Bab 15. Dingin Kembali

2.9K 172 59
                                    

Sejak permintaan maaf Wira diterima oleh Nadhira, hubungan mereka kembali menghangat. Sikap Nadhira mulai kembali pada semula. Namun, untuk Wira, masih belum menunjukkan ketertarikan kepada istrinya.

Pria itu memang sudah membiasakan diri untuk sarapan dan makan malam menyantap masakan istrinya, tapi tetap saja perasaannya semakin terpaut kepada mantan kekasihnya yang sekarang berada di kantor yang sama dengannya.

Nadhira tentu tidak mengetahui hal itu, dia hanya berusaha merebut hati suaminya ketika mereka berada di rumah dengan segala bentuk perhatiannya kepada Wira.

Nadhira tersenyum bangga ketika melihat hasil masakannya sudah tertata rapi menyambut kedatangan suaminya.

"Ini semua makanan kesukaan Mas Wira. Sejak berantem sama Mas Wira, aku belum buatin makanan kesukaannya. Dia harusnya senang, kan, aku masakin ini semua?" ujar Nadhira dengan percaya diri.

Satu jam telah berlalu dari jam kerja Wira seperti biasanya. Hal itu membuat Nadhira harus mengecek berulangkali jam untuk menahan kantuknya.

"Tumben Mas Wira belum pulang. Kemarin sebelum jam segini udah ada di rumah," gumam Nadhira sambil menatap sedih masakannya yang sepertinya sudah dingin.

Setelah menunggu hampir dua jam tanpa tanda-tanda kepulangan Wira, Nadhira akhirnya memutuskan untuk memasukkan beberapa masakan ke dapur agar nanti mudah untuk dihangatkan. Namun, ketika membawa piring ketiga, terdengar pintu rumahnya terbuka. Hal itu sontak membuat mata Nadhira kembali berbinar. Sudah pasti itu adalah suaminya yang pulang.

Dugaan Nadhira tidak meleset sama sekali, karena memang sekarang Wira sudah berada di hadapannya.

"Eh, kamu belum tidur?" tanya Wira cukup terkejut melihat Nadhira masih berada di ruang tengah, karena ini sudah larut malam. Dia kira wanita itu sudah tidur.

"Aku nunggu kamu. Kirain nggak akan pulang, jadi makanannya aku mau simpan di dapur." Nadhira menunjukkan mangkuk berisi sup ayam kepada Wira. "Kamu mau mandi dulu atau langsung makan, Mas?"

Wira menggeleng tanda tidak memilih satu pun pilihan dari Nadhira itu.

"Saya langsung ke kamar saja. Tadi sudah makan sama orang kantor," ucap Wira berlalu meninggalkan Nadhira. Dia tidak berbohong sudah makan dengan orang kantor, karena sebelum pulang dia memang makan malam terlebih dahulu dengan Jeanice.

Wira tidak mungkin terang-terangan memberitahu Nadhira tentang Jeanice yang kembali membuka kesempatan untuk hubungan mereka, karena takut Nadhira akan melaporkan kepada orang tuanya. Bisa diputus kerjasamanya dengan perusahaan Jeanice oleh sang ayah. Wira tentu tahu Marwan tidak akan memikirkan kerugian jika sudah menyangkut menantu kesayangannya itu.

Nadhira tidak menyanggah apapun, karena dia melihat wajah lelah suaminya. "Oke, selamat tidur, Mas," ucap Nadhira menatap punggung tegap Wira yang sudah berjalan memasuki kamarnya.

Mereka memang sudah berbaikan, tapi Nadhira masih memutuskan untuk tidur terpisah dengan Wira. Nadhira tahu bahwa keputusannya untuk tidur di kamar yang berbeda dengan suaminya adalah tindakan yang salah, tapi dia hanya ingin menunggu Wira yang memintanya sendiri.

Malam itu, bukan terakhir kalinya Wira terlambat pulang, karena setiap hari pria itu akan pulang larut malam dan selalu menolak makan malam bersama istrinya.

Wira tidak bisa makan berlebihan setelah perutnya terisi ketika makan malam bersama Jeanice sebelum pulang. Ternyata kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Wira, bahkan dia tidak memikirkan kekesalan Nadhira ketika masakan wanita itu tidak dia cicipi sedikit pun ketika pulang.

Nadhira yang lagi-lagi mendapati suaminya belum pulang padahal sudah larut malam, semakin dibuat penasaran. Pasalnya, ketika ditanya alasan terlambat pulang, Wira selalu menjawab pekerjaan kantor sedang banyak.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang