Lampu Hijau?

298 7 0
                                    

Setelah sarapan yang cukup melelahkan bagi Tata, karena terus saja berdebat dengan kedua pasang paruh baya soal siapa Dareen.. Akhirnya kedua anak muda itu segera memisahkan diri.

Bukan memisahkan sih, lebih tepatnya dibiarkan berdua di garasi tempat pembuatan kerajinan tembikar kakeknya. Untung saja tempat itu hanya terdiri dari tiang dan atap, tidak ada pintu atau dinding penghalang. Jadi, sang kakek bisa leluasa mengawasi keduanya dari dalam rumah

"cepat, katakan. Apa alasan yang membawamu hingga ke tempat ini" Dareen tak menatap Tata, pandangannya lurus kedepan. Menatap rerumputan hijau, pepohonan yang menjulang, serta sebuah mobil pickup yang melintasi jalan setapak dengan kecepatan pelan. Amat pelan malah.

"disini nyaman yah" ucap Dareen akhirnya saat pria itu kembali merasakan hembusan angin yang sejuk

"ck.. Iya. Aku tahu disini nyaman. Banget malah. Jadi tolong, jawab pertanyaan aku. Kamu ngapain kesini?"
Dareen meboleh "nemuin kamu lah"

"buat apa?" potong Tata tak sabaran

"mau minta maaf" Tata mengangkat sebelah alisnya saat mendengar perkataan Dareen.

"kamu nggak buat salah apapun, ngapain minta maaf?" Dareen menghembuskan nafas berat "ini soal Satya dan teman-teman nya"

"oh.."

Senyap sesaat, hanya suara kicauan burung yang terdengar. Membuat sangat tentram

"jadi..."

"jadi?" tanya Tata balik "aku dimaafkan?" timpal Dareen, hati-hati.

"seperti yang aku katakan tadi, kamu nggak salah. Jadi, nggak perlu minta maaf" mereka kembali diam, dengan pemikiran masing-masing.

"jadi, mereka itu sahabatmu?"
Dareen menggeleng. "aku nggak punya sahabat, selain para kakak sepupu ku" Tata mengangguk paham

"lalu.. Mereka siapa?"

"hanya para brengsek yang selama ini ku biarkan hidup" Tata menatap Dareen kaget, wajah wanita itu mengerutkan kening bingung.

"karena kejadian kemarin, aku menyadari sesuatu" Tata tak berniat memotong perkataan pria itu, dia hanya menatap lurus kedua mata Dareen. "mereka pasti dusah melakukan ini dari dulu, mengingat saat sekolah menengah atas aku pernah di tampar oleh mantanku. Aku sendiri tidak tau alasannya waktu itu, dia hanya mengatakan kalau aku adalah pria brengsek" Sambung Dareen dengan kekehan lirih.

Tata memutuskan kontak mata mereka, wanita itu memilih menatap lurus kedepan.

"aku juga menyadari satu hal" kali ini Dareen yang menatap dalam Tata, karena wanita itu kembali menatap kedua matanya. "aku mendengar kabar, kau selalu memutuskan pacarmu detiap 7 hari. Kau mendapat predikat playboy kelas kakap. Mungkin mereka melakukan hal yang sama pada para mantanmu" Dareen mengerjab. Tapi sesaat kemudian dia terkekeh lucu

"kenapa aku tidak berfikir kearah itu?" Tata mengangkat bahunya acuh. Melirik kearah jam di pergelangan tangan kanannya, lalu kembali melirik Dareen.

"kau berencana berada di sini, sampai jam berapa?"

Dareen menaikkan salah satu alisnya "kau mengusirku?"

"mungkin" Tata berdiri dari Duduknya, meraih tas punggung lalu mengalihkan tatapannya kearah sang kakek yang sejak tadi memperhatikan mereka

"kakek, aku pergi dulu" Sang kakek mengangguk, tak lama wanita tua tiba-tiba muncul didepan pintu. Memeluk Tata, sambil membisikkan agar wanita itu berhati-hati selama di perjalanan.

Dareen terlihat cukup bingung, "kau ingin kemana?"

Tata menoleh sekilas "healing" Dareen kembali bingung.

"aku pergi dulu, kakek.. Nenek"
Tanpa menghiraukan Dareen, wanita itu mulai melangkah meninggalkan pekarangan. Wanita itu terlihat melambai ke arah seorang pria yang tengah duduk diatas sebuah motor trail.
Dareen bahkan tidak menyadari, kapan pria itu datang.

"Tata.. Hey!!" Dareen mengejar keduanya, tapi sial. Pria itu menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata

"kau tidak akan bisa mengejar mereka, anak muda" Dareen kembali melangkah kedalam pekarangan rumah

"mereka akan kemana, Kek?" pria tua itu tersenyum menatap lurus kedepan.

"healing"

Dareen sebenarnya cukup emosi mendengar kata itu terucap lagi, tapi dia tidak bisa lepas kendali pada orang yang jauh lebih tua darinya

"Kalau begitu, aku pamit pulang saja. Kakek" pria tua itu mengangguk.
Dareen berbalik, hendak pergi. Tapi langkahnya tertahan dengan ucapan lantang pria tua di belakangnya

"aku menunggu undangan pernikahan kalian"

Dareen berbalik "apa?"

"tidak ada, pergilah"
Tak ingin ambil pusing, Dareen memilih benar-benar meninggalkan rumah pria tua itu tanpa berbalik lagi.

***

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang