"Hai pengecut! Bagaimana kabar mu?" suara deep khas itu semakin terasa maskulin setelah bertahun-tahun berlalu. Itu tadi suara Aksara Raja Algibran. Sahabat sekaligus rivalnya.
"Masih tampak menyedihkan, ha?"
Haris yang sedang fokus dengan pekerjaannya mendengus. Tidak merasa sedikit pun buncahan rindu setelah tujuh tahun tak berjumpa.
"Aku datang jauh-jauh ke negeri tercinta mu ini setelah sekian lama. Kau tak ingin memeluk ku?" Aksa tertawa melihat reaksi geram Haris.
"Who are you? Klien ku bukan, tapi main masuk ke kantor ku saja sesuka hati." Haris melonggarkan dasi. Ia menyenderkan punggungnya untuk sedikit merilekskan pikiran karena setumpuk pekerjaan. Dan juga kedatangan Aksa yang tiba-tiba.
"Ck, karena suasana hati ku sedang baik. Aku tak akan mendebat mu. Ini.." Aksa menyerahkan sebuah benda persegi empat berwarna silver dan gold dengan tulisan namanya dan nama Syafa.
"We're getting married!" bahagia sekali Aksa mengucapkannya.
"Finally." Haris melempar begitu saja undangan pernikahan Aksa. Membuat pria di hadapannya terkekeh dan berkacak pinggang.
"Tebak siapa pengecut di sini? Aku sudah akan menikahi Syafa dan menjadinya milikku seutuhnya. Dan kau? Lari sejauh mungkin, bertahun-tahun tanpa ada kejelasan?" sehabis itu Aksa tertawa. Mendengar hal itu membuah kepala Haris berdenyut. Ia melempari Aksa dengan bulpoin di atas meja.
"Shit! Betapa jelas ingatan ku saat kau mengatai ku pengecut tujuh tahun yang lalu. Sekarang adalah waktu ku untuk mengatai mu balik. PENGECUT!"
Haris mengusap rambutnya ke belakang. Ia berdiri dan melepas kancing lengan kemeja putihnya. Dan mendekati Aksa.
"Puas?" Haris melirik wajah bahagia Aksa geram. Membuat Aksa semakin suka.
"Sangat.. Gila!! Gue ngerasa balas dendam gue tercapai."
Haris mendekat dan menarik kerah kemeja Aksa dan mencengkramnya. Ia menatap geram. Dan di balas dengan tatapan tajam yang sama dari Aksa. Mereka bersitatap selama dua menit.
Dan kemudian entah siapa yang memulai. Keduanya tertawa terbahak-bahak. Berpelukan sambil menepuk punggung masing-masing. Melempar tinju sama tinju. Kemudian kembali tertawa.
"Tujuh tahun tidak berjumpa, permasalahan kita tetap sama, tentang perempuan."
Haris mengelengkan kepala tanda prihatin dengan dirinya sendiri. Ia membenarkan ucapan Aksa. Tapi sayangnya, Aksa sekarang akan menikah. Aksa berbahagia. Tidak seperti dirinya.
"Aku ingin kau pulang dan menjadi groomsman ku."
"No!!"
"Tidak ada penolakan, Haris! Akan ku tunjukkan kepada mu wanita mu itu sekarang. Kau akan pangling."
Haris mengatup mulutnya geram. Ia menjauh dan tak pernah pulang lagi karena hal itu. Karena ingin menjauhi gadis itu.
"Walau tak secantik Syafa. Sahabat calon istriku itu pasti mampu membuat mu kalang kabut."
***
"Aku tahu kau akan datang." Aksa tertawa sekali lagi. Haris menyadari bahwa temannya ini sering tertawa setiap mereka berjumpa.
Ia tak mengindahkan perkataan Aksa karena sejatinya ia pulang bukan hanya untuk menjadi groomsman Aksa. Tapi juga karena pekerjaan. Sekalian saja.
Ia menemani kedua mempelai sedang melihat-lihat dekorasi persiapan pesta mereka di hotel yang sedang di kerjakan.
"Aku tinggal ya." Aksa menepuk punggung Haris. Ia melangkah menuju Syafa yang sedang melihat beberapa pekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja