mencari Mbak Sheila. Usaha kami selalu berujung pada kegagalan."

Nadhira mulai melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah sang ayah. Tangisnya sudah tidak terbendung lagi. Begitu berat cobaan yang dihadapi oleh kedua orangtuanya untuk bersatu. Namun, disaat mereka sudah bisa bertemu, ibunya sudah pergi dan keadaan ayahnya tidak berdaya seperti ini.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang