Zyan & Dinda [1]

3.3K 246 23
                                    

Aku hanya ingin dicintai secara sederhana.

Tak perlu mengebu-gebu.

Pelan-pelan saja dan dengan cara yang biasa.

Aku tidak ingin dicintai seperti di film-film.

Tidak juga berbarap dicintai seperti di novel.

Sedikit saja yang aku mau.

Di cintai secara apa adanya.

- Dinda

***

Hari perayaan mahasiswa tingkat akhir atas peluh dan lelahnya selama menjalani perkuliahan digembirakan dengan baju toga dan pemberian gelar di belakang nama mereka.

Jika di gedung, cuaca di luar tidaklah menjadi halangan, karena mendung dan awan pekat berarak menutupi langit. Angin berhembus cukup kencang, membalaskan dendam pada panas yang memekik beberapa hari ini.

Acara wisuda telah usai, banyak yang berbondong untuk keluar gedung. Foto-foto bersama keluarga atau bergegas ke mobil mereka untuk pergi ke studio foto seperti kebiasaannya.

Sama seperti Dinda dan sang Ayah. Mereka sedang menunggu taxi online di halte bus dekat daerah kampus. Kebetulan wisuda dilakukan di gedung kampus mereka. Dinda yang pendiam merasa lega akhirnya dapat keluar. Ia sungguh tidak nyaman berada dikeramaian.

Tak ada pembicaraan antara anak dan ayah tersebut. Karena memang walaupun Dinda hanya memiliki sang ayah di dunia ini, namun sejak dulu mereka tidak lah dekat. Ayahnya kaku dan tak banyak bicara sejak Ibu Dinda meninggal, sedangkan Dinda segan dan bingung memulainya bagaimana.

Gemuruh terdengar pertanda rintik kian pasti datangnya.

Saat itu, sebuah suara dari arah kiri memanggil nama Dinda dengan nada yang lantang.

"DINDA!!!"

Perempuan itu pun menoleh hanya demi melihat bahwa Windy berlari kearahnya sambil melambaikan tangan. Baju kebaya dengan topi toga yang tak lepas menambah kesan cantik dan pintar pada gadis itu.

"Windy??"

Saat itu lah hujan langsung turun dengan deras. Namun, Windy tak peduli bajunya basah, ia tetap melangkah mendekati sahabatnya.

Dinda yang bingung pun terlihat ingin ikut melangkah menghadang hujan demi menghampiri Windy.

Melihat itu, sang Ayah segera menyerahkan payung yang sedari tadi ia pegang.

"Win.. Hey.. Hujan!" pekik Dinda sambil menarik payung tersebut dan melangkah mendekati Windy.

Saat ia sudah dekat. Windy langsung memeluk Dinda dan tertawa riang. Ia bahkan mengambil payung ditangan kanan Dinda dan melemparnya sembarang arah. Kemudian mengajak Dinda menikmati rintikan derasnya hujan saat ini.

"Happy banget, ada apa?" Dinda tak peduli ia ikut basah. Ia membalas pelukan Windy dan ikut mengerak-gerakkan badan kiri dan kanan.

"Zyan ngelamar aku, Din!" ucap Windy riang. Sambil menunjukkan tangan kirinya yang tersemat begitu manis cincin berpermata di jari manis.

Dinda terdiam beberapa detik. Namun setelahnya ia menarik tubuh Windy kembali untuk ia peluk. Tersenyum kemudian ikut tertawa bersama.

"Selamat ya, Win.. Aku ikut happy.. akhirnya dua sahabat terdekat aku bakalan nikah. Nggak nyangka banget."

"Makasi banyak ya, Beb. Udah ngenalin Zyan ke aku."

"Sama-sama." Dinda tersenyum.

Hujan yang deras masih mengguyur mereka. Tak mengindahkan kebahagiaan hati Windy.

(One Shot) You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang