Seorang pria tampak berlari kencang kearah pintu rumah Riandi dan membukanya tanpa sopan santun.
"RIAN!!"
Thomas mendobrak pintu ruang kerja pria itu. Menarik kerahnya keras, membuat Rian yang kaget dan tidak tahu apa-apa kebingungan dengan tingkah Thomas.
"Apaan sih Thom?" Riandi menepis tangan sahabatnya yang terlihat kacau dan marah. Tapi Thomas lagi-lagi menarik kerahnya kasar.
"Lo yang apa-apaan! Ayla nelpon berkali-kali, ngirim chat dan dia bilang lo nge-block nomor dia?! Dia masih istri lo kalau lo lupa setelah 8 bulan ini keenakan sama istri baru!!"
"Heh! Jaga mulut lo!! Siapa yang nge-block nomornya?! Jelasin dulu masalahnya dimana?! Gua lagi nggak pegang Hp."
Thomas melepas Rian dan mengusap rambutnya kasar.
"Ayla telpon gue barusan, dia minta tolong buat ngasi tau lo kalau Mama masuk rumah sakit. Ayla ngaku udah sejak sebulan lalu lo susah dihubungi untuk ngasi kabar kalau Mama sedang drop."
Riandi yang awalnya kesal seketika terdiam. Ia berlari menuju kamarnya dan mendapati Juwita ada di sana.
"Kenapa nggak ngasi tau kalau Ayla telpon?!" Rian berkata keras pada istrinya Juwita.
"Nggak ada telpon masuk." Juwita berkata santai sambil tetap nonton tv.
"Mama masuk rumah sakit!!" teriak Riandi mengelegar membuat Juwita kaget dan terkesiap.
"Aku kan nggak tau." ucapnya memelas.
Riandi tak banyak bicara, dia harus segera ke rumah sakit juga. Saat melihat ponsel dan tak mendapati adanya telpon masuk atau chat masuk membuatnya bingung. Sehingga saat mengecek nomor ponsel Ayla. Ternyata memang di block. Tatapan panas Riandi tertuju pada Juwita.
"Urusan kita belum selesai, Juwita. Kamu tunggu di sini." keras nada itu terucap.
***
"La." Thomas manarik nafas saat melihat Ayla.
Ayla yang di panggil menoleh, ia sedang di apotek rumah sakit untuk mengambil vitamin kehamilan. Tak ada senyuman di wajah itu, hanya raut lelah, sedih, marah, takut, dan khawatir.
Ayla melihat ada Riandi suaminya disamping Thomas. "Kalian sudah datang. Mama masih di IGD karena takut sekiranya butuh penanganan cepat. Ada Nia di sana lagi nemenin Mama."
"Bagaimana keadaan Mama?" Riandi maju menghadap Ayla. Sorot mata yang ketakutan tercetak jelas.
"Tidak bisa ku jelaskan, mungkin penjelasan dokter akan lebih bisa kamu mengerti." Ayla tak banyak bicara setelahnya. Ia kemudian membawa dua pria itu menuju tempat Mama.
Riandi terkesima saat mendapati Ayla memakai baju berwarna baby blue terusan longgar, badannya berisi, terlihat pucat, langkahnya lamban, sesekali memegangi perut.
Riandi sampai berdebar saat melihat perut besar Ayla yang sebentar lagi memasuki bulan ke-9 kehamilan. Wanita yang bertambah cantik dengan kandungannya. Namun, detik berikutnya pikiran Riandi seketika kacau, daripada rasa berbedar dan haru yang menguasai hati. Dadanya dominan terasa sakit, seperti ada bilahan belati yang menusuk tepat dijantungnya. Hingga rasanya sesak.
Ingin sekali menyentuh perut itu, tapi ia malu pada dirinya sendiri. Ini lah bayaran untuknya. Bayaran atas pilihannya dulu. Rasa sesal mengerayangi setiap relung. Riandi menghadapi dilema berat.
***
Mama siuman.
Wanita itu menangis sambil mengenggam jemari menantunya dengan kasih sayang. Ada Nia perawat pribadinya disana. Ikut menangis di samping Ayla. Riandi dan Thomas pun berdiri di sisi sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja