Bab 21. Bulan Madu

2.8K 167 59
                                    

Akhir pekan yang direncanakan oleh Wira dan Nadhira telah tiba. Mereka sudah sampai di Lombok setelah penerbangan sekitar dua jam lamanya. Seperti yang dikatakan oleh sang ayah, semua keperluan mereka sudah disiapkan. Bahkan, untuk pergi ke Vila pun sudah ada seorang suruhan Marwan yang menjemput mereka di Bandara.

Wira meregangkan tangannya menghirup udara segar kawasan asri Vila tersebut yang ternyata milik keluarga Abimana. Pantas saja, semua keperluan mereka sudah terjamin apik oleh ayahnya.

Udara di sana sangat cocok untuk menghilangkan penat yang dirasakan oleh Wira dan Nadhira ketika mengejar semua tumpukan pekerjaan demi bisa mengambil hadiah bulan madu ini.

"Mas, aku duluan masuk ke dalam, ya," ucap Nadhira melihat suaminya masih betah menikmati suasana luar kamar Villa.

Mendengar suara Nadhira membuat Wira mengalihkan matanya kepada wanita itu yang sekarang sedang mendorong koper sambil menjinjing sebuah tas.

"Ini itu berat. Kenapa nggak minta bantuan saya aja, sih!" ucap Wira sambil merebut koper milik Nadhira. Walaupun terkadang istrinya sudah tidak canggung lagi kepadanya, tapi di beberapa waktu Nadhira masih enggan untuk meminta bantuan kepada Wira.

"Eh, kamu juga, kan bawa koper. Koper punyaku biar aku sendiri yang bawa, Mas," cegah Nadhira. Dia juga membawa tas berisi alat gambar, sehingga tidak terlalu membebani Hana nantinya yang sudah berbaik hati menggantikan tugas Nadhira di butik.

Wira tidak menghiraukan ucapan Nadhira. Dia langsung bergegas membawa dua koper ke dalam sebuah Villa yang tampak minimalis, tapi berfasilitas lengkap. Orangtuanya sangat pintar memilih tempat untuk bulan madu mereka.

"Kamu mau makan apa?" tanya Wira ketika Nadhira sudah masuk ke dalam kamar yang akan mereka tempati selama lima hari kedepan.

"Terserah aja, Mas. Aku nggak tahu makanan di sini," jawab Nadhira, karena dia tidak tahu makanan daerah sini. Oleh karena itu, dia akan menyerahkan urusan makanan sesuai dengan keinginan Wira.

Wira mengangguk sambil mencoba berpikir untuk menu makan mereka siang ini.

"Gimana kalo coba ayam taliwang aja? Nanti saya minta Pak Ahmad buat siapka ," tanya Wira memberikan saran kepada Nadhira yang sedang memasukkan pakaian mereka ke dalam lemari.

"Itu enak, Mas? Aku belum pernah coba," tanya Nadhira. Semenjak kecelakaan ibunya, dia jarang keluar untuk berkuliner.

"Nanti cobain aja. Kamu pasti suka," ujar Wira. Sebenarnya, dia pernah berlibur ke Lombok bersama Jeanice dan beberapa sahabatnya setelah selesai wisuda kuliah dulu. Oleh karena itu, Wira lumayan tahu makanan di daerah sini.

"Kamu pernah liburan ke sini sebelumnya, Mas?" tanya Nadhira menghampiri Wira dengan membawa sehelai kaos di tangannya untuk pakaian ganti suaminya itu.

Wira yang sedang melepas kancing kemejanya tertegun dengan pertanyaan Nadhira. Tidak mungkin dia mengacaukan suasana romansa bulan madu mereka dengan jujur mengatakan bahwa Wira pernah ke sini bersama Jeanice.

"Pernah, waktu itu sama Randi dan Dani," jawab Wira sembari mengambil kaos yang diserahkan oleh Nadhira untuk dikenakannya.

Jawaban Wira tidak sepenuhnya bohong, karena memang mereka pernah berlibur bersama di Lombok dengan membawa pasangan masing-masing dan saat itu Wira membawa Jeanice juga.

Nadhira mengangguk paham. "Aku kayaknya pengen jalan-jalan sekitaran pantai sambil lihat sunset nanti sore," ucap Nadhira berbinar membayangkan suasana sore yang menyejukkan di sekitar Vila ini yang berdekatan dengan pantai Kuta, Lombok langsung.

"Kamu mau jalan sendiri nanti sore?" tanya Wira menatap Nadhira.

Nadhira mengangguk. "Iya, emangnya kamu mau temenin aku? Bukannya kamu pengen istirahat langsung abis makan siang?" jawab Nadhira. Pasalnya, ketika di pesawat tadi, suaminya bilang akan mulai jalan-jalan esok hari saja, karena hari ini akan dihabiskan dengan istirahat.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang