Libur akhir tahun.
Pagi ini terasa cerah dan sejuk. Tanah tampak basah, dan dedaunan memercikkan titik air. Malam yang diguyur hujan lebat membuat suasana pagi tampak damai dan ceria.
Seorang pria dengan kaos tanpa lengan dan airpods di telinga melakukan maraton pagi. Tubuhnya tinggi tegap, rambutnya jatuh di kening yang berkeringat walau tertutup topi putih, kulitnya tampak kecoklatan karena terbakar matahari di Indonesia. Tak ada sisa-sisa Amerika disana. Lengannya yang berotot dan deru nafasnya yang berat membuat kaum hawa pasti tersandung batu tanpa sadar karena tak bisa melepaskan pandangan pada Kevin.
Pria berparas indah itu tak memperdulikan orang-orang yang meliriknya. Karena yang ia butuh adalah membakar kalori yang ia makan malam tadi karena makanan dari tetangga yang bilang ada syukuran kecil-kecilan di rumah mereka.
Kevin berhenti sejenak setelah merasa sedikit lelah. Ia merenggangkan tubuh dengan melakukan pergerakan relaxation.
Saat sedang fokus, tiba-tiba seseorang tak sengaja menabraknya hingga airpod di telinga kiri jatuh dah terinjak oleh seseorang tersebut.
"Waduh, maaf Om Kevin." ujar seorang anak kecil. Kevin tidak kenal dan keheranan mengapa bocah kecil ini mengenal namanya.
Anak kecil tersebut yang kira-kira berusia 10 tahun memungut airpod tadi dan matanya mulai berair. Pasalnya barang mahal itu rusak dan hancur. Ia mulai bergetar saat menyerahkannya pada pria tinggi di depannya.
"Kamila!!!!!!!!"
Suara menggelegar itu mengalihkan atensi Kevin pada bocah tadi yang ternyata ikutan kaget dan melotot. Seorang gadis belari sambil membawa segelas minuman yang berisi susu.
Anak itu bahkan mencoba bersembunyi di balik tubuh Kevin. Mungkin ketakutannya akan rusaknya barang mahal milik Kevin lebih tidak ada apa-apanya dibandingkan amarah gadis yang meneriaki namanya tersebut.
Kevin memperhatikan dalam diam, gadis yang mengatur nafas sambil mencengram gelas tersebut menarik perhatiannya. Perempuan berbaju longar panjang, tubuhnya tertutupi kain, bahkan hijab yang gadis itu pakai sangat panjang melebar namun sedikitpun tidak mengikis daya tariknya, apalagi dengan pipinya yang kemerah-merahan.
"Heh! Ngapain kamu di belakang situ?" awalnya gadis itu berapi-api.
"Susunya dihabisin dulu, Mil!"
"Nggak mau, aku tau Mama sama Mami udah kerjasama narok obat disana kan! Susunya jadi pahit!!"
"Ini udah dikasi gula kok, manis manis." perempuan itu masih membujuk sambil menyodorkan gelas susu yang memang sudah ia taruh obat karena Kamila sempat sakit kemarin. Seharusnya mereka menaruhnya di es krim saja.
Awalnya perempuan itu tak memperhatikan seseorang di depan Kamila. Ia bagai kucing yang mengejar tikus. Namun saat melirik seorang di depannya, seketika mendadak diam, melihat wajah Kevin yang tertimpa cahaya matahari.
Bagaikan ada backsound di kepala gadis itu.
Buset.. Malaikat dari mana ni?
Ganteng banget ciptaan mu Ya Allah!!
Ett!!! Istighfar ukhti!!
Gadis itu mengeleng pelan.
"Eh Maaf ya ee.. Mas?" gadis itu berkata pelan di akhir kalimatnya. Menatap Kevin hanya demi menimbang sebuah panggilan.
Mau manggil sayang kan nggak mungkin dong, bukan siapa-siapa.
"Om Kevin tolongin Kamila, Om."
Suara anak itu membuat Kevin ikut meliriknya sejenak dan kemudian menatap wajah gadis dihadapannya kembali yang tampak naik pitam lagi walau pipinya semakin memerah. Tadi wajah 'terpesona' si gadis dapat ia tangkap. Tapi kekesalannya pada Kamila mungkin jauh lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja