Pameran lukisannya ini bukan yang pertama kali. Tapi hari ini adalah menjadi yang terbaik sepanjang hidup Vania. Mengapa tidak? Pameran lukisan pribadinya ini juga menjadi ajang reuni SMA nya. Berkumpul kembali setelah delapan tahun tidak berjumpa dengan teman seperjuangan di masa remaja akhir menuju dewasa.
Begitu bangga dia menjadi tuan rumah reuninya ini. Walau memang tidak hanya teman semasa sekolahnya saja yang datang, tapi banyak orang asing dan pengusaha pemburu lukisan juga hadir untuk menikmati lukisan karyanya yang berkelas.
Vania tersenyum amat lebar saat akhirnya pertunjukan lukisan live-nya di mulai. Orang-orang datang mengerumuninya bagai semut mengelilingi madu.
"Silahkan dinikmati mahakarya seni berharga.. Penuh makna, kebahagian, kesedihan, keramaian, kehampaan, kesunyian, emosi, dan cinta..."
Vania yang sedang mengenggam seember cat tersenyum kembali saat teman-temannya menyapa riang. Ia menarik nafas sejenak dan mengejutkan semua orang saat ia melempar seember cat penuh itu kearah kain kanvas lebar yang berada di sampingnya.
Riak tepuk tangan takjub dan iringan musik klasik menggema dilangit-langit. Vania melukiskan karya paling hebatnya di sana. Di depat ramai orang di dalam ruangan tersebut. Membuat kagum setiap mata yang memandang. Tak luput cat-cat yang terpercik di wajah atau bajunya, ia tak pernah merasa risih jika cat-cat air tersebut memenuhi jemarinya saat ini.
Seusai melukis mahakaryanya itu, Vania menunduk tanda hormat menandakan pertunjukkannya selesai. Ramai sekali orang-orang menghampirinya untuk memberi bunga dan selamat. Vania senang sekali, seperti... Kebahagiaannya sudah terpenuhi. Segalanya. Hingga tidak ada yang perlu di lengkapi lagi.
"Kau hebat, Vania. Selalu yang terbaik." ucap salah seorang temanya. Vania mengangguk dan mengucapkan terimakasih sembari meletakkan telapak tangannya didada.
Pertunjukan pun usai. Banyak orang-orang mengklaim lukisannya tanda akan dibeli. Semuanya pun berpencar untuk kembali melihat karya seninya yang lain.
Vania masih dengan senyumnya mengibas-ngibas celemek khusus yang selalu ia kenakan ketika akan melukis. Saat itulah, ketika ia menatap kedepan. Seseorang di depannya tak beranjak sedikit pun. Hanya diam berdiri di depannya. Itu sedikit mencolok karena semua orang sudah berpendar disekitar mereka. Tatapannya lurus menjurus kearah manik hijau Vania. Mata coklat hazel seseorang itu seperti mengintimidasi, memberikan rasa menakutkan namun juga rasa nyaman.
Vania hanya diam. Tak ada senyumnya yang sejak tadi tercetak cantik. Sudah lenyap. Karena seseorang yang berdiri dihadapannya tersebut membawanya menuju jurang terdalam yang disebut kenangan.
Buruk kah?
Manis kah?
Vania tak mengerti apakah itu kenangan indah atau paling menyakitkan untuknya.
***
Vania membaca buku tebal di hadapannya dan kembali mencoret-coret kertas di atas meja belajar. Matematika memang yang tersulit.Vania yang ini sangatlah imut. Tubuh kecil kurus, rambut tergulung sampul di kepala dengan anak-anak rambut yang tampak tidak menganggu matanya. Usianya masih 17 tahun. Dan saat ini ia sedang belajar mati-matian demi bisa masuk universitas bagus jurusan kedokteran. Impiannya.
Merasa sedikit jenuh dan lelah. Ia menghembuskan nafas gusar dan menatap sebuah foto yang tercetak di atas meja. Foto yang diambil oleh Bian. Kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja