Menarik Garis Jelas

239 13 0
                                    

“duduk Kak..” Tata tanpa diperintah dua kali, menuruti perkataan Dareen. Wanita itu memilih duduk di singgle sofa tak jauh dari Dareen

Lama mereka saling diam, hingga hanya suara jarum jam yang terdengar memenuhi ruang tamu tersebut.

“kak..” Tata menatap Dareen, pria itu pun melakukan hal yang sama

“pertama, gue minta maaf atas keadian terakhir yang terjadi.. pada lo kak. Gue akuin, dalam masalah ini gue yang salah” Tata sempat tertegun mendengar panggilan aku-kamu pria itu berubah menjadi lo-gue. Wanita itu sebisa mungkin kembali fokus pada kalimat Dareen selanjutnya

“untuk foto-foto di galery, pihak Anna’s Art tidak bisa menariknya. Butuh waktu dua bulan untuk proses tersebut, jadi gue mohon.. lo bisa mengerti. Masalah lainnya, salah satu foto lo yang ada di Galery cabang korea udah di beli oleh seseorang, tapi tenang ajah.. bagaimanapun caranya, gue pasti bisa mengembalikan foto itu”

Tata hanya diam, membuat Dareen bingung harus meminta maaf seperti apa lagi “gue benar-benar minta maaf kak..”

“untuk masalah itu, aku sudah memaafkan kamu”

“syukurlah” ucap Dareen dengan senyum menawan, tanpa disadari Tata.. hatinya lumayan berdesir melihat itu. Tapi sayang, senyum Dareen hilang sepersekian detik kemudian.

“untuk masalah hubungan kita, gue mau ngomong kak..”

“gue mau menghapus perasaan gue sama lo kak”

Deg...

Tata mengerjab, tangannya terkepal, jantungnya berdetak dengan cepat mendengar kalimat pria didepannya. Dia bahkan bingung dengan respon tubuhnya.

“beberapa bulan ini, gue udah berjuang buat luluhkan hati lo.. dan gue sadar, hal yang di paksakan.. tidak selamanya akan berhasil. Apalagi soal hati

Jadi.. gue hanya akan fokus untuk hilangin perasaan sayang dan cinta sebagai laki-laki perempuan, dan gue berjanji hubungan persaudaraan kita nggak akan terganggu, gue bakal anggap lo kakak gue, sama seperti gue menganggap kak Amanda yang sebentar lagi bakal jadi kakak ipar gue”

Tata terdiam, sedangkan Dareen.. pria itu dengan santainya tersenyum menawan didepan nya. Sepeninggalan Dareen, tanpa diperintah tangan Tata menekan dada kirinya. Rasanya sangat sakit.. sangat amat sakit.

***

Pagi menjelang, barang bawaan ketiganya sudah dipindahkan ke lantai dua oleh pelayan, tepatnya bertepatan saat mereka menyantap sarapan pagi tadi.

Sekarang mereka sedang duduk di ruang tamu lantai dua, sebetulnya lebih bisa disebut ruang bebas. Ruang bebas tersebut berbentuk lingkaran, sedangkan yang melingkari ruang bebas tersebut adalah 1 kamar utama yang terhubung langsung dengan ruang kerja Dareen tepat bersebelahan dengan balkon utama yang cukup luas, 3 kamar tamu lain balkon, dapur yang terletak bagian kiri tangga penghubung lantai 1 dan dua, serta dinding yang di tutupi oleh kain putih besar di bagian kanan tangga.

Dan Tata yakin, foto yang dimaksud oleh Amanda kemarin terletak di dinding itu

Dareen yang menyadari tatapan Tata tertuju pada dinding yang sengaja ia tutupi, tidak bermaksud untuk menjelaskan lebih lanjut.

“gue nggak tau, kalau lo punya dapur di lantai dua ini” Dareen menatap Bianca yang sudah berlalu lalang di dapur yang baru saja selesai di buat oleh bawahan Ken.

“awalnya nggak ada rencana sih kak, tapi karena malas ke bawah.. gue memutuskan untuk membuat dapur disini” jelas Dareen, sedangkan Amanda berdecak cukup keras. Tunangannya sedang berada di ruang kerta Dareen karena tiba-tiba harus menghadiri rapat online dari perusahaannya di Seattle. Jadi mereka hanya berlima di ruang bebas itu

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang