[CHAPTER 32]

1K 94 32
                                    

Holaaa🐼🐼

Udah sampai chapter 32 aja nihh, nggak kerasa ya🙊

Apa harapan kalian untuk Misha kedepannya??

Harapan untuk Reinard?

Dan yang pasti, apa harapan kalian untuk Shafira?

────୨ৎ────

War Of Heart - Page 32
.
.


"Take out semua aja, nduk ganti coffee break 2. Kitchen udah ready semua," Seorang pria paruh baya berkata demikian pada Reinard dan Misha yang berjaga di buffet. Beliau adalah staff senior yang bekerja di bagian stewart. Menurut rumor yang beredar, bapak-bapak yang sudah cocok dipanggil 'Mbah' anak-anak tersebut sudah puluhan tahun lamanya bekerja di hotel tempat Misha magang tersebut dan tidak jelas kapan pensiunnya, padahal beliau sudah sangat tua dan nyaris renta. Misha jadi kasihan melihatnya.

Reinard mengangguk menuruti ucapannya, kemudian lelaki itu menarik trolley tiga tingkat yang bersih. Sementara Si Mbah membantu mengangkat buffet, Reinard serta Misha mengangkat piring-piring besar yang digunakan untuk mendisplay berbagai potongan buah serta beberapa macam cake. Keduanya sudah mendorong trolley menuju pintu Mataram yang tidak digunakan meeting ketika Arjuna muncul dari ruang meeting.

Lelaki itu mendekat, namun ketika jarak mereka tinggal empat meter lagi Arjuna berhenti. Misha kira dia ingin meminta bantuan atau mengatakan sesuatu yang penting, tapi tanpa diduga, sebuah kalimat yang membuat Misha memutar bola mata keluar dari mulutnya.

"Aku sisain main course sama nasinya ya, jangan lupa puding sama buahnya juga!" Lalu setelah itu dia kembali memasuki ruang meeting. Reinard menatap Misha sekilas, ingin mengetahui reaksi gadis tersebut tapi sayangnya Misha hanya diam memasang raut wajah tidak peduli. Sejak tadi pagi, Arjuna memang diminta untuk incharge di dalam oleh Reinard dan lelaki itu manut-manut saja. Misha tidak tahu saja niat Reinard untuk menjauhkan Arjuna darinya.

Ketika mereka sedang ngemil sambil meletakkan piring-piring besar yang masih berisi sisa makanan display di rak besar di dalam dishwash, muncul suara-suara ribut. Tanpa sosoknya terlihat pun Misha serta Reinard mengenali para pemilik suara, kemudian terdengar beberapa langkah kaki mendekat.

Rangga yang pertama masuk.

"Weee, mantap nih! Sarapan dulu, sarapan!" Serunya ketika melihat Mbah sedang makan menggunakan dinner plate yang berukuran raksasa, berisi nasi segunung dengan lauk lima jenis hasil menjarah sisa buffet.

Reinard dan Misha tertawa saja, mereka ikut mengambil piring dan nasi diikuti anak-anak shift sore yang baru datang. Rangga, Dio, Adam ikut makan besar, sedangkan perempuan satu-satunya yang masuk shift sore alias Shafira--perempuan itu hanya mengambil piring kecil dan mengambil buah-buahan saja.

"Aku kira Kak Rei masuk siang." Shafira yang lebih dulu bersuara, gadis itu mengamati Misha yang makan dengan lahap di sampingnya. "Diluar hujan tau, mendungnya gelap banget."

"Pantes kalian telat," Misha juga yakin malam ini staff teknisi audio video, Pak Adi yang harusnya masuk bersama mereka belum datang. Staffnya yang satu itu sangat misterius, kadang muncul tiba-tiba di depan mereka, kadang tidak ada di ballroom, kadang bertemu di main building, tapi kadang kala sedang mejeng di ruangan Audio Video, tidur atau sekedar mengutak-atik ponsel.

Penasaran akan sesuatu, Misha bertanya pada Shafira. "Semalem gimana?"

"Seru banget! Kita sempet bingung mau makan dimana, tapi aku inget ada warung tenda grill di area Selokan Mataram." Shafira menjawabnya dengan semangat, bibirnya terus menyunggingkan senyum saat dia menceritakan. "Murah-murah! Enak pula. Kapan-kapan kamu harus ikut kita buat jajan kesana lagi.."

WAR OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang