💎 || 12

2.8K 97 6
                                    


SELAMAT MEMBACA(ᵔᴥᵔ)

Reinand membawa Elvano ke rumah sakit. Pria itu mempercayakan Elvano pada Levin.

Kemudian dirinya segera menuju lokasi keberadaan ponsel Nazia setelah dilacak oleh suruhan Reinand yang bekerja di perusahaan Frico. Namun usaha yang ia lakukan, tidak membuahkan hasil. Di sana hanya terdapat ponsel Nazia saja. Yaitu di jalan buntu tempat Elvano dipukul.

CCTV bahkan tidak terdapat di daerah terpencil itu. Pria itu menyetir mobil dengan ekspresi tenang. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kecepatan mobil yang ia kendarai. Beberapa pengendara bahkan hampir saja ditabrak Reinand di jalan raya.

Pikirannya hanya berfokus pada satu orang yang mungkin menculik gadisnya. Siena. Reinand tahu bagaimana Siena itu.

Pria itu menghubungi rumahnya. "Cloi?"

"Ya, Tuan Muda."

Suara Cloi terdengar menegang. Ia tahu bagaimana intonasi Reinand saat marah dan di saat-saat biasa. Wanita itu dilanda resah setelah mengingat bahwa Nazia belum pulang selepas berpamitan beberapa jam yang lalu.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk menjaga Nona Muda?" ucapnya terdengar dingin.

Cloi sudah menduga bahwa Reinand mengetahui hal itu.

"Nona Muda akan segera pulang, Tuan Muda. Katanya, dia ti-tidak akan lama di luar."

Mendengar hal itu, Reinand tersenyum devil. Mata tajam dengan warna kecoklatan itu menatap lurus ke depan tanpa berkedip. Pria itu meregangkan otot di lehernya sebelum berucap, "Nona Muda menghilang, asal kau tahu! Dan jangan biarkan satu pelayan pun pergi dari sana. Aku harus mencari Nona Muda, dan kalian akan ku urus setelah aku menemukan Gadis Kecilku."

"Y-ya, Tuan Muda."

Reinand mengakhiri telepon. Ia kembali fokus menyetir menuju tempat yang sangat mungkin menjadi keberadaan Nazia saat ini. Yaitu, pada Siena-Neneknya sendiri.

***

Mata dengan bulu mata yang indah terpatri di sana itu, perlahan terbuka. Erangan halus keluar dari bibir merah merona miliknya ketika merasakan pening yang melanda kepalanya.

Nazia mengerjapkan matanya beberapa kali, guna menghilangkan pening yang dirasa. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara selepas mendengar suara yang familiar didengarnya memanggil.

"Nazia," lirih seorang wanita yang terus saja menampakkan banyak ekspresi mulai dari rasa bersalah, penyesalan, kesedihan dan tentu saja terharu karena melihat wajah putrinya itu.

Tak hanya ibunya, Nazia juga melihat wajah ayahnya di samping Arinda-Ibu Nazia.

Mata Nazia memanas, tak dapat membendung air matanya. Perasaannya sangat sulit untuk diutarakan. Dirinya menyimpan kebencian pada ibu dan ayahnya namun, rasa benci itu kalah dengan rasa rindu plus sayang dari seorang anak kepada orang tua.

Walaupun Arinda dan Winanto-ayah Nazia kerap kali menyakiti dirinya, namun Nazia tak bisa menepis fakta bahwa kedua pasutri itu adalah orang tuanya dan Nazia tentu sangat menyayanginya.

REINANDOUZS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang