Mengejar

285 11 0
                                    

Seperti yang sudah mereka katakan, keesokan paginya Satya dan ketiga teman pria itu berdiri tepat didepan resto milik Tata.

Saat hendak masuk, mereka di cegat oleh Adrian dan lainnya. Mereka tidak di izinkan masuk.

"kami datang ingin meminta maaf, oke. Bukan untuk mencari masalah" Adrian tetap tak bergeming.

"kami serius, jadi tolong biarkan kami bertemu dengan Renata" jelas Satya kembali

"chef nggak ada"

"apa maksud lo?"

"karena kejadian kemarin, dia sangat syok. Jadi hari ini, resto di serahkan kepada kami"

Adrian dapat dengan jelas mendengar decakan sebal keempat pria itu. Melirik sekilas pada jam di pergelangan tangannya, setelah itu memutuskan untuk beranjak. Tanpa repot-repot meminta izin kepada keempat pria didepannya.

"Gimana ni Sat?"

"udah.. Kita bisa kesini lagi besok. Pasti wanita itu akan datang"

"oke."

Disisi lain, Tata tengah menatap malas ponsel yang terus bergetar tanda masuk nya panggilan. Wanita itu sedikitpun tak ingin mengangkat panggilan siapapun.

Sedangkan Dareen, pria itu terus saja berjalan gelisah memutari ruang tengah apartemennya. Yah, setelah kejadian kemarin pria itu memutuskan untuk tak kembali dulu ke Deefka. Dia harus memastikan Tata baik-baik saja.

"tuan terlihat gusar, ada masalah yah tuan?" Dareen melirik sekilas Bibi yang tengah berdiri dengan nampan berisi minuman tak jauh darinya

"nggak kok, bi" Wanita paruh baya itu hendak bertanya lagi, tapi melihat sang tuan muda yang terus saja serius menghubungi -entah siapa diujung sana-, memilih mengurungkan niatnya.

"kenapa nggak di angkat sih, Ta.. Aku khawatir banget ini" gumam pria itu. "ah. Sial"

Pria itu memilih meraih kunci mobil serta segera berlalu menuju lift. Lebih baik dia pergi ke apartemen wanita itu.

Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai diparkiran bawah tanah gedung apartemen Tata, setelah memarkirkan mobil, dia segera turun dan menuju lift untuk naik.

Saat sampai di lantai tujuan, entah keberuntungan atau apa.. Dia bertemu dengan Bianca yang baru saja keluar dari apartemen Tata.

"Bianca"

"oh astaga.. Lo ngagetin gue, Dareen" sentak wanita itu kesal, tak lupa mengelus dada karena benar-benar kaget dengan keberadaan pria itu. Kapan dia datang?

"lo mau masuk ke dalam" tunjuk Dareen pada pintu di depan mereka.

"nggak.. Gue lagi mikir, gue sepertinya lupa sesuatu di dalam deh. Tapi apa yah"

"tinggal tanya Tata kan, beres" saat hendak membunyikan bell, Bianca menghentikannya

"percuma sih, nggak ada orang didalam" Alis Dareen bertaut "oh.. Lo nggak tau yah? Karena kejadian kemarin, Tata memutuskan buat healing"

"apa!!"

Bianca menekan telinganya beberapa kali karena teriakan pria di sampingnya, setelah itu kembali menjelaskan.

"itu loh video yang gue kirimin sama Amanda, pasti udah lo liat kan. Dia syok banget tau nggak, jadi mutusin buat nenangin diri. Mungkin besok baru balik"

"serius lo? Tolong jahgan bercanda dong, ini situasi genting" Bianca memutar matanya malas

"yang bercanda emang siapa? Udah deh, gue udah telat mau ke resto"

"eh.. Gue belum selesai kali" cegat Dareen. Bianca lagi-lagi dibuat jengah "apa lagi"

"dia ke mana?"

Bianca tersenyum miring "lo pikir, gue bakal kasi tau gitu?"

"oh ayolah.. Gue mau ketemu dia"

"nggak nggak nggak" geleng Bianca. "yang ada kalau ketemu sama lo, dia makin stress lagi. Nggak jadi healing. Udah deh, ketemunya nanti ajah.. Setelah dia balik" Dareen hanya berdecak kesal, apalagi Bianca langsung meninggalkannya setelah mengatakan hal tersebut.

"lo pikir gue siapa? Gue bisa cari tau sendiri, keberadaan Queen gue" gumam Dareen. Pria itu langsung mengambil ponsel di saku celana ya lalu segera menghubungi orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan Tata.

***

Disinilah Dareen, berada di sebuah tempat yang cukup jauh dari bisingnya kota. Tempat dengan halaman luas, dan rumah terbuat dari kayu yang cukup khas. Menatap seorang wanita yang tengah tersenyum hangat pada seorang kakek tua yang sedang membuat kerajinan tembikar.

Dareen terlihat agak enggak untuk menghampiri mereka, memilih berdiri dibawah pohon besar tepat didepan pekarangan rumah tersebut.

"aku udah siapin teh buat kakek, ayo berhenti dulu buat tembikarnya. minum dulu." saup saup terdengar nada manis wanita itu, Dareen tersenyum melihat interaksi keduanya.

"nanggung, Nana.. Ini dikit lagi selesai"

"kakek selalu keras kepala, aku laporan nenek nih"

"eh eh eh.. Jangan gitu dong"

"habis, kakek sih..."

"selamat pagi" keduanya menoleh ke sumber suara. Tata sempat mengerutkan kening melihat keberadaan Dareen di depan sana. Yap.. Dareen memilih untuk ikut bergabung dengan mereka

"wa'alaikumsalam" jawaban pria tua itu sedikit menohok Dareen "cari siapa, anak muda?" Dareen terlihat sedikit kalang kabut. Tapi, sebisa mungkin menetralkan ekspresi wajahnya
Hendak menjawab, tapi Tata lebih dulu memotong perkataannya "dia adik dari calon suami Amanda, Kek. Namanya Dareen. Nana kenal kok"

"oh.. Cari Nana? Ayo.. Masuk-masuk" Dareen mengerutkan kening bingung. Nana? Siapa? Walau begitu, kakinya tetap melangkah mendekati keduanya
Kakek tua itu segera menghentikan kegiatannya, mencuci tangan dan segera menghampiri Dareen. "duduk dulu, pasti cape kan. Kesini datang sendiri?" tunjuk Kakek pada kursi di teras tepat didepan tempat dia setiap hari membuat kerajinan tembikar.

"Iya, Kek. Saya nyetir sendiri sampai sini" kakek mengangguk. "udah sarapan?"

"kakek.." kakek tua itu tak menghiraukan perkataan sang cucu, membuat Dareen sedikit tak enak dengan tatapan Tata

"e.. Itu.."

"pasti belum kan, kita sarapan dulu yah. Kebetulan istriku pasti sudah selesai memasak. Ayo.. Masuk kedalam"
Dan begitulah, Kakek segera menarik tangan Dareen yang sedikit kikuk, sedangkan Tata sudah mendumel tepat dibelakang punggung pria itu.

***

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang