Bab 39. Hapus

3.7K 158 11
                                    

Kondisi jalanan yang macet membuat Reza tidak sempat untuk datang ke kontrakan Nadhira. Oleh karena itu, Reza langsung menuju ke rumah sakit tempat Nadhira dibawa oleh Hana dan beberapa tetangga di sekitar kontrakan Nadhira yang ikut membantu.

Ketika sampai di depan ruang persalinan yang telah diberitahukan oleh Hana kepadanya, Reza bisa melihat gadis itu sudah duduk menunggu persalinan Nadhira yang sedang berlangsung di dalam.

"Han, Nadhira gimana?" tanya Reza kepada Hana. Suaranya sedikit tersenggal-senggal, karena berlari dari parkiran menuju lantai lima ini.

"Tadi Nadhira pas nyampe ke sini udah hampir pembukaan akhir. Kita tunggu aja Nadhira selesai ngelahirin bayinya." Hana menjelaskan dengan rinci. Namun, matanya terfokus pada sudut bibir Reza dan beberapa luka memar di wajah pria itu.

"Kak Reza abis berantem?"

"Hah? Nggak, kok."

Hana menunjuk sudut bibir pria itu. "Itu berdarah, Kak. Pasti abis berantem, ya?" selisik Hana.

"Masalah cowok ini. Nggak usah dipikirin." Reza mencoba mengalihkan fokus Hana agar tidak mencurigainya. Bisa-bisa dia keceplosan habis adu jotos dengan Wira.

"Kak Reza berantem sama-"

Namun, ucapan Hana terhenti ketika pintu ruang persalinan Nadhira terbuka menampilkan dokter yang menangani persalinan Nadhira. Wajah dokter itu bisa menggambarkan bahwa proses persalinan sahabatnya itu berjalan lancar.

"Selamat, Bu Nadhira melahirkan anak perempuan yang sangat cantik. Suami Bu Nadhira mana, ya? Boleh segera masuk untuk mengadzani putrinya." Dokter tersebut menatap Hana dan Reza saling melirik bingung.

Keheningan itu pecah ketika Reza berjalan mendekat ke arah dokter tersebut. "Saya izin masuk untuk mengadzani putri saya, Dok."

Mata Hana terbelalak mendengar pengakuan gila Reza. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh pria itu? Kenapa sampai harus mengaku sebagai suami Nadhira?

Reza masuk ke dalam ruang persalinan Nadhira. Di sana sudah ada Nadhira yang sedang memandang takjub seorang bayi perempuan dalam dekapannya.

"Ra, aku boleh mengadzani anak kamu?" tanya Reza pelan meminta persetujuan Nadhira.

Nadhira sempat terdiam sejenak. Seharusnya, putrinya disambut bahagia oleh Wira dan mendapat dekapan pertama dari ayahnya. Bukan malah disambut oleh pria lain. Namun, ini sudah menjadi keputusan Nadhira. Dia dan putrinya akan membuka lembaran hidup yang baru tanpa Wira.

"Terima kasih, Kak Reza." Nadhira mengangguk dan memberitahu perawat untuk memberikan putri mungilnya kepada Reza untuk diadzani.

Reza tersenyum haru melihat putri dari wanita yang dicintainya ini. Wajahnya sangat menggemaskan. "Kamu cantik persis seperti ibumu, Nak."

Setelahnya, Reza mengumandangkan lantunan adzan tepat di samping telinga bayi manis yang menggeliat ketika mendengarkan kalimat indah itu. Nadhira tidak bisa menahan tangisnya ketika menyaksikan Reza yang mengadzani putrinya, bukan suaminya sendiri.

-0-0-0-

Wira dibawa pulang ke apartemen miliknya oleh Randi. Semenjak Nadhira meninggalkan rumah, Wira tinggal di apartemen. Kondisi Wira memang tidak terlalu parah dibandingkan dengan Reza. Namun, tetap saja Randi harus memastikan bahwa sahabatnya itu pulang dengan selamat. Emosi pria itu tidak bisa ditebak dan takut tidak terkontrol jika pulang sendiri.

Di sana sudah ada Jeanice yang mendapat kabar dari Randi bahwa Wira bertengkar dengan Reza tadi. Raut Jeanice terlihat sangat khawatir melihat keadaan wajah babak belur Wira.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang