"Aku berjanji akan merahasiakannya asalkan dia mau mencoba sekali lagi meminta maaf padamu."
Ayla tak kuasa menahan tangis sedari tadi. Sedikitpun Ayla tak menyangka ternyata tadi saat Riandi memeluknya adalah saat terakhir pria itu mencoba untuk minta maaf sebelum akhirnya menyerah.
Pria tersebut putus asa, mengira bahwa inilah bayaran paling setimpal untuknya. Karena tetap ingin egois mengikat Ayla.
"Kita doakan yang terbaik untuk Rian, La." Thomas berkata untuk menenangkn Ayla. Ia pun menuntun wanita tersebut agar keluar dari ruangan dokter.
Disana sudah duduk Ayyas dan Ayri yang menunggu mereka dengan suasana kebingungan.
"La.. Aku tidak berharap ini terjadi. Tapi, jika kabar buruk yang kita dengar, aku sebagai sahabat Rian meminta maaf atas kelakuanya dulu. Juga sikapnya hingga detik ini yang tidak rela melepaskan mu hanya karena tak ingin menanggung cemburu melihat kau dengan orang lain. Jika.. Tuhan.. " Thomas dan Ayla terdiam sambil menunduk di ambang pintu.
"Jika Tuhan membawanya pergi, kau bebas."
Ayla mengeleng dan menangis lebih rintih. Sehingga anak-anaknya yang sedang duduk menoleh kearah mereka dan berubah panik karena melihat kondisi sang Ibu.
"Ibu kenapa, Om?"
"Ayri.. Ayyas.. Ada hal yang ingin ibu sampaikan pada kalian."
***
Dokter keluar tanda operasi telah usai.
Ayla segera bertanya tentang keadaan Riandi. Wajahnya panik dan pucat. Seolah darahnya ikut tersedot habis ke dasar bumi.
Dadanya bergemuruh tak menentu. Perasaannya sama kacaunya dengan keadaan fisik. Operasi berlanjut lama sekali, semakin berjalannya detik. Semakin keruh lah hati Ayla.
"Terjadi pendaraan otak, untungnya segera di operasi. Keadaan pasien belum stabil, semoga pak Riandi segera sadar dan membaik. Oh, juga Pak Riandi harus segera dikemotrapi. Beliau selalu menolak dan itu memperparah keadaannya."
Ayla menahan semua perasaan kacaunya. Terbata-bata ia berkata, "Dia menolak kemotrapi?".
"Setelah siuman, Pak Riandi harus di kemo, Buk. Jika bisa, harus segera dilakukan transplantasi stem cell. Kami harus segera menemukan sumsum tulang yang cocok. Kita doakan yang terbaik."
"Terimakasi, dok."
Dokter berlalu dari hadapan Ayla dan Thomas.
"Seharusnya kau mengatakan ini pada ku sejak awal, Thomas."
Thomas hanya menunduk dan menghela nafas. Ia merasa bersalah sekali.
"Keadaannya sudah sangat parah. Aku sudah kehabisan akal untuk membujuknya."
"Anak-anak sudah ku beritahu keadaan Papanya. Situasi seperti ini kita harus terbuka." Ayla menghapus jejak air mata. Ia kemudian melangkah menuju ruang Riandi yang baru di pindahkan pasca operasi. Untuk menemani seseorang yang sakit. Ia harus kuat.
Keadaan Ayri dan Ayyas sungguh kacau saat Ayla memutuskan terbuka tentang kondisi Riandi. Ayri bahkan sampai pinsan. Tapi Ayyas yang lebih kuat mencoba menenangkan kembarannya tersebut.
Sekarang mereka berdua dititipkan terlebih dahulu di rumah Thomas. Agar semuanya bisa tenang dan tidak panik.
Ayla menatap wajah tertidur Riandi di atas kasur rumah sakit. Beginikah yang ia inginkan? Beginikah Tuhan seharusnya menghukum Riandi demi membalas dendamnya?
Ayla tertunduk dan mengenggam jemari Riandi dan menciuminya. Menangis di sana untuk menghabisi sisa rasa sedihnya yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja