Bab 13. Fakta dan Peluang

2.7K 167 59
                                    

Setelah mendengar kabar bahwa Nadhira menghilang dari tempat acara, Wira langsung bertanya kepada staff keamanan hotel berharap Nadhira masih berada di sana. Namun, tidak ada yang melihat istrinya.

Wira mengacak rambutnya gusar dengan sebelah tangan masih memegang kemudi. Dia seharusnya memastikan dahulu bahwa Nadhira sudah bersama orang tuanya tadi, bukan langsung mengajak Jeanice berbicara.

"Kamu kemana, sih, Nadhira?!" tanya Wira gusar. "Apa dia sama Reza sekarang? Nggak mungkin Nadhira melakukan hal yang aneh sama Reza, kan?"

Pikiran Wira sudah buntu, sehingga membuat dugaan kotor itu. Namun, ketika mencari Nadhira tadi, dia tidak menemukan Reza juga yang malah memperkuat dugaannya.

Wira langsung mengarahkan mobil ke arah rumahnya. Dia harus memastikan Nadhira ada di rumah sekarang untuk mematahkan dugaan buruknya. Wira memang sedang kesal kepada istrinya, tapi tidak pernah terbayang di kepalanya bahwa Nadhira bermain belakang dengan pria lain.

Ketika mobilnya sudah sampai di depan rumah, Wira langsung turun untuk segera masuk. Ternyata pintu rumahnya tidak terkunci, hal itu membuat Wira bisa bernafas lega, karena dugaan buruknya salah. Nadhira memang sudah berada di rumah sekarang.

Wira langsung melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan netranya langsung melihat Nadhira sedang duduk di ruang tamu dengan wajah sembab. Apa Nadhira baru saja menangis?

"Kamu kenapa pulang tanpa kasih tahu saya? Kamu tahu, Ibu sangat khawatir sama kamu!" tanya Wira memburu. Bukan hanya ibunya, tapi dia juga sebenarnya.

Nadhira mendongakkan matanya menatap suaminya. "Aku tadi buru-buru, karena kakiku sakit," ucap Nadhira dengan senyum getir.

"Harusnya kamu bilang sama Ibu, biar suruh Pak Karni buat antar pulang kamu. Bukan malah bikin khawatir dengan pulang sendiri kayak gini," ucap Wira masih menggebu.

"Aku nggak pulang sendiri, kok. Tadi diantar sama Kak Reza," sambut Nadhira datar.

Mata Wira langsung membulat dengan tangan terkepal. Dugaannya benar, Nadhira memang pulang bersama Reza. Apa sebelum pulang Nadhira melakukan sesuatu dulu dengan Reza?

Jika benar, maka Wira tidak akan pernah memaafkannya, sekali pun Nadhira bukan wanita yang dicintainya.

"Kamu pulang dengan Reza? Apa kalian melakukan-"

"Kak Reza cuma antar aku saja! Apa kamu sekarang berpikir yang tidak-tidak tentang aku dan Kak Reza?!" potong Nadhira. Walaupun Wira belum menyelesaikan ucapannya, tapi dia sudah menduga apa yang ada di pikiran Wira sekarang.

"Suami mana pun juga akan berpikir seperti itu, jika istrinya malah pulang dengan pria lain, Nadhira! Apa kamu tidak berpikir sampai sejauh itu? Bagaimana jika ada yang melihat kalian berdua dan menyebabkan rumor buruk tentang itu?!" seru Wira semakin memburu dengan emosi yang mulai memuncak.

"Harusnya kamu menanyakan itu semua pada dirimu sendiri, Mas!"

Nadhira mulai bangkit dari duduknya menatap nanar suaminya. Dia tidak mungkin berduaan pulang dengan Reza tadi, karena di dalam mobil itu ada sekretaris pria itu juga yang ikut mengantarnya. Pikiran Wira ternyata sangat sempit tentang Nadhira.

"Maksud kamu apa? Kenapa malah membahas tentang saya!" ujar Wira bingung.

Nadhira menatap Wira serius. "Aku bisa terima jika kamu terus bersikap dingin kepadaku, Mas. Tapi, tindakan kamu yang berpelukan dengan wanita lain di tempat sepi itu bukan tindakan yang benar. Kamu sudah menikah sekarang!" ungkap Nadhira dengan tangis yang sudah tidak bisa terbendung lagi.

Dada Wira berdetak tidak karuan mendengar ucapan Nadhira. "Kamu melihatnya?" tanya Wira dengan gugup.

Nadhira mengangguk. "Iya. Aku bahkan mendengar semua pembicaraan kalian. Dia mantan pacar kamu, kan?"

Peri Cinta (Wall Of Love) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang