1Tata Sakit

311 9 0
                                    

Ting tong...

Tata terbangun mendengar suara bel menggemah hingga ke kamar. Menoleh lebih dulu kearah jam dinding, sudah malam. Dia tertidur cukup lama. saat hendak bangun, Tata meringis. Kepalanya sakit. Ada apa?

Ting tong...

Dia sangat ingin bangun, tetapi sakit di kepalanya tidak biasa. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk berbaring kembali.

Tidak lama, handphone miliknya di nakas mulai berbunyi. Dengan sekuat tenaga, ia mengambil handphone itu kemudian tanpa melihat nama kontak dia mengangkat

"hallo" Tata kembali meringis mendengar suaranya yang sangat jauh

"Hallo.. Ta... kamu sakit??"

"Dareen?"

"yah ini aku. Kau sakit Ta? Suaramu serak dan terasa berat. Sekarang kau dimana? Di apart? Kau bisa membuka pintu untukku? Biarkan aku masuk.. aku khawatir Ta" Tata diam-diam tersenyum mendengar rentetan pertanyaan Dareen yang terdengar tidak sabaran

"Ta..."

"ya.. aku akan memberikan password pintu apart aku sama kamu, Dar.."

Setelah mengetik password, tak butuh waktu lama untuk dia mendengar seseorang tengah mencoba memasukan code di pintu apart nya.

"Ta..." Tata mendengar suara pintu kamarnya terbuka, bersamaan dengan suara pria yang sudah sangat ia hafal terdengar cukup khawatir. Merasakan sentuhan telapak tangan hangat di keningnya.

Dareen tengah memeriksa suhu tubuhnya

"Kamu panas banget. Kita ke rumah sakit yah?" Tata menggeleng. "kenapa?" tidak ada jawaban dari Tata. "aku panggil dokter kesini kalau gitu"

Tata hendak melarang Dareen, tapi pria itu seperti tidak mau di bantah. Jadi, dia membiarkan Dareen menghubungi seseorang tanpa meninggalkan Tata sedikitpun.

"aku tunggu kak. terimakasih"

Plipp..

"dokter akan segera datang. Kamu butuh sesuatu? Atau ada yang sakit?" Tata menggeleng, Dareen yang tidak mempercayai wanita didepannya memilih mengeratkan genggaman tangannya pada wanita itu

"sabar yah, bentar lagi kok"

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya bell apartemen Tata akhirnya berbunyi. Dareen bergegas kearah pintu utama apartemen.

"dimana?" ucap Artha -kakak sepupu Dareen-

"ikut aku kak"

Artha segera mengeluarkan peralatan dokter miliknya, lalu mulai memeriksa Tata. Dareen dengan setia berdiri di sisi tempat tidur memperhatikan Tata yang tak henti merintih dan mengerutkan alisnya

"dia demam, sepertinya kelelahan" Dareen diam-diam bernafas legah. Ia fikir, Tata tengah terserang penyakit serius. "berikan obat ini setelah sadar nanti" Dareen menerima kertas berisikan resep obat dan mengangguk

"satu lagi, kamu harus lebih memerhatikan wanita mu ini. Jangan biarkan dia kelelahan, nggak becus banget jadi cowok" Dareen mendelik. Sifat profesional pria didepannya langsung hilang digantikan senyum mengejek

"aku baru pulang yah kak, nggak ada jaringan di pedalaman Afrika" Artha hanya menggeleng. Pria itu mulai berdiri, tentunya setelah merapihkan peralatan kedokteran yang selalu ia bawa kemanapun.

"untung tadi kakak di sekitar sini, kalau nggak gimana? Kakak bahkan lansung tancap gas dengar nada khawatir kamu, aku kira tadi istrimu akan segera melahirkan" lagi-lagi Dareen mendelik, kali ini tawa Artha tidak bisa ia tahan

"udah sana kakak pergi"

"wah.. nggak ada terimakasihnya lagi"

"nanti.. gampang itu, nanti aku kenalkan sama teman aku. Dia cantik, kakak pasti nggak akan menolak kali ini" Artha menggeleng dan tersenyum mengejek

"buat kamu ajah dulu, nggak cape apa di tolak mulu?" wajah Dareen langsung berubah murung "perempuan banyak Dareen, nanti kalau di tolak lagi.. langsung kabur ajah yah, nanti aku kenalin dokter-dokter muda di rumah sakit. Banyak kok"

"kalau banyak kenapa kakak masih jomblo?"

Artha memilih memukul bahu Dareen, karena sadar pembahasan mereka tidak akan selesai jika di lanjutkan. Pria itu bahkan tanpa pamit langsung keluar dari kamar "jangan lupa biaya pemeriksaan, di TF ajah" teriaknya kemudian

Dareen menggeleng. Berani sekali Dokter satu itu berteriak di rumah orang, pemiliknya bahkan terbaring sakit.

Setelah mengirim pesan pada bawahannya untuk membeli obat, Dareen melangkah meninggalkan kamar menuju dapur. Tata sepertinya belum makan. Dan bubur adalah pilihan ternbaik untuk saat ini.

***

"Ta.. bangun dulu yuk. Makan dan minum obat, setelah itu baru tidur lagi" bisik Dareen pelan. Tata yang mendengarnya mulai membuka mata dengan pelan

"Dareen"

"iya. Mau minum?" Tata mengangguk. Dareen dengan telaten membantu wanita itu untuk bersandar di kepala ranjang, setelah Tata merasa nyaman barulah ia membantu wanita itu untuk bangung.

"sekarang makan bubur setelah itu minum obat" Tata hanya bisa mengangguk. Dareen mulai menyuapi Tata makan, sedikit demi sedikit. Pria itu bahkan sesekali tersenyum saat Tata makan dengan lahap

"enak banget kayaknya bubur buatan aku, sedikit lagi habis nih" Tata ikut tersenyum. Dareen yang mulai penasaran karena tadi tidak sempat merasakan bubur buatannya, memilih menyendok sedikit bubur lalu mencobanya.

"ueeekkk.. asiinnn" Tata mengerutkan kening bingung, benarkah? Pikirnya. "kenapa kamu terima ajah suapan aku, padahal rasanya asin banget?" Dareen tanpa pikir dua kali meminum air putih bekas Tata tadi

"jangan minum bekas aku, Dareen.. nanti kamu tertular" Dareen tidak mengindahkan perkataan Tata. Pria itu memilih meletakkan tangannya didepan bibir wanita itu

"muntahkan" Tata tersenyum "gimana di muntahkan kalau makanannya aja udah masuk dalam perut sih Dareen, kamu lama-lama lucu juga yah.."

"ya ampunn Ta... aku lagi nggak bercanda loh ini. Buburnya benar amat sangat asin, kamu tau?" Tata menanggapi dengan gelengan kepala, sedangkan Dareen sudah dibuat syok

"kamu lupa, aku dalam keadaan sehat ajah susah merasakan rasa masakan. Apalagi kalau sakit gini, biasa ilang sih. Tapi tadi aku rasa garamnya pas" Dareen menepuk jidat mendengar penjelasan Tata. Ternyata saat Bianca dan Amanda menceritakan keanehan Tata di Villa waktu itu, bukanlah sebuah lelucon

"udah jangan makan lagi" Dareen menyingkirkan mangkuk bubur dari dekat Tata, apalagi setelah melihat tatapan wanita itu yang terlihat tidak tega melihat makanan sisa. Jangan lupa untuk membuang sisanya nanti Dareen. batin pria itu

***

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang