~Sebuah rasa tanpa asa~
.
.
.
Happy Reading🐮
♧♧♧
Dua remaja masih asik bergulung di dalam selimut tebal di atas kasur berukuran king zize. Saling berpelukan menghangatkan satu sama lain.
"Vier. Bangun kita makan malam, bangunkan adikmu sekalian." Ucap seorang wanita yang tak lain adalah ibu dari kedua anak itu.
"Hmm." Ia segera menggoyangkan tangan adiknya yang masih terlelap.
"Bangun dulu kita makam malam." Remaja itu masih asik berkelana di alam mimpimnya membuat anak itu susah untuk di bangunkan, butuh ekstra kesabaran.
"Eunghh awas tangannya~" Remaja berkulit putih itu menghempas kasar tangan yang terus menoel pipi gembilnya yang tergencet bantal.
XAVIER IGNICIO WITTELSBACH, putra kedua dari pasangan suami istri KAZUNA ISHIKAWA-WITTELSBACH dan VICTOR AXELIO WITTELSBACH.
Ada pepatah jika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?, dan sifat anak itu tidak jauh berbeda dari sang papa, kejam dan dingin. Ia hanya akan bersifat hangat dan menampilkan senyum limited-nya ketika bersama keluarganya saja.
"Gabrio. Bangun sekarang juga!" Ucap Xavier dingin membuat remaja yang terlelap itu sontak bangun dan berlari ke kamar mandi. Ia tahu betul jika kakaknya sudah menyebut namanya itu bukanlah hal yang baik.
"Anak itu.", setelahnya Xavier segera menuju ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri, dan ya kamar yang tadi adalah milik adiknya.
GABRIO KARAZU WITTELSBACH, putra ketiga dari KAZUNA ISHIKAWA-WITTELSBACH dan VICTOR AXELIO WITTELSBACH.
♧♧♧
"Malam semuanya." Gabrio yang kerap di sapa io baru saja sampai diruang makan keluarga. Disana sudah ada Victor, Kazuna, dan tentu saja saudaranya, Xavier.
"Malam baby, sweety." Ucap mereka bertiga.
"Mau makam sama apa baby?" Tanya Kazuna yang hendak mengambilkan lauk.
"Ikan bakar." Ucapnya girang ketika melihat makanan favoritnya tersaji di meja makam malam ini.
"Makasih, ma." Ucapnya tidak lupa berterima kasih pada Kazuna.
Makan malam berjalan dengan tenang, tidak ada pembicaraan sama sekali karena memang dalam keluarga ini sang kepala rumah tangga tidak mengijinkan anggota keluarganha berbicara saat sedang makan.
Setelah melaksanakan makan malam, Xavier dan Gabrio menonton film. Dengan Gabrio yang merebahkan kepalanya di paha sang kakak. Dan satu kotak susu cokelat menjadi pelengkapnya.
Xavier fokus dengan ponsel-nya sambil sesekali mengelus surai hitam adiknya yang terasa lembut. Tak hanya itu tangannya sesekali memainkan pipi gembil yang bergoyang sesuai irama ketika menyedot susu favoritnya.
"Kak, mau susu lagi." Ucapnya sambil menunjukan susu kotak yang telah habis.
"Hmm. Kau ambilkan satu kotak susu untuk adik ku." Perintah Xavier kepada maid yang berjaga.
"Baik tuan." Maid itu segera melaksanakan titah tuan-nya.
"SAMA CAKE RAINBOWNYA SATU!" Teriak Gabrio langsung mendapat sentilan di bibirnya.
"Jangan berteriak!" Ucap Xavier menatap tajam adiknya.
"Hehe...maaf kelepasan." Ucapnya sambil meringis memegangi bibir sexy miliknya yang kena sentil.
Bibir yang malang bukan?
"Besok jadi ke mall kan kak?" Tanya Gabrio kepada Xavier. Anak itu terlihat ceria ketika mengatakan kata 'Mall'.
"Hmm." Xavier berdehem menanggapi perkataan sang adik. Lebih baik begini ketimbang adiknya itu terus mengoceh membuat telinganya pengang.
Gabrio sendiri yang sudah mendapat jawaban kembali menonton film dengan fokus. Dalam hatinya bersorak riang, ia akan menghabiskan uang kskaknya.
"Permisi tuan, ini susu dan cake milik anda." Maid suruhan Xavier tadi datang dengan membawa sekotak susu rasa strawberry, dan sepotong cake rainbow.
"Umm terima kasih." Gabrio segera menerima susu dan cake favoritnya. Dengan lahap ia memakan cake sampai pipinya belepotan terkena cream.
Xavier yang melihat pipi adiknya belepotan segera membersihkan dengan baju yang ia pakai, ia tak masalah jika bajunya toh nanti bisa ganti lagi.
"Pelan-pelan makannya, pipimu kotor lihatlah." Mendengar nasihat Xavier, kini Gabrio memakan cakenya dengan cara yang lebih slay.
"Umm..enak, mau?", Gabrio menyodorkan cake yang dibawanya pada Xavier.
"Tidak untukmu saja.", Xavier kembali fokus pada ipad miliknya. Gabrio terus mengunyah sesekali menyedot botol susu, kadar keimutannya naik drastis.
Xavier dan Gabrio selisih dua tahun kepribadian mereka sangat bertolak belakang, dengan Xavier yang terkesan kaku dan dingin, sebaliknya Gabrio ceria dan menggemaskan.
Gabrio sangat manja dengan Xavier, dan Xavier sendiripun tidak mempermasalahkanya, justru ia senang saat adiknya bergelayut manja padanya.
Xavier melirik sekilas adiknya yang ternyata sudah tertidur dengan tangan yang masih setia menggenggam cake.
"Benarkah ini seorang remaja berumur lima belas tahun, hmm?"
Xavier menggendong Gabrio ala koala, adiknya ini tidaklah berat menurutnya, entah apa yang salah pada anak ini padahal jika makan selalu dengan porsi bar bar.
Dengan tubuh yang lebih pendek jika dibandingkan dengan tubuh tegap milik Xavier, jika Xavier memiliki tubuh atletis maka Gabrio memiliki tubih sedikit gempal, ingat hanya sedikit.
Xavier berjalan kearah Lift untuk menuju kekamar adiknya yang berada di lantai tiga.
TING
Baru saja melangkah keluar dari lift, ia sudah disambut beberapa pengawal milik daddynya yang memang ditugaskan untuk menjaga kawasan lantai tiga.
"Selamat malam tuan muda." Pengawal yang ada disana menunduk memberi hormat.
"Malam." Ucap Xavier singkat. Langkahnya terhenti tepat didepan pintu yang bertuliskan 'G's room'
Ceklek
Xavier melangkah lebih dalam kedalam kamar bernuansa abu-abu dengan berbagai miniatur motor maupun mobil yang tersusun rapi di atas meja khusus milik adiknya.
Dan jangan lupakan sebuah almarin kaca dengan berbagaj jenis lego didalamnya.
Xavier berasumsi jika adiknya ini adalah maniak lego. Selagi tak membahayakan ia tak keberatan dengan itu semua.
"Selamat malam, lil'bro."
CUP
Xavier segera kembali ke kamarnya sendiri yang berada tepat disamping kamar milik Gabrio. Ia menutup pintu kamar berwarna putih gading itu dengan perlahan agar adiknya tidak terbangun.
Setelah selesai dengan urusan sang adik, Xavier segera memasuki kamarnya sendiri. jika kamar adiknya berdominasi warna abu-abu, maka kamar miliknya didominasi oleh warna hitam dengan beberapa goresan cat berwarna abu-abu di beberapa dindingnya, itupun karena Gabrio yang memintanya.
Love sakebon💋
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...