Bab 19. Mulai Goyah

3.2K 169 71
                                    

Ketika mendapat pesan dari Nadhira yang terlihat kukuh tidak ingin dijemput oleh Wira, membuat pria itu pada akhirnya menetapkan untuk Nadhira tidak pulang terlambat.

Wira tidak ingin Reza mendapat lagi kesempatan mendekati istrinya, karena melihat respon Reza malam itu yang tidak menunjukkan akan menuruti ucapan Wira. Oleh karena itu, ketika jam pulang sudah tiba, Wira langsung berbenah untuk segera pulang.

"Ngapain buru-buru, Bro? Biasanya juga lo bersemadi dulu di sini," heran Randi ketika menemukan Wira sudah bersiap memakai jas untuk segera pulang.

Benar-benar aneh, dia tidak buta jika akhir-akhir ini Wira akan menunda waktu pulang untuk menunggu Jeanice dan mereka akan makan malam bersama. Randi tahu, karena pernah memergoki mereka.

"Gue ada perlu sama istri gue di rumah!" ucap Wira spontan.

Entah kenapa, semua pikiran Wira sekarang dipenuhi oleh kekhawatirannya bahwa Nadhira akan bertemu dengan Reza kembali. Pasalnya, istrinya hanya bilang akan bertemu klien dan Wira tahu pelanggan spesial Nadhira saat ini adalah sepupunya Reza.

"What? Ulangi lagi, Wir!" pinta Randi kepada Wira. Dia jelas mendengar kata istri meluncur dari mulut suci Wira, bukan nama Jeanice. Juga, wanita itu sepertinya masih berurusan dengan pihak produksi di ruangannya tadi.

"Gue ada perlu sama Nadhira. Istri gue. Lo nggak hilang ingatan kalo gue udah punya istri, kan?" ujar Wira masih sibuk menandatangani berkas yang baru saja dibawa oleh Randi. Benar-benar tidak tahu waktu!

"Nih, lain kali lo harus liat jam. Ini udah masuk jam pulang, masih aja dikasih ke gue!" cecar Wira dan langsung meninggalkan Randi yang masih melongo di tempat.

Randi melirik ke arah kepergian Wira. "Disini yang hilang ingatan lo, Wir! Ada apa, nih? Kok tiba-tiba tuh orang jadi aneh gini."

Sebelumnya, Wira bahkan melarang Randi membahas tentang Nadhira, karena akan merusak mood pria itu. Namun, lihatlah sekarang, Wira bahkan sangat menekankan status Nadhira sebagai istrinya kepada Randi.

"Siapa yang aneh, Ran?" tanya Jeanice membuyarkan kefokusan Randi dan malah terganti dengan kebingungan. Sekarang Jeanice pasti akan bertanya kepadanya tentang Wira.

"Eh, Jea. Udah beres sama Pak Aan?" sambut Randi dengan senormal mungkin.

Jeanice mengangguk. "Udah, tinggal survei aja bahannya besok." Jeanice mengedarkan pandangannya ke arah meja kerja Wira. "Ohiya, Wira mana? Ke toilet atau masih ada rapat?"

Randi menggaruk kepalanya yang sedang berpikir mencari jawaban tepat untuk situasi kehidupan asmara Wira sekarang.

"Em, dia tadi ada pertemuan buat tender di Kalimantan sama pihak owner-nya. Jadi, mau nggak mau langsung berangkat, takut keduluan lagi sama Sanjaya Group," bohong Randi.

Walaupun Wira sangat wajar pulang cepat untuk Nadhira, tapi disisi lain sahabatnya itu telah memberikan sebuah jalan pada hubungannya dengan Jeanice agar kembali utuh.

Jeanice mendesah lemah. Dia kurang cepat menemui Wira. Sejak pembicaraan mereka terkait dengan pemikiran Jeanice untuk menerima syarat dari orangtua Wira tadi, sikap Wira seakan terus menghindarinya.

Oleh karena itu, Jeanice ingin memperbaiki kecanggungan itu. Dia menyadari bahwa ucapannya tadi cukup terburu-buru, apalagi pernikahan Wira bahkan belum menginjak satu tahun.

"Oke, deh. Makasih, Ran. Gue pulang duluan, ya," pamit Jeanice melangkahkan kakinya dengan lemah. Dia harus pelan-pelan untuk kembali memikirkan hal ini. Bukan hanya melewati pertentangan dengan keluarganya, sekarang Jeanice juga harus kembali berhadapan dengan keluarga Wira dengan status pria itu yang sudah menjadi suami orang lain.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang