Unconditional love pt1

799 67 17
                                    

Di tengah malam yang gelap, hanya cahaya bulan yang menerangi, seseorang baru saja pulang berkerja dan dia mendengar suara seseorang merintih kesakitan.

Dia mencari sumber suara tersebut dan melihat seorang pria terbaring tak berdaya di tepi jalan.

"Apa yang terjadi?" Ucapnya, namun pria itu hanya diam dan terus merintih kesakitan.

Dia menggendong pria itu dan membawanya pulang ke rumahnya.

"Siapa yang kamu bawa, krist?" Ucap seorang wanita paruh baya.

"Aku tak tahu, bu. Aku menemukannya di tepi jalan tadi" ucap krist.

Krist merebahkan pria itu di kursi kayu, dia melihat kakinya berdarah dan mulai membersihkan darah itu menggunakan kain bersih. Tak lama ibu krist datang kembali dengan membawa secangkir minuman dan memberikannya pada krist.

"Minum dulu" ucap krist pada pria itu.

Pria itu mencoba untuk duduk dengan di bantu oleh krist dan meminum air putih tersebut.

"Siapa nama mu? Dari mana asal mu? Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terbaring di tepi jalan dan kaki mu terluka?" Tanya krist.

"Krist, dia akan pusing jika kamu bertanya sebanyak itu" ucap ibunya.

"A-aku singto, aku dari kota bangkok, di tengah jalan aku di cegat oleh beberapa orang, mereka merampok mobil dan dompet ku, juga melukai kaki ku agar tak bisa melawan" ucap pria yang bernama singto itu.

Walau desa krist terbilang desa kecil tapi desa itu memang sangat rawan perampokan, apa lagi jika ada orang kota ke desa mereka, mungkin karna sulitnya mencari perkerjaan membuat beberapa orang di desa itu melakukan perampokan.

Krist kembali membersihkan luka di kaki singto, setelah lukanya bersih dia beranjak pergi dari sana berjalan entah kemana.

Beberapa menit kemudian krist datang kembali dengan membawa dedaunan, dia menggosok daun tersebut dan menempelkannya di luka singto membuat singto berteriak kesakitan.

"A-apa yang kau berikan pada kaki ku!!!" Ucap singto marah.

"I-ini obat tradisional yang ada di sini, a-aku tak punya obat untuk mengobati kaki mu" ucap krist.

"Tahan sebentar, sing. Kaki mu akan segera membaik nanti" ucap ibu krist.

Karna teriakan singto yang menggema membuat seorang anak kecil terbangun dari tidurnya dan berjalan keluar.

"Dia siapa phi?" Tanya anak kecil tersebut.

"Teman phi" ucap krist.

Singto menatap anak kecil itu.

"Nama ku, krist. Itu adik ku namanya arthit" ucap krist kepada singto.

"Sebaiknya kamu bawa Singto ke kamar mu, mungkin dia lelah" ucap ibu krist.

"Ayo" ucap krist pada singto.

Singto hanya mengangguk, saat dia hendak beranjak kakinya terasa perih.

Krist menggendong tubuh singto membawanya ke kamarnya, dia merebahkan singto ke atas ranjang dengan hati-hati.

"Aku tidur dimana?" Ucap arthit.

"Apa tak ada kamar lain lagi?" Tanya singto.

"Di rumah ini hanya ada dua kamar, satu kamar untuk ibu dan satunya untuk ku dan arthit" ucap krist.

"A-aku bisa tidur di lantai" ucap krist.

"Bagaimana dengan ku?" Ucap arthit.

"Apa kamu tak masalah tidur berdua dengan adik ku di ranjang, sing?" Tanya krist.

"Ya, ini bisa untuk berdua. Harusnya aku saja yang tidur di lantai" ucap singto.

"Tidak, tidak. Kamu tamu di sini, jadi kamu harus tidur di kasur walau mungkin kasurnya tak empuk" ucap krist.

Arthit merebahkan tubuhnya di samping singto dan mulai memejamkan matanya, begitu juga dengan singto, sedangkan krist mencari alas untuk dirinya tidur di lantai.

Singto menatap ke arah krist yang mungkin sudah tidur kemudian matanya berkeliaran melihat sekitar kamar itu.

Kamar dengan lantai yang di cor semen dan dinding batako Benar-benar rumah yang sangat sederhana, singto bahkan tak menyangka jika dia akan terjebak di desa kecil ini dan bertemu dengan krist.




*****
Suara ayam berkokok membangunkan singto dari tidurnya, bukankah itu benar-benar khas dari pedesaan? Dia melihat arthit sudah siap dengan seragam sekolahnya sedangkan krist entah kemana sekarang.

"Phi sing sudah bangun?" Ucap arthit.

"Ya, berapa tahun usia mu?" Tanya singto.

"14 tahun, phi" ucap arthit.

"Umur phi mu?"

"Phi krist berusia 25 tahun" ucap arthit.

"Oh" ucap singto.

Krist seumuran dirinya, singto juga akan berusia 25 tahun beberapa bulan lagi.

"Aku berangkat sekolah dulu, phi" ucap arthit.

Tepat setelah arthit keluar dari kamar, krist masuk ke sana.

"Bagaimana keadaan mu?" Ucap krist.

"Aku sudah baik-baik saja. Aku tak sempat mengucapkan terima kasih tadi malam. Terima kasih sudah membantu ku" ucap singto.

"Ya, bukankah setiap manusia harus saling tolong menolong?" Ucap krist sembari memeriksa luka di kaki singto yang mulai mengering.

Singto melihat krist memegang daun semalam, kakinya bergetar, dia benar-benar takut.

"B-biarkan kaki ku sembuh sendiri, jangan di beri daun itu lagi!" Ucap singto.

"Aku takut kaki mu akan infeksi, di sini jauh dari rumah sakit" ucap krist.

"Tahan sebentar, ini tak akan sakit" ucap krist.

Krist duduk di tepi ranjang dan mulai menempelkan daun yang telah di raciknya ke luka singto sedangkan singto mencengkram lengan krist hingga memerah.

Air matanya menetes merasakan perih di luka kakinya.

"Bagaimana bisa ada pria kota tersesat di desa kecil ini?" Ucap krist.

"A-aku juga tak tahu, aku mengikuti google maps, aku ingin pergi ke tempat air terjun yang ada di desa ini"

"Oh, aku tahu letak air terjun itu. Orang kota memang banyak ke sana. Lagi pula kenapa tak pergi bersama teman-teman mu?" Ucap krist.

"Mereka semua sibuk" lirih singto.

"Untuk sementara kamu boleh tinggal di sini hingga kaki mu membaik setelah itu aku akan membawa mu ke tempat air terjun itu" ucap krist.

"Terima kasih, krist" ucap singto sambil tersenyum.



















Tbc.

Oneshot KSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang