Pilihan

241 13 0
                                    

“Biancaaaa... Tata... sahabat cantik kalian udah dataaang!!!” Tata dan Bianca yang tengah duduk di bangku dekat kolam renang, menoleh dengan kompak kearah pintu utama villa Dareen. Sedangkan Joe yang berada diruang tamu sendiri menghiraukan kehebohan itu dan memilih berkenalan dengan Edward.

“Ya ampun... artis ibu kota.. akhirnya datang juga. Lo dari mana ajah sih, berduaan mulu. Calon manten harus jaga jarak” cerewet Bianca. Tata hanya tertawa melihat tingkah berlebihan keduanya yang sudah saliang berpelukan seolah sudah terpisah ribuan tahun lalu

“sahabat gue yang satu ini juga, sombong banget deh. Perasaan kita tinggal di satu kota kan yah.. tapi jarang bangat ketemu” kali ini Amanda memelik erat Tata.
“kamu yang paling sibuk Man, ditambah lagi udah mau nikah kan.. jadi tambah sibuk urus ini itu” Amanda mengangguk lemah. Wajah wanita itu terlihat sedih. “yah.. aktris ibu kota mah ekspresif nya pooll”

“enak ajah, gue udah internasional yah bestie” Tata kembali menggeleng melihat kedua sahabatnya saling berdebat

“btw, ini yang punya villa kemana yah? Kok nggak keliatan tuh tubuh raksasanya” Amanda menatap keseluruh penjuru lantai 1 villa Dareen, tapi tidak menemukan keberadaan pria itu

“dia ada rapat, tadi Dareen sempat berpesan sebelum makan malam kerjaannya bakal beres” jelas Joe sedikti berteriak

“ooohhh... sok sibuk banget deh”

“gue denger yah kak” teriak Dareen dari lantai dua. Para wanita dengan kompak langsung menatap keatas. Kearah satu-satunya balkon lantai dua yang bisa dilihat langsung dari kolam renang

Dareen tengah duduk dengan mengenakan earphone di kedua telinganya. Sekilas mereka bertiga dapat melihat sinar dari layar laptop pria itu.

“sebetulnya gue penasaran banget loh dengan lantai dua villa Dareen ini” Amanda mengerutkan kening “yah langsung naik ajah kali” jelasnya kemudian

Bianca dan Tata saling memandang “bukannya dia ngelarang yah?”

“tadi Dareen bilangnya lagi ada para kakak serta pasangan masing-masing diatas”

“masa sih.. padahal gue bebas-bebas ajah tuh keatas. Ditambah lagi, para saudara Dareen udah pada balik tadi pagi. Yang ada di villa ini hanya kita ber-6 loh” timpal Amanda lagi. Pembahasan mereka terhenti karena kedatangan pelayan villa yang mengantarkan minuman dan makanan ringan

“ah.. gue baru ingat, Dareen larang kalian berdua keatas itu karena lo” tunjuk Amanda pada Tata. “kenapa jadi aku?”

“diatas itu, ada satu bagian dinding dekat ruang tamu lantai 2. Dimana dinding itu dipenuhin foto-foto lo”

“What the... wow.. Dareen bucin banget deh, jadi gemeshh kan” Bianca terlihat paling heboh, sedangkan Amanda memperhatikan ekspresi Tata. Mencari satu ekspresi yang dapat meyakinkan dia kalau Tata memiliki rasa buat calon adik iparnya.

Disisi lain, Dareen yang memperhatikan ketiganya dari atas menatap lurus kearah Tata. Tidak menemukan ekspresi yang dia inginkan, pria itu tersenyum getir

Dareen melepas earphone lalu berdiri dan masuk kedalam menuju ruang tamu lantai dua tak jauh dari tempatnya, menatap foto-foto Tata dari berbagai ekspresi. Foto yang dia kumpulkan beberapa bulan ini selama dia mengenal wanita itu.

Tatapannya sendu.

“tuan...” Dareen tetap menatap lurus foto didepannya “kain pesanan anda, kami akan mulai menutupi foto ini” tunjuk pria paruh baya kepala pelayan pulau pribadi, pada foto-foto Tata

Tanpa menunggu persetujuan tuan mudanya, kepala pelayan mulai mengarahkan bawahannya untuk bergerak.

‘sepertinya memang harus seperti ini, Ta..’

***

10 menit setelah pelayan menyatakan makan malam sudah tersedia, Dareen akhirnya menampakkan dirinya dilantai satu.

“akhirnya prince kita datang juga, udah mau jam 8 loh ini” Dareen menatap malas kearah Amanda yang duduk disamping Edward. Tak jauh dari mereka Bianca dan Joe duduk di sofa yang sama, sedangkan Tata duduk di single sofa sendiri.

Dareen menatap lama kearah Tata, tatapan sendu yang sama saat dia melihat kumpulan foto wanita itu diatas tadi.

Amanda menatap keduanya bergantian, dia hendak menghentikan keadaan canggung ini. Tapi, Edward menghentikan wanita itu dengan menggenggam tangannya.

“Rapat kamu udah selesai?” Dareen menatap kakaknya, lalu senyum itu akhirnya terbit “yah.. mereka berhasil membuatku pusing kak”

Amanda yang melihat tingkah Dareen yang tiba-tiba berlari kearah Edward, segera menghindar.. “jangan tunjukkan hal yang menjijikan plisss” teriak wanita itu heboh, apalagi setelah melihat Dareen dengan santainya masuk dalam pelukan tunangannya. Wanita itu berpura-pura jijik melihat tingkah saudara itu.

“lihatlah bocah ini, lo mau buat gue cemburu gitu” Dareen hanya mengejek, dan mengeratkan pelukannya pada Edward yang sejak tadi terkekeh geli.

“sudah, waktunya makan malam. Para tamu sudah sangat lapar. Sebelum mereka membakar villa mu, segera jamu mereka”

“iya-iya.. maaf yah para kakak gue, udah nunggu lama. Mending langsung ajah yuk ke meja makan” Tanpa menunggu, Dareen melangkah lebih dulu kearah Dapur lantai satu miliknya.
“duduk.. duduk.. anggap rumah sendiri. Ngmong-ngomong yah, para chef di villa gue ini sebetulnya agak minder loh dengan keberadaan chef Renata dan Chef Bianca” jelas Dareen dengat tawa.. Tata yang mendengar panggilan itu sedikit aneh. Apalagi gaya bahasa pria itu. Tapi. Dia mencoba mengabaikan hal tersebut

“minder apaan sih, lo nggak tau ajah.. Chef dan pemilik tempat gue kerja ini, buta rasa” tunjuk Bianca pada Tata. Amanda dan Joe yang mengetahui rahasia umum kelemahan Tata hanya tertawa. Berbeda dengan Edward dan Dareen yang menatap bingung

“Tata punya kelainan sejak lahir, indra pengecapnya itu lemah. Gue bahkan heran, gimana bisa dia menangin peringkat kedua diajang master chef.. luar negeri lagi” jelas Amanda yang tanpa diperintah langsung menikmati hidangan laut yang sudah tersaji diatas meja

“oh ya?” bukan Dareen, pertanyaan itu berasal dari Edward. “kamu hebat loh..”

Amanda menggeleng “bukan hebat, tapi luar biasa..dia bahkan nggak pernah masuk 3 nilai terendah saat kompetisi saat itu, rahasianya apasih?”

Tata tersenyum “latihan mengecap lebih banyak dari orang lain. Aku sadar punya kelainan, jadi aku sebisa mungkin mencari cara agar setidaknya.. bisa mengobati kelemahan itu”

“sampai sekarang, Tata masih rajin kok nyicipin berbagai jenis minyak, asam, asin, pahit dan rasa lainnya. Dia hanya nggak pernah memperlihatkan bagaimana beratnya melalui hal itu” Tata menatap Bianca dengan senyum.

Sedangkan Edward dan Amanda diam-diam mencuri pandang pada Dareen yang duduk tepat disamping Joe. Pria itu memilih duduk lebih jauh, menjaga jarak.. mungkin

“setelah sarapan besok pagi, barang kalian akan dipindahkan keatas. Maaf gue harus bohong tadi..” ke lima penghuni meja makan dengan serentak menatap kearah Dareen yang sejak tadi tiba-tiba saja menjadi pendiam

“dan.. Chef, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Bisa beri gue waktu setelah makan malam selesai?, sekitar.. 30 menit mungkin” sambungnya lagi. Bianca merasa bingung karena seingatnya tidak ada hal penting yang ingin di bahas, tapi wanita itu tetap berdiri dari duduknya.

“gue udah selesai kok, lo juga kan? Mending langsung ajah. Lo mau ngomong dimana?” Dareen diam, pandangannya beralih pada Tata.

“bukan lo yang gue maksud, kak Bianca.. tapi Chef Renata” Tata sempat tertegun, apalagi tatapan pria itu yang sangat sulit ia artikan.

“bisa gue minta waktu lo sekarang kan, kak?” Dareen sadar, sebetunya sangat sadar jika dia tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi, tekatnya sudah bulat. “gue tunggu di ruang tamu”

Dareen berdiri dari duduknya dan melangkah lebih dulu meninggalkan meja makan. Tata yang melihat itu segera melakukan hal yang sama. Disisi lain baik Amanda dan Edward hanya saling menatap dalam diam

***

Maaf baru up guys
Sibuk banget akhir-akhir ini

Tapi tetap yah, ta usahain buat end bulan ini

Tungguin Yah semua dan Jangan lupa vote😊

Dareen || #6 Loving Her Series ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang