Kesempatan Dalam Kesempitan

389 16 0
                                    

Masih di ruang tamu apartemen Dareen, Tata masih setia menatap tajam pria itu.

"tuan" Dareen menatap Mang Reno yang baru saja keluar dari lift.

"sudah kau urus?" pria paruh baya itu mengangguk, memberikan sebuah amplop coklat. Tanpa menunggu lama lagi, Dareen mengeluarkan isi amplop tersebut. Ada beberapa kertas, foto dan sebuah flashdisk.

"semuanya sudah ada di flashdisk itu, tuan"

"terimakasih, kau bisa pergi" Mang Reno meninggalkan mereka berdua.

"ini"

"semua bukti ada di sini, Ta.. Sekarang dengan bukti ini kau mau melakukan apa?"

"menuntut mereka, tentu saja"
Dareen mengerutkan kening bingung "aku kira kau akan menemui mereka sendiri" Tata menggeleng

"tidak, mereka sudah cukup keterlaluan" Dareen mengangguk "sekarang, berikan bukti itu"

"tidak.."
Tata mengerutkan kening "kenapa?"

"tidak akan ku berikan semudah itu" Dareen kembali memasukkan bukti-bukti tersebut kedalam map coklat.

"Dareen!"

"baik.. Kau akan menukar bukti ini, dengan apa?"

"Dareen, berhentilah bercanda"

"aku tidak bercanda sayang, aku serius" Tata berdecak,

"kau masih memikirkan hal itu? Di situasi seperti sekarang? Berikan" wanita itu mencoba meraih amplop coklat di tangan Dareen tapi pergerakan ya kalah cepat dengan pria itu. Alhasil kejar kejaran diantara mereka berdua tak terelakkan lagi.

"tidak!"

"Dareen! Berikan amplop itu" Dareen menggeleng cepat, masih berusaha mengangkat tinggi amplop itu dengan tangan kanannya.

Tata yang akhirnya berhasil menangkap tubuh Dareen tanpa sadar melingkarkan tangannya di bahu Dareen, dengan tangan kanan yang coba meraih amplop.

Dareen yang sadar dengan posisi mereka memanfaatkan hal tersebut, tangan kirinya yang bebas dengan cepat meraih pinggang ramping Tata lalu secepat kilat pria itu menurunkan tangan kanannya dan memeluk tubuh Tata dengan erat

"Dareen.. Apa yang kau lakukan? Lepas!" pria itu menggeleng sambil mengeratkan pelukannya

"Dareen.."

"ssstt.. Biarkan seperti ini, maka kau akan dapatkan buktinya"

Mendengar hal itu, Tata menghentikan pergerakan ya. Yh, demi bukti.. Tak apa merelakan tubuhnya sendiri. Namun, tangan pria itu yang awalnya hanya bertengger di pingganya, semakin lama bergerak dengan naik turun membuat dia sendiri tidak nyaman.

"jangan mengambil kesempatan didalam kesempitan" ucap Tata tegas, Dareen hanya tersenyum mendengarnya

"mengapa menolakku?"

"hah?" Tata mencoba melepaskan pelukan mereka, tapi nampaknya pria itu tidak menyetujui keinginannya. Terbukti, pelukan Dareen bertambah erat

"kau tau sendiri, dari pertemuan awal kita aku sudah menaruh hati padamu bukan?" bisik Dareen lagi "kenapa kau selalu menghindari perasaanku"

"ini bukan saat yang tepat untuk membahas masalah itu-"

"lalu kapan waktu yang tepat jika kau saja terus lari menjauhiku?" Tata terdiam. Dia mengakui perkataan Dareen ada benarnya. Selama ini, dia terus lari menjauh setiap bertemu dengan pria itu.

"sebetulnya apa kurangku, Ta? Kenapa tidak mencobanya denganku?"

"kita tidak akan berhasil, Dareen" jawab Tata. Wanita itu menutup erat kedua matanya, mengenang kembali masa lalu kelam miliknya yang tidak akan pernah dia ulang lagi. Tidak akan pernah.

"bagaimana kau akan tau, hubungan kita akan berhasil atau tidak, jika tidak mencoba?" Tata menghembuskan nafas berat.

"sayang" Dareen membulatkan matanya mendengar Tata memanggilnya dengan kata kramat tersebut. Tanpa berfikir dua kali, pria itu langsung melepaskan pelukannya.

"kau bilang apa? Kau- memanggilku apa?"

"Sayang, seperti yang kufikirkan, kau bukanlah tandinganku" Dareen mengerutkan kening bingung, sebelum menyadari bahwa amplop di tangannya sudah berada di tangan wanita itu.

Sial, aku terlalu terpesona dengan panggilan itu, batin Dareen

Tata dengan cepat berlari kearah lift yang masih tertutup, sedangkan Dareen, pria itu hanya menunjukkan smirk lalu berjalan pelan kearah sofa dan duduk disana.

Tata sempat bingung, mengapa pria itu tidak mengejarnya.

"aku yakin, kau akan kembali kesini Ta.." Tata menoleh kearah nya, dan betapa syok ya dia saat melihat Dareen tengah menunjukkan ponselnya.

"kau.."

"kemari sayang, atau benda ini ku sita"

"kau fikir aku bodoh? Ponsel itu terkunci.. Oh sial.. Bagaimana kau bisa tau password ponselku"

Tanpa berfikir dua kali, Tata kembali berlari kearah Dareen. Pria itu dengan cepat menyembunyikan ponsel Tata di antara punggung dan sandaran sofa tempatnya duduk.

Tata yang tidak terima, mencoba meraih ponselnya tapi Dareen dengan cepat kembali merengkuh tubuh wanita itu, lalu menghempaskannya di sofa, dan dengan cepat menindihnya.

Tata sekuat tenaga menyingkirkan Dareen, tapi pria itu tak memberikan celah sedikitpun dengan mengangkat kedua tangan Tata keatas kepala wanita itu.

Tata yang sadar dengan posisi berbahaya mereka, berteriak mengancam Dareen. Apalagi saat pria itu menempatkan tubuhnya di antara kedua kakinya

"lepaskan! Dareen apa yang kau lakukan! Kau mau melecehkan ku hah!?" Dareen hanya tersenyum, lalu menyelipkan wajahnya ke cerukkan leher tata membuat wanita itu tambah panik

"DAREEEEN.. SIALAN KAU! LEPASKAN AKU!" pria itu hanya tertawa. Dia sebetulnya tidak melakukan apapun selain menyelipkan kepalanya di cerukkan leher Tata, tapi mendengar respon berlebihan wanita itu membuatnya sedikit terhibur.

"Ya ampun tuan, apa yang anda lakukan?" Teriak Bi Yati, wanita paruh baya itu baru saja selesai mengurus kucing yang di bawa oleh Tata tadi

"Bi! Tolong aku, pria ini gila"

"pergilah ke bawah, jangan ganggu aku bi" gumam Dareen yang masih setia tidak sedikitpun merubah posisi nya

"Bi.. Jangan pergi, Bantu aku!" wanita itu masih setia berusaha lepas dari kungkungan Dareen

"Tuan dan nyonya mau membuat baby yah?" tanya Bi Yati polos

"oh tuhan.. Bi.. Ini lebih ke.. Tindakan pemerko.. "

"baiklah.. Lanjutkan. Semangat yah Tuan.. Nyonya.. Saya tidak akan mengganggu lagi" potong Bibi Yati dan segera pergi menghilang di balik lift

"apa! Bi.. Hey jangan pergi.. Bibi!"

"hahah" Dareen hanya tertawa mendengar Tata umpatannya tertelan karena tidak ingin kualat pada orang yang lebih tua.

***

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang