Zyan & Dinda [Part Bonus]

2.9K 216 2
                                    

Saat bangun tidur Dinda sungguh dilanda kecanggungan. Untungnya dia bisa memaksa diri untuk bangun pagi sekali dan dapat membantu Mama Zyan memasak sarapan.

Sarapan pagi tadi pun dirasa canggung. Apalagi Zyan sering kali kedapatan meliriknya. Dinda sampai takut melakukan gerakan berlebih karena takut melakukan hal bodoh.

Dinda bersama Mama Zyan sibuk di dapur. Setelah sarapan pagi tadi, Dinda kembali membantu mencuci piring dan di sana Ibu dari Zyan juga sedang bersiap untuk memasak kue.

Malam tadi ketika akhirnya Zyan bertemu lagi dengan Dinda. Ia pun meminta agar gadis itu menginap di rumahnya saja apalagi orang tuanya juga rindu terhadap gadis itu.

Jadilah di sini Dinda pagi ini.

"Ma, Zyan pinjam Dinda dulu. Ada yang mau Zyan omongin dan itu penting."

"Iya.." Mama Zyan tak banyak komentar. Ia hanya tersenyum lembut dan mengangguk. Menyuruh Dinda meninggalkan cucian piringnya. Anak itu, sudah dilarang tapi tetap saja ngotot padahal dirumah ini ada yang bekerja membersihkan dapur.

"Ada apa?" Dinda membenarkan lengan bajunya, celemek yang ia pakai bahkan belum ia lepas. Menatap Zyan heran karena tampaknya pria itu sangat serius. Telihat wajahnya tegang sekali.

"Aku mau menceritakan semuanya dan aku mohon tolong dengarkan aku kali ini."

"Oke, aku dengarkan." Dinda kemudian diajak untuk duduk dikursi kayu.

Mereka berada di halaman belakang tempat kolam berenang. Kursi dan meja kayu yang ada di sana menjadi tempat mereka mengobrol pagi ini.

"Apa yang terjadi saat wisuda kalian dulu itu."

Seketika ingatan Dinda berdenting dan bayangan kebahagiaan Windy atas lamaran Zyan tergambar jelas kembali di kepala Dinda.

"Bukan aku."

"Maksudnya?"

"Hubungan ku dan Windy sudah tidak baik-baik saja sebenernya. Seharusnya lamaran itu tidak terjadi. Yang melamar Windy waktu itu bukan aku tapi Mama."

Dinda menegakkan tubuhnya. Mulai mencerna.

"Mama yang berinisiatif melamar Windy untuk ku. Aku saja terkejut dan tidak bisa melakukan apa-apa karena hal itu dilakukan di depan orangtua Windy. Aku sempat protes sama Mama tapi semua sudah terjadi."

Zyan diam sejenak, wajahnya menunduk.

"Itulah yang ingin aku ceritakan pada mu dan berusaha meminta pendapat mu saat itu. Namun.. Aku mendapati kenyataan lain."

"Zy.."

"Saat kamu menghindar dariku dan kamu menjauh, keyakinan tentang membatalkan pernikahan semakin pekat. Aku semakin tidak ingin menikah dengan Windy. Karena.. "

Zyan menatap wajah Dinda dalam.

"Karena yang aku inginkan ternyata kamu, Dinda."

Dinda hanya diam. Matanya menatap lurus pada Zyan, dadanya pun berdebar dengan hebatnya.

"Apalagi.. Ketika kamu menghilang dari jangkauan ku. Aku semakin yakin tentang perasaan ku padamu. Saat itu ingin rasanya aku mengejar mu, tapi keadaan memaksa ku untuk tetap diam."

Dinda menangis. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya sesak di bagian dada dan ia tidak bisa menahannya.

"Karena keadaan yang tidak memungkinkan. Mama menahan ku. Banyak alasan kenapa aku dilarang untuk menemui mu padahal bisa saja aku lakukan jika aku ingin. Terutama nama baik kita juga. Mama benar, tidak mungkin aku melakukan hal yang menimbulkan gosip buruk tentang mu. Mereka akan berpikir aku selingkuh, dan kamu perempuannya. Padahal tidak."

(One Shot) You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang