Seorang wanita tampak mengendong bayi imut tembam yang memakai kaos biru dan bernoda. Embun sedikit tergesa-gesa dengan membawa Baby Balint dan tas besar ke area toilet di Restoran ini.
Baby Bilint gumoh, membuat pakaiannya basah dan juga pakaian Empun pun kena. Walau begitu, Balint tampak tak masalah dan tetap ceria. Bayi 10 bulan itu malah terkekeh melihat kesibukan Embun yang membersihkannya.
"Aduh.. Happy kamu ya.." ucapan Embun dibalasi dengan celotehan tidak jelas dari mulut Balint. Anak itu tampak jahil.
"Kita di restoran, sayang ku. Untung kita bawa baju buat Balint." Embun selesai membersihkan Balint dan mengganti pakaian bayi endut tersebut. Ia pun tak lupa menganti pakaiannya dengan kaus yang sengaja ia bawa.
Saat semua beres, Embun mengendong Balint dan membawanya menuju tempat mereka makan tadi. Ada acara makan-makan besar di restoran. Jadi mereka menuju ruang VVIP karena lokasinya lebih privat dan nyaman. Fasilitas untuk baby juga nyaman.
Dilain sisi, pria berjas hitam dengan rambut rapi tampak berjalan menuju salah satu ruang VVIP. Namun ketika ia berjalan, tidak sengaja mata pria tersebut terfokus pada seorang wanita yang mengendong baby tak jauh dari lorong ruang yang ia juga tuju.
Merasa mengenal orang tersebut, Erlangga melangkah cepat meraih lengan wanita itu. Benar tebakannya, ia sangat mengenal wanita yang ada dihadapannya.
"Embun."
Wanita yang dipanggil namanya itu terdiam. Wajahnya tak bisa menutupi keterkejutannya akan pertemuan dengan Erlangga. Karena dengan suara saja Embun sudah sangat familiar.
"Kamu.."
Sebelum Langga sempat menuturkan sesuatu, Embun segera menepis tangan pria itu dilengannya dan segera pergi ke area tempat mereka makan tadi.
Langga terdiam cukup lama. Ia memandang punggung Embun yang menghilang di tikungan lorong. Kakinya terasa dipaku di lantai karena tak sedikitpun ia melangkah untuk mengejar Embun.
Otaknya berpikir keras. Kenapa Embun mengendong seorang bayi laki-laki? Apakah itu anaknya? Bayi tampan itu apakah putra pertama Embun?
Apakah Embun sudah menikah dan memiliki seorang anak?
Mood Langga langsung kacau. Walau tubuh dan ekspresinya dingin. Tapi isi kepalanya berkecamuk. Perasaannya simpang siur dan tak tentu arah. Ia sempat mengusap rambutnya dan menghela nafas cukup panjang. Ia akan mencari Embun nanti setelah bertemu dengan sahabatnya yang mengundang makan malam.
Langga tahu bahwa Embun pasti ada disalah satu ruangan VVIP. Tak ingin kehilangan kesempatan menanyai segala isi otaknya pada wanita tersebut, Langga segera menelpon sekretarisnya untuk berjaga di loby. Meminta untuk mengabarinya jika Embun keluar dari restoran ini.
Lelaki tersebut pun segera masuk ke salah satu ruangan yang sudah ditunjuk oleh pelayan. Dilihatnya teman-temannya sudah duduk di sana. Lima orang pria dengan usia sepantaran, empat diantaranya memang teman Langga, hanya ada satu orang pria yang tampak asing. Mereka bersama istri mereka masing-masing kecuali pria yang baru ia lihat itu.
"Akhirnya pak Bos datang juga." ucap pemilik acara. Pria bernama Haris tersebut menyambut Langga suka cita.
"Nah, gitu dong. Susah banget diajak makan-makan, tahunya kerja mulu. Lo udah kaya, Bro." pria bernama Jeje berbaju kemeja navy nyeletuk lalu tertawa.
Yang lain tampak mengiyakan, kemudian tertawa.
"Langga semenjak kejadian itu udah nggak seru diajak nongkrong." Langga hanya menatap malas pada Jeje yang cerewet.
"Mas Erlangga kabarnya gimana?" giliran Olif yang bertanya. Istri Haris itu mengulurkan tangan untuk berjabat.
"Sama seperti biasanya. Selamat ulang tahun ya, Olif." Langga tersenyum sebentar dan diangguki Olif beserta ucapan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja