Baru juga 3 hari yang lalu resepsi pernikahan. Diny nelangsa di tinggal LDR oleh suami ke Amerika.
Ini hari ke 5 Kevin tidak berada di Indonesia. Ia dipaksa keadaan karena harus mengurusi beberapa hal urgen di Amerika tempat ia bekerja mengembangkan perusahaannya selama ini.
Segelas teh hangat menggepul di atas meja ruang keluarga. Sejak menikah dengan Kevin, ia pindah kerumah pria tersebut tentunya bersama Ibu mertua.
"Eh, Nak. Belum tidur?"
"Mama.. Nggak bisa tidur nih." Diny berkata sambil mempouse film yang sedang ia tonton. Ruang keluarga memang gelap karena sudah pukul 10 malam. Para asisten rumah tangga juga biasanya tidak keluar kamar lagi jika sudan jam segini.
Ibu Amy tersenyum teduh dan duduk di sofa. Mengusap punggung menantu barunya yang sedang lesehan dikarpet.
"Mikirin Kevin ya?" Ibu Amy memancing.
"Nggak, kok."
"Lagi kesel sama Kevin?"
"Eh.. Nggak lah, Ma."
"Maaf ya, sayang. Mama juga kesel sama anak itu kenapa dia menolak mengajak kamu ke Amerika."
"Namanya juga kerjaan. Diny nggak apa-apa kok, Ma." Diny menampilkan senyum, menunjukkan bahwa ia tak masalah ditinggal beberapa hari oleh suaminya.
"Mama susah sekali nelpon dia, kamu juga begitu kan? Kevin pasti nggak ngabarin kamu 5 hari ini."
Diny mengalihkan tatapan mata. Bingung mau bilang bagaimana karena hal tersebut memang benar. Sejak dia mengantar Kevin ke Bandara, sampai saat ini Kevin belum mengabari keadaan dirinya pada sang istri. Apalagi Diny yang semenjak menikah menjadi segan dengan pria itu karena mereka masih minim interaksi.
"Awas aja itu anak. Ya sudah kamu tenang saja ya, sayang. Kevin pasti akan pulang cepat, dia kesana karena kerjaan bukan yang lain." Setelah mengatakan hal tersebut, Ibu Amy pamit ke kamarnya lagi sambil membawa segelas air putih.
Diny melanjutkan tontonan walau ia sebenarnya melamun. Mengenang waktu disaat segala hal begitu cepat terjadi sampai akhirnya di sinilah dia.
Menjadi istri Kevin.
Setelah kejadian di mana Kevin mengajaknya menikah. Diny sama sekali tidak menjawab pertanyaan Kevin dan ia langsung melangkah cepat masuk ke dalam rumah bersama keponakannya yang teriak-teriak memanggil Mama mereka sambil mengadu kejadian barusan.
Kevin yang melihat itupun hanya diam dan masuk kerumahnya untuk mengganti pakaian yang basah.
Namun saat itu, seorang perempuan sedang menatap Kevin dengan mata melotot dan tangan yang menutupi mulut karena Kevin yakin perempuan tersebut ternganga lebar.
Bahkan biskuit milik Baim tampak tergeletak mengenaskan di lantai. Sepertinya terjatuh dari tangan perempuan tersebut.
"Kakak??" setelah berhasil menguasai diri, dengan dramatis Nurin memanggil nama Kakaknya tersebut. Kevin menghela nafas, kacau. Semuanya pasti berantakan. Pria ini mengusap keningnya, mengira-ngira apa yang akan terjadi nanti.
"Aku harus bilang Mama!" teriak Nurin heboh dan sedikit berlari dari dapur ke ruang tengah. Kevin melotot.
"Mama! Mama! Mama! Kak Kevin!!"
"Astaga Nurin, kamu ngagetin Baim."
Nurin tak peduli, ia duduk di samping ibunya yang sedang memberikan minuman ke Baim.
"Nurin!! Jangan berani-beraninya kamu!" suara itu milik Kevin yang setengah berlari juga ke arah adik dan Ibunya. Tentu membuat Ibu Amy keheranan. Karena jarang melihat mereka berdua begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja