Bab 12. Bukan Untukku

2.6K 137 63
                                    

Nadhira lagi-lagi merasa aneh dengan sikap Wira yang tidak bisa diprediksi. Tadi pagi, sikap suaminya hangat dan setelah pulang kantor malah dingin kembali. Contohnya, ketika Wira tidak menanggapi ajakan Nadhira untuk makan malam, pria itu melewatinya begitu saja dengan tatapan datar.

Apa ada masalah kantor? Sepertinya tidak, karena sikap Wira ini berlangsung selama tiga hari, bahkan sampai hari dimana ulang tahun perusahaan Abimana akan digelar.

"Mas, nanti malam kamu pakai jas yang udah aku buat, ya. Ini modelnya hampir sama kayak ayah juga," ucap Nadhira memberikan sebuah jas buatannya khusus untuk sang suami.

Wira mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya kepada jas yang disodorkan oleh Nadhira. "Simpan aja! Nanti saya pakai, kok. Kalo nggak dipakai bisa-bisa ayah ngamuk, kan?" sindir Wira.

Setelah perdebatannya dengan sang ayah tempo hari, dia semakin yakin bahwa Nadhira bukan wanita yang tulus dan selalu mencari perhatian kepada orangtuanya.

Nadhira mengangguk tidak menimpali ucapan Wira. Dia tidak ingin bertanya apapun dulu sekarang, karena tidak ingin membuat suasana hati suaminya semakin buruk yang bisa saja mempengaruhi acara nanti malam.

"Nanti kamu berangkat ke Hotel Cempaka diantar sama Pak Idris. Saya akan berangkat duluan!" ucap Wira langsung fokus kembali pada layar laptopnya. Idris adalah sopir kantor yang kadang menjadi sopir Wira juga jika sedang tidak bisa menyetir sendiri.

"Kenapa kita nggak berangkat bareng aja, Mas? Lagian aku nggak nyaman kalo nanti kesananya sendirian, soalnya belum pada kenal juga," ujar Nadhira merasa keberatan, karena acara nanti malam pastinya akan sangat ramai oleh keluarga besar suaminya dan orang-orang penting.

"Kamu, kan pintar cari muka. Pasti langsung bisa kenal nanti," sindir Wira kembali.

"Maksud kamu apa, Mas? Kamu tiba-tiba aneh kayak gini!" seru Nadhira yang semakin tidak mengerti dengan pola pikir suaminya.

"Sudahlah, saya lagi nggak mau berdebat. Kalo kamu tidak mau diantar sama Pak Idris, nanti ikut sama Ibu dan Ayah aja!"

Wira ingin mengungkapkan kekesalannya kepada Nadhira sekarang juga. Namun, nanti malam dirinya akan banyak ambil peran besar dalam acara ulang tahun perusahaan Abimana, maka Wira harus memperbaiki dahulu suasana hatinya.

Nadhira tidak menanggapi, karena Wira sudah berlalu dari hadapannya. Pria itu pasti akan pindah tempat ke ruang kerja, seperti yang dilakukannya akhir-akhir ini. Bahkan, Wira selama tiga hari ini tidak tidur di kamar mereka, melainkan di ruang kerjanya.

"Kamu kenapa lagi, sih, Mas?" lirih Nadhira. Dia kira hubungannya dengan Wira akan semakin membaik, tapi kenyataannya selalu diruntuhkan oleh perubahan sikap suaminya itu.

-0-0-0-

Acara ulang tahun perusahaan Abimana diselenggarakan dengan meriah. Bukan hanya dihadiri oleh kerabat, tapi juga para pengusaha sukses ikut hadir. Termasuk, Jeanice sebagai perwakilan perusahaannya, Japan Auto Parts.

"Nadhira mana, Bro? Kok daritadi gue nggak liat dia," tanya Randi kepada Wira yang baru selesai menyambut beberapa rekan kerjanya.

"Nggak tahu. Kayaknya bareng sama Ibu dan Ayah," jawab Wira tak acuh.

"Kenapa nggak bareng sama lo aja, Wir? Harusnya lo nyambut para tamu bareng sama istri lo!" ujar Randi. Sepertinya, dia merasa ada yang aneh lagi dengan sikap Wira. Apa karena kemunculan Jeanice kembali?

"Harusnya yang jadi istri gue itu Jeanice, Ran. Bukan cewek munafik itu!" sanggah Wira. Dia tidak suka dinasehati oleh orang yang sama sekali tidak tahu keadaan yang sebenarnya.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang