Firdan & Yasmeen [1]

4.5K 350 27
                                    

Perempuan itu tertunduk. Steik daging kelas atas yang diplatting indah dipiring putih mengkilap itu tak disentuhnya.

Yasmeen hanya memakannya dua potong dan langsung berhenti karena ucapan kekasihnya barusan.

"Kamu berubah." itu alasan Firdan memutuskan hubungan yang mereka jalin selama 5 tahun.

Yasmeen tak ingin bertanya. Dia hanya diam sambil memandang kebawah. Tak ingin hatinya menjadi kelu dan pedih hanya untuk menatap mata kesayangannya itu.

"Aku jatuh cinta sama kamu itu karena kamu orangnya supel, independent, pekerja keras, tidak manja dan mandiri. Beberapa tahun terakhir kamu berubah, aku mencoba untuk memaklumi tapi aku tetap tidak bisa."

Firdan menghela napas. Ia agak sedikit tidak nyaman dan tidak enak hati ketika perempuan yang ia ajak makan malam romantis di gedung tingkat tinggi beserta lilin di tengah meja ini hanya diam tanpa menyentuh makanan kesukaannya.

Baiklah, Firdan berpikir Yasmeen harus tahu alasan ia memutuskan hubungan mereka. Biar semuanya jelas. Ia menduga gadis ini pasti tidak akan menerima keputusannya karena Firdan berpikir bahwa Yasmeen memiliki misi untuk mendekatinya.

"Kamu berubah menjadi gadis yang manja, haus perhatian, cemburuan dan.. Matrealistis."

DEG

Tangan Yasmeen yang berada di atas pahanya tergenggam erat. Oh itu alasan pria ini. Firdan berpikir dia gadis matre.

Yassmen akhirnya mengangkat dagunya.

Gadis independent hah?

Perempuan itu tak sedikit pun menunjukkan raut sedih atau sejenisnya. Pembawaannya tenang, lugas, dan elegan.

"Baiklah, keputusanmu aku terima. Terimakasih atas lima tahun menyenangkan ini. Senang bisa mengenal mu, semoga kau dan aku bisa menemukan kebahagiaan yang sesuai dengan keinginan masing-masing."

Yasmeen mengulurkan tangan, tanda berjabatan tangan yang memukau miliknya. Salah satu daya tarik Yasmeen oleh beberapa kolega perusahaan firma hukum milik Firdan dan yang pasti juga tempat kerja Yasmeen selama ini. Jabatan tangan yang tegas dan kokoh mengambarkan siapa perempuan itu.

Firdan sempat kaget atas respon gadis itu. Ia mengira Yasmeen akan menolak keputusannya barusan.

Yasmeen pamit untuk pergi, tak lupa ia membayar makananya tadi, walau mahal dan biasanya Firdan yang membayar.

***

Yassmen menaruh tas yang ia bawa tadi saat makan malam di atas kasur miliknya. Ia menghela napas panjang.

Matrealistis.

Ia mulai mengambil beberapa barang luxury yang pernah diberikan dan pernah ia minta kepada Firdan. Menaruhnya di atas kasur dengan perlahan. Beberapa gaun merk ternama, sepatu, bahkan jepitan rambut juga tak luput, beberapa botol parfume atau makeup yg masih disegel, masih ada isi separoh bahkan yang sudah kosong juga ia kumpulkan.

Yang terpenting adalah tas brended. Jumlahnya lumayan. Ada 10. Firdan tau betul kalau Yasmeen sangat gemar mengoleksi tas mahal ini. Selama 5 tahun bersama, 4 tas adalah hadiah, selebihnya memang Yasmeen yang minta dibelikan.

Setelah ia selesai mempacking tas itu kembali dengan rapi, menghitung harga beberapa barang yang habis pakai, juga mempacking gaun dan sepatu high heels.

Yasmeen terduduk bersandar lemari. Ia menekuk kaku dan menyembunyikan wajahnya di sela lutut. Menangis di sana.

Hatinya terluka. Ucapan Firdan seperti menampar-nampar dirinya. Manja. Haus perhatian.

Matrealistis!

Seharusnya ia tidak terlalu percaya diri didekati Firdan. Sang penerus. Putra mahkota kerajaan dinasti mereka.

Ia terlalu yakin akan cinta lelaki itu sehingga ia merasa tidak apa-apa meminta ini itu. Karena sejatinya semua ini untuk lelaki itu juga. Ia kira lelaki itu betul-betul akan menikahinya karena dengan percaya diri Firdan membawanya untuk dekat dengan keluarga lelaki itu.

Menyebut-nyebutnya calon istri didepan nenek dan kakek.

Yasmeen mendongak. Ia menghapus air mata dan mengusap wajahnya kasar. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Yassmeen menampar pipinya beberapa kali dan berteriak bodoh.

PLAK
PLAK
PLAK

Ia sadar, ia juga salah. Mereka hanya punya ikatan jalin kasih tanpa komitmen. Harusnya ia tidak pede meminta ini itu, sehingga Firdan memberinya cap gadis matre. Apapun alasan Yasmeen. Gadis itu sadar dia salah dan bodoh. Maka dari itu, semua barang yang pernah pria itu beri dan yang pernah ia minta akan ia kembalikan.

Keesokan harinya.

Yassmen sempat mendatangi apartment Firdan di kawasan elit didekat kantor mereka. Karena tak ingin berjumpa dulu, dia memilih untuk menitipkan barang di lobby. Tapi tanpa ia duga, apartment milik pria itu sudah dijual. Firdan tidak pernah mengatakan hal ini kepadanya kemarin. Tapi itu tidak penting lagi. Alhasil gadis itu memilih rumah keluarga Firdan saja.

Sesampainya di sana. Saat Yasmeen hanya ingin menitipkan semua barang tersebut pada satpam. Ternyata ibu Firdan tepat berada di halaman depan.

"Yassmen?"

"Eh, Ibuk." gadis ini salah tingkah. Kacau.

"Kenapa? Kok nggak masuk aja?"

"Oh, nggak. Ini haya mau menitipkan barang Firdan." Yasmeen tetap kalem dan sopan. Rasanya ia ingin cepat pergi.

"Itu tas perempuan? Maksudnya barang Firdan?" Ibu Henny bingung. Ia agak curiga ada yang tidak beres.

"Begini buk. Ee.. Saya dan Firdan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan lagi."

"Maksud kamu? Kalian putus?" Ibu Henny tampak kaget. Ia langsung menarik tangan Yasmeen masuk kerumah. Tak lupa menyuruh satpam membawa semua barang tersebut kedalam rumah.

"Jadi barang-barang ini apa masksudnya, Yas?"

"Saya malu mengakuinya, buk." Yasmeen menunduk, tak pernah Ibu Henny melihat perempuan itu kelihatan tak berdaya. Biasanya gadis ini penuh percaya diri.

"Tapi saya juga ingin jujur sama ibuk. Selama 5 tahun bareng Firdan, saya sadar ternyata saya banyak minta. Saya matrealistis. Semua barang ini kebanyakan saya yang minta dibelikan. Saya malu sekali, buk. Saya minta maaf."

"Yas." Ibu Henny tak dapat berkata-kata.

"Saya mohon maaf bu, maafin saya. Saya memang tidak tahu malu. Sebagai gantinya, semua barang ini saya kembalikan ke Firdan, terserah mau diapakan. Barang yang habis pakai akan saya ganti dengan uang."

Ibu Henny mengurut kening. Ia memandangi barang-barang brended di atas mejanya itu.

"Tolong sampaikan ke Firdan, jika ada yang kurang tolong kasi tau Syifa saja. Nanti dia yang urus. Oh iya, mungkin akan ada beberapa uang yang akan saya kembalikan mengangsur."

Ibu Henny tak habis pikir. Ia akan menanyakan hal ini pada putranya. Apa anak itu meminta semua yang pernah ia berikan pada Yasmeen?

"Tas-tas luxury ini sengaja saya minta belikan pada Firdan karena bisa dijadikan investasi. Ahh, ibuk pasti paham karena kita pernah mendiskusikannya. Ibuk juga tahu bahwa Firdan membelikan saya apartment di kawasan Selatan. Itu sudah 2 tahun saya sewakan ke orang lain. Hasil sewaan dibayar pertahun. Uangnya sekitar 500jt dan saya belum menyentuh uang itu, atas nama pemilik apartment akan dipindahkan segera ke nama Firdan. Dan uang sewaan 2 tahun akan saya transfer."

Yasmeen tersenyum kalem, ia menegakkan tubuhnya dan mengenggam tangan Ibu Henny dengan sayang. Mengingatkannya pada sang Ibu yang telah tiada.

"Saya boleh peluk, buk? Karena saya pasti nggak akan mampir lagi. Saya malu sama Ibuk.. sama Firdan.. Mohon maaf sekali lagi. Saya juga pamit." Yasmeen memeluk erat ibu Henny yang sudah ia anggap ibunya itu. Penganti Mamanya lima tahun terakhir. Paling tidak, hal-hal yang ada di diri Firdan dan keluarganya adalah kenangan terbaik yang ia punya. Walau ternyata itu sementara saja.

Tbc

(One Shot) You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang