Dika & Valin

10.7K 420 4
                                    

"Dika datang tuh." ucap Maya terhadap sahabatnya, Valin.

Valin menjuruskan tatapannya ke arah jam 2. Ia tersenyum 160 derajat. Sangat epik dan misterius. Walau sekarang umur mereka sudah 25 tahun. Masa-masa lampau memang menjadi topik yang tidak bisa dilupakan.

Dulu sekali, mereka satu sekolah saat junior high school. Satu kelas juga. Dan Dika adalah kunci pertama yang bisa membuat masa remaja awal Valin menjadi bermakna saat itu. Merasa di sayangi. Perhatian Dika, pesan-pesan yang tak pernah absen dikirim, sekedar berbagi cerita, saling menukar buku bacaan seru, bahkan menceritakan keasikan buku yang mereka baca. Alah! Cinta monyet.

Tapi hubungan itu tak pernah jauh melampaui pertemanan belaka. Dia adalah cowok pakboy pertama yang Valin kenal. Menyebalkan.

"Jangan natapinnya begitu. Serem deh." ujar Maya bergidik ngeri. Sedangkan Valin tak mengubrisnya. Tatapan itu bagai pedang yang menghunus. Siap menusuk.

"Yuk, aku mau kasi ucapan selamat juga nih ke Guntur dan Violet." Valin menarik tangan Maya mendekati panggung pelamin teman masa SMP mereka tersebut.

Tanpa ia sadari sepasang mata biru kehijauan itu menatapnya intens. Memberikan senyuman miring dan jenaka. Sudah lama tak bertemu. Pikir pemilik mata biru itu senang.

"Lama nggak jumpa. Valindia Maeera Prananda." Valin yang baru saja selesai cepika-cepiki dengan Violet dan berdiri di samping meja berisi cookies dan cup cake bernuansa merah muda tersebut kaget.

Apa dia baru saja memanggil nama ku?

"Hai.. Dika." Maya yang membalas. Sedangkan Valin yang dipanggil hanya berbalik badan tanpa membalas sapaan mendadak lelaki tersebut. Tentu hatinya masih merasa marah karena lelaki ini memberinya harapan palsu saat remaja tersebut.

Bukannya dia tidak bisa Move On!! Tapi memang masa itu membuatnya kesal setengah mati. Sehabis masa SMP tersebut memang Valin lebih fokus ke pendidikannya dan tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan siapapun.

"Val.. Disapa kok diem aja sih." Valin mendengus mendengar teguran Maya. Maya tentu tahu alasannya.

"Oh, Hai."

Tak sudi ku panggil nama mu!!

"Senang bertemu dengan mu." Dika masih tersenyum manis.

DASAR PAKBOYYY!!!!

Andaikan saja Valin bisa berteriak seperti itu di sana. Tapi masalahnya sekarang ini adalah acara pernikahan dua teman semasa sekolah menengah pertamanya. Tidak mukin dia tega membuat acara ini kacau.

"Kau semakin cantik ya." mata itu melirik Valin.

"Terimakasih." Ketus sekali Valin berujar. Membuat Dika meringis.

"Aku dengar kamu tidak pernah menjalin hubungan setingkat di atas pertemanan dengan lelaki lain. Apa karena aku?"

Valin mengernyitkan kening. Rasanya bagai di skak saat main catur. Matanya tajam sekali kalau Dika sadar. Namun, lelaki itu hanya menampilkan seyuman playboynya. Valin benci sekali saat mendengar kabar kalau dulu si bocah yang sok-sokan care padanya ini tanpa sebab apapun menjauh dan seenak jidatnya pacaran dengan banyak gadis semasa SMA. Walau mereka sekolah di SMA berbeda. Valin masih dengar kabar Dika.

"Percaya diri sekali anda." ucapan dingin itu sama sekali tak membuat Dika kedinginan dan mundur. Lelaki itu bahkan semakin mendekat. Tak mengubris tatapan Maya yang ada didekat mereka. Maya pun jengah dan memilih pergi. Bucin Dika beraksi gaes.

"Bukankah dulu kau suka pada ku ya, Valin?" ucapan Dika mengusik ego Valin. Memancing emosi singa betina.

"Kata siapa? Jangan kepedean!"

(One Shot) You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang