Bab 17. Malam Pertama

3.7K 177 78
                                    

Nadhira sedang menyiapkan makan malam yang berkonsep dadakan, karena permintaan suaminya itu. Walaupun dia sudah sangat lelah malam ini, tapi Nadhira tidak bisa mengabaikan perintah Wira untuk menyiapkan makanan yang menjadi salah satu kewajibannya.

Nadhira juga merasa bersalah, karena akhir-akhir ini dia tidak pernah memperhatikan Wira lagi. Dia terbawa emosi akibat perdebatan mereka untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing malam itu. Namun, seharusnya Nadhira tetap menjalankan kewajibannya untuk mengurus Wira.

Wira masuk dengan tatapan langsung terfokus ke arah dapur. Dia bisa melihat Nadhira sedang memasak yang menjadi permintaan mendadaknya tadi. Padahal, Wira tidak bermaksud menyuruh Nadhira memasak, dia hanya ingin membuat istrinya masuk dan membiarkannya berbicara dengan Reza.

Nadhira meletakkan sepiring nasi goreng di atas meja pantry dapur, kemudian melirik ke arah suaminya. "Aku cuma masak nasi goreng. Aku duluan ke atas, ya, Mas," ucap Nadhira datar.

Setelahnya, kaki Nadhira beranjak meninggalkan Wira yang masih diam. Nadhira tidak mempedulikan respon pria itu, karena sudah lelah dan ingin segera menyapa kasur empuknya.

Namun, langkah Nadhira tertahan karena cekalan Wira pada lengannya.

"Ada yang mau saya bicarakan dulu, Nadhira. Apa ini sikap yang seharusnya kamu lakukan ketika sedang berbicara dengan suamimu?" ucap Wira karena Nadhira masih saja bersikap dingin kepadanya.

"Lalu, apa yang seharusnya aku lakukan, Mas? Bukannya dimatamu semua yang aku lakukan itu salah?" sahut Nadhira mulai menatap Wira. "Ini sudah malam. Jadi, apa yang mau kamu bicarakan sekarang?!"

Wira menghela napas berat. Dia ragu mengutarakan hal ini, tapi dia tidak bisa terus membiarkan Reza dengan bebasnya mendekati Nadhira. Bagaimana pun juga Nadhira adalah istrinya.

"Mulai sekarang kamu jangan dekat-dekat lagi dengan Reza! Bukan cuma Reza, tapi pria manapun juga, kamu nggak boleh dekat-dekat sama mereka," ujar Wira tegas.

Sepertinya, bukan hanya Reza yang tertarik dengan istrinya, Wira beberapa kali melihat rekan bisnisnya juga melirik Nadhira dengan tatapan tertarik saat acara perusahaan kemarin malam.

Nadhira membelalakkan matanya mendengar perkataan Wira barusan. Apa dia tidak salah dengar sekarang?

"Kamu nggak lagi hilang ingatan, kan, Mas? Kamu sendiri yang menyuruh kita untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing," ujar Nadhira mendengus kasar dengan sikap Wira saat ini.

"Lagipula, aku nggak dekat dengan Kak Reza seperti apa yang kamu pikirkan itu! Sepupu dia lagi pesan gaun pernikahan. Karena sepupunya sibuk, Kak Reza yang jadi perantara kami," jelas Nadhira agar suaminya tidak terus berpikir yang tidak-tidak kepada dirinya dan Reza.

"Sepupunya sibuk? Ayolah, Reza itu pasti lebih sibuk. Apa kamu tidak peka bahwa Reza sedang mendekatimu, Nadhira!" Emosi Wira meledak begitu saja, karena merasa Nadhira sedang membela Reza sekarang.

Nadhira terkekeh. "Lalu, jika Kak Reza sedang mendekatiku, aku harus apa? Dia bahkan rela membagi waktunya yang sibuk itu buatku. Sedangkan, suamiku sendiri malah membuat batas denganku selama ini!" telak Nadhira. Jika Wira bisa mengeluarkan semua ganjalan dalam pikirannya, maka Nadhira pun akan bersikap demikian sekarang.

Wira mengusap wajahnya kasar. "Kamu itu istri saya, Nadhira! Jadi, saya berhak untuk melarang kamu dekat dengan Reza atau siapapun itu."

"Kamu pun suamiku, Mas. Aku juga berhak melarang kamu untuk bertemu dan berdekatan dengan mantan pacarmu itu! Aku capek, Mas!"

Tangis Nadhira pecah ketika meluapkan semuanya. Dia tidak suka ketika Wira kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya itu. Bahkan, suaminya mampu tersenyum hanya dengan pesan dari Jeanice. Nadhira tidak sesabar itu.

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang